BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Konsep
Harga Diri Rendah Kronis
1. Pengertian
Harga
diri rendah kronik adalah evaluasi/perasaan negatif tentang diri sendiri atau
kecakapan diri sendiri yang berlangsung lama(NANDA.2011 hal. 227)
Low
self-esteem is a major problem for many
people and can be expressed in moderate and severe levels of anxiety. It
invloves negatif self-evaluations and is associated with feelings of being
weak, helpless, hopeless, frightened, vulnerable, fragile, incomplete,
worthless, and inadequate. Low
self-esteem indicates self-rejection and self-hate, which may be a
conscious process expressed in direct or indirect way(stuart laraia.2005 hal.
308)
Harga
diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri ( keliat, 1998 dalam
yosep.2010 hal 255).
Menurut
patricia D. Barry dalam mental health and mental illness ( 2003 dalam
yosep.2010 hal 256) harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya
tidak diterima lingkungan dan gambaran – gambaran negatiff tentang dirinya.
Barry mengemukakan, self esteem is a feelings of self acceptance and positive
self image.
2. Proses
terjadinya harga diri rendah
Hasil riset Mahli
menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita – cita
seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.
Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini
meyebabkan penampilan seseorang tidak optimal. Dalam tinjauan life span history
klien penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering
disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhaslan. Saat remaja keberadaannya
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, perkerjaan, atau pergaulan. Lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.(yosep.2010. hal 256)
Gambar 2.1
proses terjadinya harga diri rendah menurut ranjit singh mahli (2008 dalam
yosep.2010 hal.256)
3. Faktor
presdisposisi
Berbagai faktor
menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang adalah sebagai
berikut(stuart.2006 hal. 188-189):
a. Faktor
yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor
yang mempengaruhi performa peran adalah stereotif peran gender, tuntutan peran
kerja, dan harapan peran budaya .
c. Faktor
yang memengaruhi identitas pribadi meliputi kepercayaan orang tua, tekanan dari
kolompok sebaya, dan perubahan struktur sosial
4. Faktor
pencetus
(stuart.2006 hal. 190)
a. Trauma
seperti pengeniayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan
b. Ketegangan
peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu
mengalami sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :
1) Transisi
peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau
keluarga dan norma – norma budaya, nilai – nilai, serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
2) Transisi
peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian
3) Transisi
peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :
Kehilangan bagian tubuh
Perubahan ukuran,
bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh
Perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal
Prosedur medis dan
keperawatan
Faktor
presifitasi biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan
penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun. Secara
umum, gangguan konsep harga diri rendah dapat terjadi secara situasional atau
kronik. Secara situasional misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba
misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara termasuk dirumah
sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau
pemasangan alat bantu yang membuat tidak nyaman. Penyebab lainnya adalah
harapan fungsi tubuh yang tidak tercapaiserta perlakuan petugas kesehatan yang
kurang menghargai klien dan keluarga. Harga diri rendah kronik, biasannya
dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klin sudah memiliki pemikiran
negatif dan meningkat saat dirawat. Baik faktor predisposisi maupun presifitasi
diatas bila mempengaruhi seseorang dalam berfikir bersikap maupun bertindak
maka dianggap akan mempengaruhi terhadap koping individu tersebut sehingga
menjadi tidak efektif (mekanisme koping individu tidak efektif). Bila kondisi
pada klien tidak dilakukan intervensi lanjut dapat menyebabkan klien tidak mau
bergaul dengan orang lain (isolasi sosial: menarik diri), yang menyebakan klien
asik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat memunculkan resiko
prilaku kekerasan(yosep.2010 hal. 256-257).
Menurut
peplau dan sulivan, harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam
tahap perkembangan dari lahir sampai good me, bad me, not me, anak sering
dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amanya tidak terpenuhi dan merasa
ditolak oleh lingkungan dan apabila kopoing yang digunakan tidak efektif akan
menimbulkan harga diri rendah.(yosep.2010 hal. 257).
Menurut
caplan, lingkungan sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman seseorang dan
adanya perubahan sosial seperi perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan
sosial, tidak dihargai kan menyebabkan stres dan menimbulkan penyimpangan
perilaku akibat harga diri rendah(yosep.2010 hal. 257).
5. Rentang
respon
Individu dengan kepribadian
yang sehat akan mengalami hal – hal seperti berikut ini(stuart.2006 hal. 187) :
a. Citra
tubuh yang positif dan sesuai
b. Ideal
diri yang realistis
c. Konsep
diri yang positif
d. Harga
diri yang tinggi
e. Performa
peran yang memuaskan
f. Rasa
indentitas yang jelas
Respon
konsep diri sepanjang rentang sehat-sakit berkisar dari status aktualisasi diri
yang palimg adaptif sampai status kerancuan indentitas serta depersonalisasi
yang lebih maladaftif. (stuart.2006 hal. 187)
Aktualisasi diri
adalah pernyataan tentang konsep diri dengan yang positif dengan latar
belakangpengalaman sukses.(stuart.2006 hal. 187)
Konsep diri
positif klien mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya, dapat
mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai asuatu
masalah sesuai dengan norma – norma sosial dan kebudayaan suatu tempat jika
menyimpang ini merupakan respon adaptif.(stuart.2006 hal. 187)
Harga
diri rendahtransisi antara adaptif dan mal adaptif, sehingga individu cenderung
berfikir ke arah negatif.(stuart.2006 hal. 187)
Kerancuan
indentitas merupakan suatu kegagalan individu untuk menintegrasikan berbagai
indentifikasi masa kanak – kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis.(stuart.2006 hal. 187)
Depersonalisasi
ialah suatu perasaan tidak realistis dan merasa asing diri sendiri. Hal ini
berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji realistis.
Individu megalami kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain dan
tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.(stuart.2006 hal. 187)
Gambar 2.2
rentang respon ( sumber : stuart.2006 hal. 187)
6. Penilaian
stresor
Apa pun masalah dalam
konsep diri dicetuskan oleh stressor
psikologis, sosiologis, atau fisiologis, elemen yang penting adalah
persepsi pasien tentang ancaman.(stuart.2006 hal. 190).
7. Sumber
Koping
Semua
orang, tanpa memeperhatikan gangguan perilakunya memepunyai beberapa bidang
kelebihan personal yang meliputi(stuart.2006 hal. 190) :
a.
Aktivitas olahraga dan aktivitas diluar
rumah
b.
Hobby dan kerajinan tangan
c.
Seni yang ekspresif
d.
Kesehatan dan perawatan diri
e.
Pendiodikan atau pelatihan
f.
Pekerjaan, vokasi atau posisi
g.
Bakat tertentu
h.
Kecerdasan
i.
Imaginasi dan aktivitas
j.
Hubungan interpersonal
8. Pohon
masalah
Gambar 2.3 pohon
masalah (yosep.2010 hal. 257)
9. Mekanisme
koping
Mekanisme
koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persefsi diri yang menyakitkan(stuart.2006 hal. 191).
Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini(stuart.2006
hal. 191) :
a.
Aktivitas yang memberikan pelarian
sementara dari identitas diri (misalnya : konser musik, menonton televisi
secara obsesif)
b.
Aktivitas yang memeberikan identitas
pengganti sementara (misalnya: ikut serta dalam kegiatan sosial, agama,
politik, kelompok, gerakan, atau geng)
c.
Aktivitas yang sementara menguatrkan
atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu (misalnya olahraga yang
kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)
d.
Aktivitas yang merupakan upaya jangka
pendek untuk membuat identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini
(misalnya penyalahgunaan obat).
Pertahanan jangka panjang mencakup
berikut ini(stuart.2006 hal. 191) :
a.
Penutupan identitas
Adopsi
identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekattanpa memperhatikan
keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu
b.
Identitas negatif
Asumsi
identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat
Mekanisme pertahanan ego termasuk
penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi pengalihan (displacment)
spritting berbalik merah terhadap diri sendiri dan amok (stuart.2006 hal. 190).
a. Disasosisasi
: pemisahan setiap kelompok proses prilaku atau mental dari sisa kesadaran atau
indentitas. Contoh : seorang pria yang dibawa keruang kedaduratan oleh polisi
tidak mampu menjelaskan siapa dirinya dan dimana rumahnya atau tempat kerjanya(stuart.2006
hal. 152)
b. Isolasi
: memisahkan kompenan emosional dari pikiran, yang dapat bersifat sementara
atau jangka panjang. Contoh : mahasiswa kedokteran tingkat dua membedah mayat
pada kelas anatominya tanpa terganggu oleh pikiran tentang kematian(stuart.2006
hal. 153).
c. Proyeksi
Mengaitkan pikiran atau
impuls diri, terutama keinginan, perasaan emosional, atau motivasi yang tidak
dapat ditoleransi kepda orang lain. Contoh : seorang wanita muda yang
menyangkal bahwa dia memiliki perasaan seksual pada teman sekerjanya menuduh
temannya yang mencoba untuk merayunya(maramis.2009 hal. 94).
d. Displacment
Mengalihkan emosi yang
seharusnya diarahkan pada orang atau benda tertentu ke benda atau orang yang
biasanya netral atau tidak membahayakan. Contoh : timmy sedang berusia 4 tahun
marah karena dia dihukum oleh ibunya akibat menggambar dinding kamar tidurnya.
Ia mulai bermain “perang – perangan”. Dengan boneka tentaranya dan membiarkan
bertarung satu sama lain(maramis.2009 hal. 96).
B. Asuhan
Keperawatan Teoritis Harga Diri Rendah Kronis
1. Pengkajian
harga diri rendah
Bagian ini berisi pedoman agar
perawat dapat menagani pasien yang mengalami diagnosis keperawatan harga diri
rendah, baik menggunakan pendekatan secara individual maupun kelompok. Bagian
ini juga memberikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga
pasien dengan harga diri rendah.
Harga diri rendah adalah perasaan
tidak berharga, tidak berarti dan rendah dir yang berkepanjangan akibat
evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri. Tanda dan gejala harga diri rendah :
a.
Mengkritik
diri sendiri
b.
Perasaan
tidak mampu
c.
Pandangan
hidup yang pesimis
d.
Penurunan
produktifitas
e.
Penolakkan
terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gehala tersebut,
kita dapat juga mengamati penampilan seorang dengan harga diri rendah yang
tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan
menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara
lambat dengan nada suara lemah.
2. Perilaku
yang Berhubungan Dengan Harga Diri Rendah(stuart.2006 hal. 188)
a. Mengkritik
diri sendiri
b. Penurunan
produktivitas
c. Destruktif
yang diarahkan pada orang lain
d. Gangguan
dalam hubungan
e. Rasa
diri penting yang berlebihan
f. Perasaan
tidak mampu
g. Rasa
bersalah
h. Mudah
tersinggung atau marah yang berlebihan
i.
Perasaan negatif tentang tubuhnya
sendiri
j.
Ketegangan peran yang dirasakan
k. Pandangan
hidup yang pesimis
l.
Keluhan fisik
m. Pandangan
hidup yang bertentangan
n. Penolakan
terhadap kemampuan personal
o. Destruktif
terhadap diri sendiri
p. Pengurangan
diri sendiri
q. Pengurangan
diri
r.
Menarik diri sendiri
s. Pengurangan
diri
t.
Menarik diri secara sosial
u. Penyalahgunaan
zat
v. Menarik
diri dari realitas
w. Khawatir
3. Diagnosis
keperawatan
Makalah
konsep diri berkaitan dengan perasaan ansietas, bermusuhan , dan rasa bersalah.
Masalah ini sering menimbulkan proses penyebaran diri dan sirkular bagi
individu yang dapat menyebabkan respon koping maladaftif. Respon ini dapat
terlihat pada berbagai macam individu yang mengalami ancaman integritas fisik
atau sistem diri.(stuart.2006 hal. 191)
Pengkajian
keperawatan yang lengkap mencakup semua respon maladaftif pasien. Banyak
masalah keperawatan tambahan akan diidentifikasi ketika konsep diri secara timbal
balik dipengaruhi oleh bidang kehidupan yang lain.(stuart.2006 hal. 191)
Diagnosis
Keperawatan Nanda Yang Berhubungan Dengan Respon Konsep Diri Maladaftif(stuart.2006
hal. 192)
Penyesuaian
ansietas
Cirtra
tubuh, gangguan
Komunikasi,
hambatan verbal
Koping,
ketidakefektifan
Keputusasaan
Identitas
pribadi, gangguan
Kesepian,
resiko
Ketidak
berdayaan
Ketidakberdayaan,
resiko
Performa
peran, ketidakefektifan
Defisit
keperawatan diri
Harga
diri, resiko rendah situasional
Harga
diri, rendah situasional
Persepsi
sensori gangguan
Pola
seksualitas, ketidakefektifan
Isolasi
sosial
Distres
spiritual
Proses
pikir, gangguan
Perilaku
kekerasan, resiko terhadap diri sendiri
4. Tindakan
keperawatan
(keliat.2009 hal.
84-92)
a. Tindakan
keperawatan pada pasien
1) Tujuan
keperawatan
a)
Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki.
b)
pasien dapat menilai kemampuan yang
dapat digunakan
c)
pasien dapat memilih kegiatan sesuai
dengan kemampuan.
d)
Pasien dapat melatih kegiatan yang
dipilih sesuai dengan kemampuan.
e)
Pasien dapat melakukan kegiatan yang
sudah dilatih sesuai jadwal
2) Tindakan
keperawatan
a)
indentifikasi kemampuan dam aspek positif
yang masih dimilikipasien untuk membantu pasien mengungkapkan kemampuandan aspek positif yang masihndimilikinya
perawat dapat melakukan hal‑hal berikut ini.
(1)
Diskusikan tentang
sejumlah kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan di rumah adanya kcluarga dan
lingkungan terdekat pasien.
(2)
Beri pujian yang realistik clam hindarkan
penilaian yang negatif.
Orientasi
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan
Bapak/Ibu hari ini ?Bpk/Ibu terlihat segar!“.“Bagaimana kalau hari ini kita
bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah Bpk/Ibu lakukan?”ini
Sesuai janji kita minggu yang lalu ya kan pak/bu? “Dimana kita duduk?“bagaimana
kalau di ruang tamu? “Berapa lama? ”Bagaimana kalau 30 menit?
Kerja
“Bpk/ibu,apa kemampuan ini saja yang
dimiliki?Bagus,apa lagi?Saya buat daftarnya ya?“Apa pula kegiatan rumah tangga
yang biasa Bpk/ibu lakukan?Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu?Mencuci
piring………….dst”. “Wah,bagus sekali ada 5 kemampuan
dan kegiatan yang Bpk/ibu miliki.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah
kita bercakap-cakap
Yach,Bpk/Ibu masih memiliki kemampuan.
“Nah,coba nanti diingat-ingat lagi,kemampuan yang belum kita bicarakan,2 hari lagi saya akan datang lagi untuk membahas kemampuan yang masih bisa Bpk/ibu lakukan”
Yach,Bpk/Ibu masih memiliki kemampuan.
“Nah,coba nanti diingat-ingat lagi,kemampuan yang belum kita bicarakan,2 hari lagi saya akan datang lagi untuk membahas kemampuan yang masih bisa Bpk/ibu lakukan”
“Jam berapa kira-kira kita
ketemu?Bagaimana kalau jam 10,sampai jumpa ya”.
b)
Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat
digunakan dengan cara‑cara berikut.
(1)
Diskusikan dcngan hasima mcngenai
kemampuannya yangmasih dapat digunakan saat ini.
(2)
Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadapkemampuan diri yang diungkapkan pasien.
(3)
perlihatkan respons yang kondusif dan upayakan menjadipendengar yang aktif.
Orientasi :
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan bapak/ibu hari ini ?, Saya sangat senang melihat pagi ini bapak/ibu sudah terlihat lebih segar dan rapi. “Bagaimana,apakah ada lagi kemampuan Bapak/ibu yang belum kita bicarakan?“Bagus sekali,jadi sudah ada 7 ya!“Baiklah kita akan menilai kegiatan yang masih bisa bpk/ibu lakukan.“Mau duduk dimana?,berapa lama?
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan bapak/ibu hari ini ?, Saya sangat senang melihat pagi ini bapak/ibu sudah terlihat lebih segar dan rapi. “Bagaimana,apakah ada lagi kemampuan Bapak/ibu yang belum kita bicarakan?“Bagus sekali,jadi sudah ada 7 ya!“Baiklah kita akan menilai kegiatan yang masih bisa bpk/ibu lakukan.“Mau duduk dimana?,berapa lama?
Kerja
“Bpk/ibu,dari 7 kegiatan/kmpuan ini
yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah? “Coba kita lihat,yang pertama
bisakah?,yang kedua………sampai 7 “Bagus sekali ada 4 kegiatan yang masih bisa
dikerjakan di rumah. “Menurut bpk/ibu adakah bantuan yang diperlukan? Iya bagus
sekali.
Terminasi
“Bagaimanaperasaanbpk/ibusetelahkitabercakap-cakap?jadiada
4 kegiatan yang dapatbpk/ibulakukan “Cobabpk/ibupikirkankegiatan yang
akandipilihuntukdilatih “Bagaimanakalau 2 harilagikitamemilihkegiatan yang
paling disukaidanmelatihnya,mau jam berapa?dimana
c)
membantu pasien untuk
mcmilih/menetapkan kemampuanyang akan dilatih. Tindakankeperawatan yang dapat
dilakukanadalah sebagai berikut.
(1)
Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari‑hari.
(2)
Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang
dapat pasien lakukan dengan mandiri atau dengan bantuan minimal.
Orientasi
“Assalamualaikum !, bagaimana perasaan bpk/ibu hari ini
?,Wah,nampak segar ya ?”masih ingat apa yang akan kita bicarakan hari ini?Betul
sekali,memilih kegiatan yang dapat bpk/ibu kerjakan dari 7 kegiatan yang pernah
dilakukan,bagaiman kalau kita bercakap-cakap di tempat biasa.Berapa lama?
Kerja
“Mari kita lihat daftar kegiatan yang sudah kita buat 2 hari
yang lalu.”coba bpk/ibu pilih mana yang masih bisa dikerjakan di rumah.”yang no.1,merapikan
tempat tidur,bagaimana bpk?Wah,tentu bisa kan.bagus sekali.Yang nomor 2,main
tenis,Wah saat ini belum bisa dilakukan,Baik no.3 mencuci piring,bisa ya?…..dst
Terminasi
“
Bagaimanaperasaanbapak/ibusetelahmemilihkegiatan yang dapatdikerjakan di rumah?
Bagussekali !,ada 5 kegiatanbisadilakukan.Cobabpk/ibupikirkankegiatanmana yang
akandilatihdulu.Duaharilagisayadatnglagiuntukmelatih,mau jam berapa?dimana?
d)
Latih kemampuan yang dipilih pasien den gan
cara berikut.
(1)
Diskusikan dengan pasien langkah‑langkah
pelaksanaan kegiatan.
(2)
Bersama pasien,
peragakan kegiatan yang ditetapkan.
(3)
Berikan dukungan dan pujian pada setup
kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
e)
Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yangdilatih.
(1)
Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba
kegiatanyang telah dilatihkan.
(2)
Beri pujian atas kegiatan yang dapat
dilakukan pasien setiaphari.
(3)
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan
(4)
Susunjadwal untuk melaksanakan kegiatan
yang telah dilatih
(5)
Berikan pasien kesempatan mengungkapkan
perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan
Melatih kegiatan yang sudah dipilih pasien sesuai
kemampuannya dan menyusun rencana kegiatan :
Orientasi
“Assalamualaikum,bagaimana perasaan
bpk/ibu hari ini?wah,tampak cerah!Sudah siap untuk latihan melakukan kegiatan
yang telah ditetapkan 2 hari yang lalu?mau pilih yang mana dulu,Baik mari kita
merapihkan tempat tidur.Dimana kamarnya?
Kerja
“Nah,kalau kita mau merapihkan
tempat tidur,mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya.Bagus,Sekarang kita
angkat spreinya dan kasurnya kita balik.”nah sekarang kita pasang lagi
spreinya,kita mulai dari arah atas,ya bagus!sekarang sebelah kaki,tarik dan
masukkan,lalu sebelah pinggir masukkan.Sekarang ambil bantal,rapihkan dan
letakkan disebelah atas kepala.Mari kita lipat selimut,nah letakkan sebelah
bawah kaki.bagus..!
Terminasi
“Bagaimana perasaan bpk/ibu setelah
latihan?bagus sekali,Bpk/ibu dapat mengikuti langkah-langkahnya.Sekarang mari
kita masukkan pada jadual harian bpk/ibu.Mau berapa kali sehari merapikan
tempat tidur.Bagus,2x sehari yaitu pagi jam berapa?lalu sehabis istirahat jam
16.00.Kalau sudah dikerjakan beri tanda ya.”nah 2 hari lagi saya datang
lagi,kita latihan kegiatan yang kedua.Mau jam berapa?dimana?Sampai jumpa…
f)
SP 1 pasien : mendiskusian kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang
masih dapat digunakan, membantu pasien menilai kemampuan yang akan dilatih,
melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksana kemampuan
yang telah dilatih dalam rencana harian
g)
Sp 2 pasien : melatih pasien melakukan
kegiatan lain sesuai dengan kemampuan pasien. Latihan dapat dilanjutkan untuk
kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan dimiliki akan
meningkatkan harga diri pasien
b. Tindakan
keperawatan kepada keluarga
1)
Tujuan keperawatan
a)
Keluarga dapat membantu pasien
mengindentifikasi kemampuan yang dimiliki
b)
Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan
kemampuan yang masih dimiliki pasien
c)
Keluarga dapat memotivasi pasien untuk
melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan
pasien
d)
Keluarga mampu mampu menilai
perkembangan perubahan kemampuan pasien
2)
Tindaan keperawatan
a)
Diskusikan masalah yang dihadapi
keluarga dalam merawat pasien
b)
Jelaskan kepada keluarga tentang harga
diri rendah yang dialami pasien
c)
Diskusikan dengan keluarga mengenai
kemampuan yang dimiliki pasien dan puji pasien atas kemampuannya
d)
Jelaska cara – cara merawat pasien harga
diri rendah
e)
Demonstrasikan cara merawat pasien harga
diri rendah
f)
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktikan cara merawat pasien harga diri rendah seperti yang telah perawat
demontrasikan sebelumnya
g)
Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan
pasien dirumah
3)
Sp1 keluarga : mendiskusikan masalah
yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien dirumah, menjelaskan tentang
pengertia, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, mendemontrasikan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah, dan memberikan kesempatan kepaada keluarga untuk mempraktikkan
cara merawat.
4)
Sp 2 keluarga : melatih keluarga
mempraktikan cara merawat pasien harga diri rendah langsung pada pasien
5)
Sp 3 keluarga :membuat perencanaan
pulang bersama keluarga
Contoh
percakapan perawat-keluarga agar keluarga menjadi pendukung terhadap aktifitas
yang dapat dilakukan pasien
Orientasi
“Assalamualaikum !, bagaimana
keadaan bpk/ibu disini?, bagaimana kalau hari ini kita akan bercakap-cakap
tentang cara memotivasi anak bpk/ibu melakukan kegiatan yang sudah
dilatih?Adakah waktu Bpk/ibu,kira-kira 30 menit?kita ngobrol disini aja ya?
Kerja
“ Anak bapak/ibu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan mandi.Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya.Saya telah katakan bahwa bpk/ibu akan mengingatkannya untuk melakukan kegiatan tsb sesuai jadual.Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya.dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat.Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual kegiatannya “
“ Anak bapak/ibu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan mandi.Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya.Saya telah katakan bahwa bpk/ibu akan mengingatkannya untuk melakukan kegiatan tsb sesuai jadual.Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya.dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat.Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual kegiatannya “
Terminasi
” Bagaimanabpk/ibu?ada yang inginditanyakan? Baik, janganlupayabpk/ibu.Duaarilagisayadatanglagiuntukmelatihkegiatanlain.Nantikitalakukanbersama-sama.Sampaijumpa….
” Bagaimanabpk/ibu?ada yang inginditanyakan? Baik, janganlupayabpk/ibu.Duaarilagisayadatanglagiuntukmelatihkegiatanlain.Nantikitalakukanbersama-sama.Sampaijumpa….
5. Evaluasi
keperawatan
(stuart.2006 hal.
193,205)
a. Apakah
ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien telah berkurang dalam
sifat, jumlah, asal, atau waktu ?
b. Apakah
perilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri dan persetujuan diri
yang lebih besar
c. Apakah
sumber koping pasien telah dikajidan dimobilisasi secara adekuat ?
d. Apakah
pasien telah memperluas kesadaran diri dan melakukan eksplorasidan evaluasi
diri ?
e. Apakah
pasien mengunakan rentang respon koping yang adaptif ?
f. Apakah
pasien mempelajari strategi adaptif yang baru untuk meningkatka perubahan
tingkat aktualisasi diri ?
g. Apakah
pasien menggunakan pemahaman diri yang lebih baik untuk meningkatkan perubahan
dan pertumbuhan personal ?
BAB III
STRATEGI
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
HARGA DIRI
RENDAH KRONIS
A. PROSES KEPERAWATAN
1.
Kondisi
-
DS :
o
Mengeluh hidup tidak bermakna
o
Tidak memiliki kelebihan apapun
o
Mengeluh tidak berguna
o
Mengeluh tidak bisa apa-apa
o
Merasa jelek
o
Merasa orang lain tidak selevel
-
DO :
o
Kontak mata kurang
o
Tidak berinisiatif berinteraksi dengan
orang lain
2.
Diagnosa
Keperawatan
Harga Diri Rendah
3.
Tujuan
-
Tujuan Umum
Klien memiliki konsep diri yang positif
-
Tujuan Khusus
o
Klien dapat mengidentifikasi aspek
positif dan kemampuan yang dimiliki
o
Klien dapat menilai kemampuan yang
dimiliki untuk dilaksanakan
o
Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki
o
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai
rencana yang dibuat
4.
Intervensi
o
Identifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien
o
Bantu pasien menilai kemampuan pasien
yang masih dapat digunakan
o
Bantu pasien memilih kegiatan yang akan
dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
o
Latih pasien sesuai kemampuan yang
dipilih
o
Berikan pujian yang wajar terhadap
keberhasilan pasien
o
Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP)
1.
Orientasi
a. Salam
terapeutik
o
Mengucapkan salam
o
Memperkenalkan diri dan mengajak
berkenalan
o
Menyampaikan tujuan pertemuan, yaitu
bercakap-cakap untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi pasien
b. Validasi
o
Menanyakan bagaimana perasaan pasien
saat ini
o
Menanayakan alasan masuk ke Rumah Sakit
o
Validasi untuk semua Masalah Keperawatan
(MK)
c. Kontrak
o
Topik
Mengajak bercakap-cakap tentang
kemampuan dan kegiatan yang pernah dilakukan
o
Tempat
Ruang Tamu
o
Waktu
Pukul 10.00 – 10.20 (20 menit)
2.
Kerja
(SP I)
o
Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien
o
Membantu pasien menilai kemampuan pasien
yang masih dapat digunakan
o
Membantu pasien memilih kegiatan yang
akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
o
Melatih pasien sesuai kemampuan yang
dipilih
o
Memberikan pujian yang wajar terhadap
keberhasilan pasien
o
Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
3.
Terminasi
a. Evaluasi
o
Subyektif : Menanyakan perasaan pasien setelah bercakap-bercakap
o
Obyektif :
Meminta klien menceritakan kembali apa yang telah didapat dan didiskusikan
b. Rencana
Tindak Lanjut
Menganjurkan klien melakukan kemampuan
pertama sesuai jadwal yang dibuat
c. Kontrak
o
Topik
Bercakap-cakap tentang melatih kemampuan
kedua
o
Tempat
Ruang Tamu
o
Waktu
Pukul 10.00 – 10.20 (20
menit)
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, Gail Wiscarz
& Laraia, Michele T.2005. Principles
And Practice Of psychiatric Nursing edition eighth. USA : Elsevier Mosby
Maramis, Willy F.2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa edisi 2.
Surabaya : Airlangga University Press
Stuart, Gail W.2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC
Iyus, Yosep. 2007. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama : Bandung
NANDA.2011.
Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC
Keliat,
budi anna. 2009. Model Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
Assalamu'alaikum
BalasHapus