BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem endokrin adalah suatu
sistem yang bekerja dengan perantara zat-zat kimia ( hormon ) yang dihasilkan
oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar buntu ( sekresi
interna ) yang mengirim hasil sekresinya langsung ke dalam darah dan cairan
limfe.
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal
sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan
penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai
akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas
tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan.
Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh
pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah
dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan
protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi
menurunkan kadar gula dalam darah.
Dari berbagai penelitian
epidemiologis di Indonesiadidapatkan prevalensi DM sebesar 1,5 – 2,3 % pada
penduduk usia lebihdari 15 tahun, bahkan pada suatu penelitian epidemiologis di
Manadodidapatkan prevalensi DM 6,1 %. Penelitian yang dilakukan di
Jakarta,Surabaya, Makasar dan kota-kota lain di Indonesia membuktikan
adanyakenaikan prevalensi dari tahun ketahun. Berdasarkan pola
pertambahanpenduduk , diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178
jutapenduduk berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DMsebesar 4 %
akan didapatkan 7 juta pasien DM , suatu jumlah yang sangatbesar untuk dapat
ditangani oleh dokter spesialis / subspesialis /endokrinologis.
Perawat merupakan bagian dari tim
kesehatan yang memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan intervensi
kepada pasien, sehingga fungsi dan peran perawat dapat dimaksimalkan dalam
memberikan asuhan keperwatan terhadap penderita seperti memenuhi kebutuhan
dasar dan meningkatkan kesehatan fisik, perawat juga dapat melakukan pendekatan
spiritual, psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan
penyuluhan kesehatan terhadap penderita sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga yang nantinya diharapkan dapat
meminimalisir resiko maupun komplikasi yang mungkin muncul dari diabetes melitus tersebut. Dalam
penyusunan makalah ini, penyusun mengharapkan seorang perawat dapat melakukan
asuhan keperawatan secara komprehensif berdasarkan teori yang telah diterima
dan kebutuhan dari pemulihan kondisi pasien. Perawat sebagai salah satu
pelaksana asuhan keperawatan yang akan memberikan pelayanan kesehatan untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang akan muncul pada klien.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan:
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit dan
asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus
2. Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu mengetahui
dan memahami pengertian diabetes melitus
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan
memahami penyebab diabetes melitus
c.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien diabetes melitus
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada pasien dengan diabetes melitus
C.
Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode deskriptif yaitu
melalui studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lainya
untuk mendapatkan dasar-dasar ilmiah yang berhubungan dengan permasalahan dalam
laporan ini.
D.
Ruang Lingkup Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kelompok hanya membatasi penulisan tentang konsep dasar penyakit
dan asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus.
E.
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan adalah
sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan yang terdiri atas: latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan, ruang lingkup penulisan, sistematika penulisan,
sistematika penulisan
BAB II: tujuan teoritis yang terdiri atas: anatomi dan
fisiologi endokrin definisi diabetes melitus, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
penatalaksanaan medis, komplikasi, pencegahan , pemeriksaan diagnostik
BAB III: Asuhan keperawatan diabetes melitus yang terdiri
atas: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan.
BAB IV: Penutup yang terdiri atas: kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Anatomi dan
fisiologi sistem endokrin
Sistem endokrin adalah suatu
sistem yang bekerja dengan perantara zat-zat kimia yang dihasilkan oleh
kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar buntu ( sekresi interna
) yang mengirim hasil sekresinya langsung ke dalam darah dan cairan limfe.
Hasil sekresi tersebut beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus (
saluran ). Permukaan sel kelenjarnya menempel pada dinding stenoid atau kapiler
darah. Hasil sekresinya disebut hormon. Hormon merupakan bahan yang dihasilkan
organ yang memiliki efek regulatorik spesifik terhadap aktivitas organ tertentu
yang disekresikan oleh kelenjar endokrin dan diangkut oleh darah ke alat atau
jaringan sasaran untuk mempengaruhi atau mengubah kegiatan alat atau jaringan
sasaran.
1.
Hormon
Hormon
adalah penghantar kimiawi yang dilepaskan dari sel-sel khusus ke dalam aliran
darah dan selanjutnya dibawa sel-sel tanggap ( respon sive cells ) ditempat
terjadinya khasiat itu ( menurut starling )
a.
Struktur kimiawi
hormon
Struktur
kimawi hormon dapat digolongkan sebagai berikut:
a.)
Derivat asam amino
Dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari
jaringan nervus medula supraren dan neurohipofise,yang termasuk hormon ini
adalah epinefrin dan norepinefrin hasil modifikasi dari asam aminotrosin.
b.)
Peptida atau
derivat peptida
Dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal dari jaringan
alat pencernaan. Peptida bersirkulasi bebas dalam plasma lebih kurang 5-10
menit.
c.)
Steroid
Hormon steroid mempunyai inti cyco-pentano perhidro yang
dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal dari mesotelium. Teste,ovarica,dan
korteks supraren bersirkulasi dalam plasma dan terikat pada transpor protein
kira-kira 60-100 menit.
d.)
Asam lemak
Hormon prostaglandin merupakan satu-satunya hormon yang
termasuk kategori ini yang merupakan biosintesis dari dua asam lemak yaitu,asam
lemak arachidonic dan di homo-gama-linolenik.
e.)
Hormon perkembangan
Adalah hormon yang memegang peran dalam perkembangan dan
pertumbuhan biologik reproduksi,mulai dari kandungan sampai usia remaja. Hormon
ini dihasilkan oleh kelenjar gonad.
f.)
Horrmon metabolisme
Proses homeostasis gula dalam tubuh diatur oleh
bermacam-macam hormon diantaranya gluokortikoid,glukagon,dan katekolamin.
g.)
Hormon trofik
Adalah hormon yang dihasilkan struktur khusus dalam
pengaturan fungsi kelenjar endokrin yaitu kelenjar hipofise yang dikategorikan
sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel pada ovarium dan proses
spermatogenesis hormon penguning.
h.)
Hormon pengatur
metabolisme air dan mineral
Kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk mengatur
metabolisme kalsium dan fosfor. Meningkatnya produksi kalsitonin menyebabkan
menurunnya kalsium dan fosfor dalam darah dan meningkatnya ekskresi
kalsium,fosfor,natrium,kalium,dan magnesium melalui ginjal.
i.)
Hormon pengatur
sistem kardiovaskuler
Epinefrin dihasilkan oleh kelenjar adrenal bagian medula.
Efek dari hormon ini tergantung dari reseptor setiap organ tujuan. Pada jantung
mengakibatkan peningkatan konduksi dan kontriksi jantung.
b.
Mekanisme kerja
hormon
a.)
Kelenjar hipofise
Adalah suatu kelenjar endokrin yang terletak di dasar
tengkorak fitariossa pituitaria os sfenoid,besarnya kira-kira 10x13x16 mm dan
beeratnya sekitar 0,5 gram. Kelenjar ini memegang peran dalam mensekresi hormon
dari semua organ endokrin yaitu sebagai pengatur kegiatan hormon yang lain dan
mempengaruhi pekerjaan hormon lain. Fungsi hipofise dapat diatur oleh sistem
saraf pusat melalui hipotalamus. Hormon-hormon yang mengatur hipofise disebut
hormon hipofisiotropik. Kelenjar hipofise memiliki tiga lobus yaitu :
-
Lobus anterior (
adenohipofise )
Berasal dari kantong rathke ( dua tulang rawan ) yang
menempel pada jaringan otak posterior dan menghasilkan sejumlah hormon yang
bekerja sebagai pengendali produksi dari semua organ endokrin yang lain :
Somatotropik hormon ( growht hormon/GH ) yaitu hormon
yang merangsang pertumbuhan tulang,jaringan lemak,dan visera individu. GH juga
mempengaruhi metabolisme protein,metabolisme elektrolit,metabolisme
karbohidrat,metabolisme lemak
Hormon tirotropik ( thyroid stimulating hormone/ TSH )
mengendalikan kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroksin. Hormon dari
kelenjar tiroid menyebabkan menurunya jumlah sel-sel tirotropik yang merupakan
resptor terhadap TRF ( thyroid releasing factor ) dan menyebabkan menurunnya
sekresi TSH.
Hormon adenokortikotropik ( ACTH ) hormon ini
mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari
korteks kelenjar suprarenal.
Hormon gonadotropin menghasilkan follicle stimulating
hormone ( FSH ) sel-sel berbentuk angular terdapat diseluruh
hipofise,merangsang perkembangan folikel de graf dalam ovarium dan pembentukan
spermatozoa pada testes merangsang gametogenis pria. Luteinizing hormone ( LH )
mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron dalam ovarium yang mempengaruhi
luteinisasi pada wanita dan pria disebut interstisial cell stimulating ( ICSH
).
Prolaktin ( PRL ) atau luteotropic hormone ( LTH ) hormon
ini memulai mempertahankan laktasi dengan mempengaruhi langsung kelenjar susu
dimamae. Prolaktin dhasilkan oleh sel-sel laktotrof bagian depan dengan bantuan
hormon yang mampu untuk merangsang pertumbuhan payudara dan memproduksi air
susu.
Melanocyte stimulating hormone ( MSH ) dihasilkan oleh
hipofise pars intermedius dan didapati pada manusia dalam fase kehidupan fetus.
MSH dan proses fisiologisnya berperan terhadap kulit.
-
Lobus intermedia
Bagian ini terpisah dari lobus anterior dan dipisahkan
oleh sisa kantong ratkhe yang disebut celah ratkhe. Terdiri dari pars
distalis,pars intermedia,pars tuberalis,kromofil,neurohipofise,dan pembuluh
darah serta persyarafan
-
Lobus posterior (
neurohipofisis )
Berasal dari evaginasis atau penonjolan dasar dari
ventrikel otak ketiga. Lobus ini menghasilkan vasopressin atau argine vaso
previn.
Vasopressin adalah hormon antidiuretik ( ADH ) yang
bekerja melalui resptor-rseptor tubuli distal dari ginjal sehingga menghemat
air dan mengkonsentrasi urine dengan menambah aliran osmotik dari lumina-lumina
ke intestinum medular yang membuat kontraksi otot polos.pengaturan sekresi
vasopressin yaitu perubahan tekanan osmotik efek plasma,perubahan volume cairan
ekstrasel,peningkatan osmolitas plasma,penurunan osmolitas
plasma,osmoreseptor,rangsangan angiotensin II,adrenalin,kortisol,estrogen,dan
progesteron,susunan saraf pusat,peningkatan suhu.
b.)
Kelenjar tiroid
Tiroid merupakan kelenjar yang terletak didalam leher
dibawah,disebelah kanan depan trakea,melekat pada tulang laring,dan melekat
pada dinding laring. Kelenjar ini terdiri dari 2 lobus tebalnya 2 cm,panjangnya
4cm,dan lebarnya 2,5 cm. Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroksin pembentukan
hormon tiroid tergantung dari jumlah yodium eksogen yang masuk ke dalam
tubuh,sumber utama untuk memelihara keseimbangan yodium adalah makanan dan air
minum.
Struktur mikroskopis kelenjar ini terdiri dari folikel
seperti kelenjar asiner berdinding selapis sel. Bila aktif berbentuk kuboid
yang tinggi dan bila istirahat sel ini pipih dan bagian tengah asinernya terisi
koloid yang merupakan aenyawa tiroglobulin,tirosin,dan hormon tiroid. Sekresi
hormon tiroid berasal dari sel kelenjar yang memerlukan bantuan TSH untuk
endositosis koloid oleh mikrovili,enzim proteolitik berfungsi untuk memecahkan
ikatan hormon T3 ( triiodothyronine ) dan T4 ( tetraiodothyronine ) dari
trigobulin dan melepaskan T3 dan T4 ke peradaran darah. T3 dan T4 meningkatkan
konsumsi oksigen disemua jaringan,kecuali pada orang dewasa (
otak,limpa,hipofisis anterior,testes,uterus dan kelenjar limfe ).
c.)
Kelenjar paratiroid
Kelenjar paratiroid terletak diatas selaput yang
membungkus kelenjar tiroid dan terdapat dua pasang yang terletak dibelakang
tiap lobus kelenjar tiroid. Kelenjar ini menghasilkan hormon paratiroksin yang
merupakan suatu peptida yang terdiri dari 84 asam amino. Hormon paratiroksin adalah
suatu hormon yang diperlukan untuk menaikan kalsium serum sebanyak 1 mg % dalam
waktu 16 sampai 18 jam.
d.)
Kelenjar timus
Kelenjar ini terletak dalam rongga mediastrinum
dibelakang os sternum. Kelenjar ini merupakan sumber suatu faktor yang dibawa
darah menginduksi diferensiasi sel induk limfosit yang mampu berpartisifasi
dalam reaksi kekebalan. Dalam timus tidak terdapat pembuluh aferen dan sinus
limfe,pembuluh utama berjalan kejaringan ikat interlobular.
e.)
Kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal berbentuk ceper dan terdapat di bagian
atas ginjal.kelenjar ini terdiri dari bagian luar atau korteks yang berasal
dari sel-sel mesoderm dan bagian dalam yaitu medula yang berasal dari e
Kstoderm.
Bagian korteks menghasilkan hormon yang dikategorikan sebagai hormon steroid,sedangkan
medula menghasilkan katekolamin
f.)
Kelenjar pienalis (
epifise )
Kelenjar ini terdapat didalam ventrikel otak,bentuknya
kecil dengan warna merah seperti buah cemara,dan kelenjarnya menonjol dari
mesen sifalon keatas dan kebelakang kolikus superior. Fungsi kelenjar ini belum
diketahui dengan jelas. Kelenjar ini menghasilkan sekresi internal dalam
membentuk pankreas dan kelenjar kelamin berperan penting dalam mengatur
aktifitas seksual dan reproduksi manusia.
g.)
Kelenjar pankreas
Adalah alat tubuh yang bentuknya agak panjang,terletak
retroperitonial adalah abdomen bagian atas,didepan vertebrata lumbalis satu dan
dua. Kepala pankreas terletak dekat kepala duodenum,sedangkan ekornya sampai ke
lien. Pankreas mendapat darah dari arteri lienalis dan arteri mesenterika
superior. Duktus pankretikus bersatu dengan duktus koledukus dan masuk ke
duodenum. Pankreas menghasilkan dua kelenjar,yaitu endokrin dan eksokrin.
Pulau langerhans menghasilkan 4 jenis sel,yaitu sel A
sekitar 20-40% memproduksi glukagon menjadi
faktor hiperglikemik. Sel ini mempunyai antiinsulin like actife,mengandung
gelembung sekretorik dengan granula hemogen kepadatan rendah,dan membentuk
glukagon yang dirangsang oleh kadar gula yang rendah. Sel B sekitar 60-80%
berfungsi membuat insulin,sel B lebih banyak menggandung granula yang ciri
khasnya memiliki kristaloid romboid yang merupakan penghasil insulin,sel B
bekerja terhadap membran sel agar memudahkan transpor glukosa kedalam sel
sehingga kadar gula darah menurun. Sel C sekitar 5-15% membuat somatostatin,tidak
bergranula,berbentuk oligonal tak teratur,inti sel bundar ditengah
mitokondria,berbentuk batang,dan terletak dalam granula. Sel D sekitar 1%
menggandung mensekresi pankreatik polipeptida,jumlahnya lebih sedikit letaknya
berdekatan dengan sel A,berisi gelembungan kecil,berada dalam pulau langerhans
didaerah kepala pankreas,sel D melepaskan somatostatin yang dapat menghambat
insulin dan glukosa. Insulin merupakan protein kecil yang terdiri dari dua
rantai asam amino yang satu sama lainnya dihubungkan oleh ikatan disulfida.
Sebelum dapat berfungsi, insulin harus berdekatan dengan protein resptor yang
besar dalam membran sel. Sekresi insulin dikendalikan oleh kadar glukosa
darah,kadar glukosa darah yang berlebihan akan merangsang sekresi insulin dan
bila kadar glukosa normal atau rendah maka sekresi insulin akan
berkurang,glukosa masuk ke dalam darah tanpa dipengaruhi oleh adanya insulin
dan langsung dapat merangsang sekresi insulin.
h.)
Kelenjar kelamin
Kelenjar kelamin gonat adalah testes pria dan ovarium
pada wanita yang mempunyai fungsi reproduksi dan endokrin. Sebagai kelenjar
endokrin testes menghasilkan hormon seks,yaitu androgen dan sperma,sedangkan
ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron yang memproduksi sel telur. (
saifudin,2002 )
B.
Konsep
dasar Diabetes mellitus
1.
Pengertian
Diabetes
militus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan
kadar glukosa
darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relatif.(Syahfril Syahbudin,2004)
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.(Brunner
dan suddarth,2002).
Diabetes
Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
2.
Klasifikasi
diabetes mellitus
Diabetes
melitus dibedakan dalam dua tipe yaitu:
1.
Tipe I : Diabetes
mellitus tergantung insulin
2.
Tipe II : Diabetes melitus tidak tergantung insulin
3.
Etiologi
a.
Diabetes Tipe 1
Diabetes
tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta penkreas. Kombinnasi factor
genetik,imunologi dan mukin pula lingkungan
(misalnya ,infeksi virus)di perkirakan turut menimbulkan distruksi sel
beta.
a) Faktor-faktor
Genetik
b).
Faktor-faktor Imunologi
c).Faktor-faktor
Lingkungan
b. Diabetes
Tipe ll
Mekanisme yang tepat
yang menyebabkan rssistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes
tip II masih belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe ll. Faktor-faktor ini
adalah:
a.) Usia
(resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b) Obesitas
c) Riwayat
keluarga
c.
Tanda dan Gejala
diabetes mellitus
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1.
Bau mulut yang khas (amoniak)
2.
Jumlah urine yang banyak
dikeluarkan (Polyuria)
3.
Sering atau cepat merasa haus/dahaga
(Polydipsia)
4.
Lapar yang berlebihan atau makan banyak
(Polyphagia)
5.
Frekwensi urine meningkat/kencing
terus (Glycosuria)
6.
Kehilangan berat badan yang tidak jelas
sebabnya
7.
Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf
ditelapak tangan & kaki
8.
Cepat lelah dan lemah setiap waktu
9.
Apabila luka/tergores (korengan) lambat
penyembuhannya
Penderita diabetes tipe II bisa
tidak menunjukkan gejala-gejala selama beberapa
tahun, Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah
gejala yang berupa sering berkemih dan sering merasa haus. Jarang terjadi
ketoasidosis.
Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.
Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.
4.
Patofisiologi
1. Tipe I : IDDM
Hampir 90-95% islet sel pankreas hancur sebelum terjadi hiperglikemia akibat dari antibodi islet sel. Kondisi tersebut menyebabkan insufisiensi insulin dan meningkatkan glukosa. Glukosa menumpuk dalam serum sehingga menyebabkan hiperglikemia, kemudian glukosa dikeluarkan melalui ginjal (glukosuria) dan terjadi osmotik diuresis. Osmotik diuresis menyebabkan terjadinya kehilangan cairan dan terjadi polidipsi. Penurunan insulin menyebabkan tubuh tidak bisa menggunakan energi dari karbohidrat sehingga tubuh menggunakan energi dari lemak dan protein sehingga mengakibatkan ketosis dan penurunan BB. Poliphagi dan kelemahan tubuh akibat pemecahab makanan cadangan.
1. Tipe I : IDDM
Hampir 90-95% islet sel pankreas hancur sebelum terjadi hiperglikemia akibat dari antibodi islet sel. Kondisi tersebut menyebabkan insufisiensi insulin dan meningkatkan glukosa. Glukosa menumpuk dalam serum sehingga menyebabkan hiperglikemia, kemudian glukosa dikeluarkan melalui ginjal (glukosuria) dan terjadi osmotik diuresis. Osmotik diuresis menyebabkan terjadinya kehilangan cairan dan terjadi polidipsi. Penurunan insulin menyebabkan tubuh tidak bisa menggunakan energi dari karbohidrat sehingga tubuh menggunakan energi dari lemak dan protein sehingga mengakibatkan ketosis dan penurunan BB. Poliphagi dan kelemahan tubuh akibat pemecahab makanan cadangan.
2. Tipe II : NIDDM
Besar dan jumlah sel beta pankreas menurun tidak diketahui sebabnya. Pada obesitas, kemampuan insulin untuk mengambil dan memetabolisir glukosa ke dalam hati, muskuloskeletal dan jaringan berkurang. Gejala hampir sama dengan DM Tipe I dengan gejala non spesifik lain (pruritus, mudah infeksi)
Besar dan jumlah sel beta pankreas menurun tidak diketahui sebabnya. Pada obesitas, kemampuan insulin untuk mengambil dan memetabolisir glukosa ke dalam hati, muskuloskeletal dan jaringan berkurang. Gejala hampir sama dengan DM Tipe I dengan gejala non spesifik lain (pruritus, mudah infeksi)
5.
Penatalaksanaan
medis
Tujuan utama
terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar darah
dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vasvuler serta neuropatik.
Tujuan terapetik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa dara
normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktivitas pasien.
Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan diabetes:
a. Diet
Salah satu pilar
utama pengelolaan DM adalah perencanaan makanan walaupun telah mendapat
penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50% pasien tidak melaksanakannya.
Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu yang seimbang dengan komposisi
Idealnya sekitar 68% karbohidrat, 20% lemak dan 12% protein. Karena itu diet
yang tepat untuk mengendalikan dan mencugah agar berat badan ideal dengan cara:
1)
Kurangi Kalori
2)
Kurangi Lemak
3)
Kurangi Karbohidrat
komplek
4)
Hindari makanan manis
5)
Perbanyak konsumsi sera
b. Latihan
1) Hindari
dehidarasi, minum 500cc
2) Diperlukan
teman selama berolah raga
3) Jangan
olah raga jika merasa ‘tak enak badan’
c. Terapi
(jika diperlukan)
1) Terapi
Gizi pada DM Tipe 1
Perlu ditetapkan perencanaan makan yang berdasarkan asupan makan sehari-hari individu dan digunakan sebagai dasar untuk mengintegrasikan terapi insulin dengan pola makan dan latihan jasmani yang biasanya dilakukan. Individu yang menggunakan terapi insulin dianjurkan makan pada waktu yang konsisten dan sinkron dengan waktu kerja insulin yang digunakan. Selanjutnya individu perlu memantau kadar glukosa darah sesuai dosis insulin dan jumlah makanan yang biasa dimakan.
Perlu ditetapkan perencanaan makan yang berdasarkan asupan makan sehari-hari individu dan digunakan sebagai dasar untuk mengintegrasikan terapi insulin dengan pola makan dan latihan jasmani yang biasanya dilakukan. Individu yang menggunakan terapi insulin dianjurkan makan pada waktu yang konsisten dan sinkron dengan waktu kerja insulin yang digunakan. Selanjutnya individu perlu memantau kadar glukosa darah sesuai dosis insulin dan jumlah makanan yang biasa dimakan.
2) Terapi
Gizi PadaDM Tipe 2
Penekanan tujuan terapi gizi medis pada diabetes tipe 2 hendaknya pada pengendalian glukosa, lipid, dan hipertensi. Penurunan berat badan dan diet hipokalori (pada pasien yang gemuk) biasanya memperbaiki kadar glikemik jangka pendek dan mempunyai potensi meningkatkan control metabolik jangka lama. Diet dengan kalori sangat rendah, pada umumnya tidak efektif untuk mencapai penurunan berat jangka lama, dalam hal ini perlu ditekankan bahwa tujuan diet adalah pada pengendalian glukosa dan lipid. Namun demikian pada sebagian individu penurunan berat badan dapat juga dicapai dan dipertahankan.
Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup dan disertai pengurangan total lemak terutama lemak jenuh. Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-10kg) sudah terbukti dapat meningkatkan control diabetes, walaupun berat badan idaman tidak dicapai. Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai dengan baik dengan penurunan asupan energi yang moderat dan peningkatan pengeluaran energi. Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 kkal lebih rendah dari asupan rata-rata sehari.
Penekanan tujuan terapi gizi medis pada diabetes tipe 2 hendaknya pada pengendalian glukosa, lipid, dan hipertensi. Penurunan berat badan dan diet hipokalori (pada pasien yang gemuk) biasanya memperbaiki kadar glikemik jangka pendek dan mempunyai potensi meningkatkan control metabolik jangka lama. Diet dengan kalori sangat rendah, pada umumnya tidak efektif untuk mencapai penurunan berat jangka lama, dalam hal ini perlu ditekankan bahwa tujuan diet adalah pada pengendalian glukosa dan lipid. Namun demikian pada sebagian individu penurunan berat badan dapat juga dicapai dan dipertahankan.
Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup dan disertai pengurangan total lemak terutama lemak jenuh. Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-10kg) sudah terbukti dapat meningkatkan control diabetes, walaupun berat badan idaman tidak dicapai. Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai dengan baik dengan penurunan asupan energi yang moderat dan peningkatan pengeluaran energi. Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 kkal lebih rendah dari asupan rata-rata sehari.
Penanganan di sepanjang perjalanan
penyakit diabetes akan bervariasi karena terjadinya perubahan pada gaya hidup,
keadaan fisik dan mental penderitanya di samping karena berbagai kemajuan dalam
metode terapi yang dihasilkan dari riset. Karena iti, penatalaksanaan diabetes
meliputi pengkajian yang konstan dan modifikasi rencana penanganan oleh
professional kasehatan di samping penyesuian terapi oleh pasien sendiri setiap
hati. Meskipun tim kesehatan akan mengarahan penanganan tersebut,namun pasien
sendirilah yang harus bertnggung jawab dalam pelaksanaan terapi yang komplek
itu setiap harinya,karena alasan ini,pendidikan pasien dan keluarganya
dipandang sebagai komponen yang penting dalam menangani pengakit diabetes sama penting nya denagn komponen lain pada
terapi diabetes.
6.
. Pemeriksaan penunjang
Glukosa
darah puasa (fasting blood glucose) adalah pemeriksaan
gula darah terhadap seseorang yang telah dipuasakan semalaman. Biasanya orang
tersebut disuruh makan malam terakhir pada pukul 22.00; dan keesokan paginya
sebelum ia makan apa-apa, dilakukan pemeriksaan darah. Nilai normal untuk
dewasa adalah 70-110 mg/dL. Seseorang dinyatakan diabetes melitus apabila kadar
glukosa darah puasanya lebih dari 126 mg/dL. Sedangkan kadar glukosa darah
puasa di antara 110 dan 126 mg/dL menunjukkan gangguan pada toleransi glukosa,
yang perlu diwaspadai dapat berkembang menjadi diabetes melitus di masa
mendatang.
Glukosa
darah sewaktu atau glukosa darah 2 jam
postprandial (2 jam setelah makan) adalah pemeriksaan gula darah
terhadap seseorang yang tidak dipuasakan terlebih dahulu. Perbedaannya adalah
untuk skrining atau pemeriksaan penyaring, biasanya diperiksa glukosa darah
sewaktu. Tanpa ditanya apa-apa atau disuruh apa-apa, glukosa darah langsung
diperiksa. Sedangkan untuk keperluan diagnostik, dilakukan pemeriksaan glukosa
darah 2 jam postprandial segera setelah glukosa darah puasa diperiksa. Beban
yang diberikan adalah glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam 200 mL air yang
dihabiskan dalam 5 menit. Selanjutnya subjek diistirahatkan selama 2 jam (tidak
boleh beraktivitas fisik berlebihan). Nilai normal untuk dewasa adalah kurang
dari 140 mg/dL. Seseorang dinyatakan diabetes melitus apabila kadar glukosa
darah sewaktunya lebih dari 200 mg/dL. Di antaranya dinyatakan mengalami
gangguan toleransi glukosa.
Glycosylated
hemoglobin (HbA1c) adalah pemeriksaan penunjang
diabetes melitus yang ditujukan untuk menilai kontrol glikemik seorang pasien.
HbA1c adalah salah satu fraksi hemoglobin (bagian sel darah merah) yang
berikatan dengan glukosa secara enzimatik. HbA1c ini menunjukkan kadar glukosa
dalam 3 bulan terakhir, karena sesuai dengan umur eritrosit (sel darah merah)
yaitu 90-120 hari. Nilai HbA1c yang baik adalah 4-6%. Nilai 6-8% menunjukkan
kontrol glikemik sedang; dan lebih dari 8%-10% menunjukkan kontrol yang buruk.
Pemeriksaan ini penting untuk menilai kepatuhan seorang pasien diabetes dalam
berobat. Bisa saja seorang pasien yang sudah tahu akan diperiksa glukosa
darahnya melakukan olahraga ekstra keras atau menjaga makanannya dengan
hati-hati agar saat diperiksa glukosa darah sewaktunya memberi hasil yang
normal; namun dengan pemeriksaan HbA1c, semua itu tidak bisa dibohongi.
Kepatuhan pasien dalam 3 bulan terakhir terlihat dari tinggi rendahnya kadar
HbA1c. Selain itu, HbA1c juga dapat meramalkan perjalanan penyakit, apakah pasien
berpeluang besar mengalami komplikasi atau tidak; berdasarkan kadar kontrol
glikemiknya.
7.
Komplikasi
Berikut ini
komplikasi yang timbul pada diabetes mellitus:
a. Komplikasi
jangka lama termasuk penyakit kardiovaskuler (risiko ganda)
b. Kegagalan kronis ginjal (penyebab
utama dialisis)
c. Kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan
serta kerusakan
saraf yang dapat
menyebabkan impotensi
d. Gangren dengan risiko amputasi
8.
Pencegahan
Melalui
perubahan gaya hidup. Membuat beberapa perubahan sederhana dalam gaya hidup
sekarang dapat membantu mencegah dan mengendalikan diabetes. Pertimbangkan
upaya pencegahan diabetes mellitus:
1. Lakukan lebih banyak
aktivitas fisik
2. Dapatkan banyak serat dalam makanan
3. Makanlah kacang-kacangan dan biji-bijian
4. Turunkan berat badan
5. Perbanyak minum produk susu rendah lemak
6. Kurangi lemak hewani
7. Kurangi konsumsi gula
8. Berhenti merokok
9. Hindari lemak trans .
10. Dapatkan dukungan
Selain
upaya pencegahan diabetes mellitus di atas kita juga bisa menggunakan jelly
gamat gold-g untuk pencegahan diabetes dan juga merupakan solusi pengobatan
alternatif atau tradisional herbal untuk mengatasi dan mengobati
sekaligus menyembuhkan penyakit diabetes melitus secara alami.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS
A.
Pengkajian
1)
Identitas klien
seperti : nama,umur,jenis kelamin,agama,pekerjaan dll
2) Riwayat
Kesehatan Keluarga
Adakah
keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
3) Riwayat
Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana
penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.
4) Aktivitas/
Istirahat :
Letih,
Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
5) Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi,
kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama,
takikardi, perubahan tekanan darah
6) Integritas
Ego
Stress,
ansietas
7) Eliminasi
Perubahan
pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria )
8) Makanan
/ Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti
diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
9) Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas
kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
10) Nyeri
/ Kenyamanan
Abdomen
tegang, nyeri (sedang / berat)
11) Keamanan
Kulit
kering, gatal, ulkus kulit.
B.
Rencana keperawatan
1)
Diagnosa : hiperglikemi
berhubungan dengan ketidakadekuatan insulin
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan : klien
mendapatkan kebutuhan insulin yang cukup
Intervensi :
-
Kaji tingkat hipo
dan hiper glukosa
R : untuk mengetahui tingkat kadar glukosa dalam darah
-
Kaji mukosa dan
turgor kulit
R : untuk mengetahui keadaan mukosa dan kulit klien
-
Kolaborasi dengan
tim gizi dalam melakukan diet
R : agar kebutuhan akan nutrisi terpenuhi
-
Kolaborasi dengan
lab dalam pemeriksaan gdt,aseton dan urin
R : untuk mengetahui kadar glukosa darah
-
Kolaborasi dengan
tim dokter dalam pemberian terapi farmakologi
R : agar tercukupinya kebutuhan insulin
2)
Diagnosa : kekurangan
volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam
diharapkan : klien tidak merasa haus lagi dan kulit klien tidak kering lagi
Intervensi :
-
Monitor tanda-tanda
vital klien
R : untuk mengetahui perubahan tanda-tanda vital klien
-
Kaji suhu,warna
kulit dan kelembaban
R : untuk mengetahui apakah klien masih dehidrasi atau
tidak
-
Kaji nadi
perifer,turgor kulit dan membran mukosa
R : merupakan indikator dari tingkat dehidrasi
-
Berikan cairan
paling sedikit 2500 ml/hari
R : untuk mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi
3)
Diagnosa : nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi
Intervensi :
-
Timbang berat badan
setiap hari atau sesuai indikasi
R : mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
-
Tentukan program
diet dan pola makan yang sesuai
R : mengidentifikasi kekurangan dan penyimpanan dari
kebutuhan
-
Berikan makanan
yang cair yang mengandung zat makanan yang baik
R : untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi klien
-
Kolaborasi dalam
pemeriksaan gula darah
R : untuk mengetahui kadar glukosa klien
4)
Diagnosa : kelelahan berhubungan dengan
penurunan perubahan metabolik
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan
klien dapat beraktifitas walaupun ditempat tidur
Intervensi :
-
Diskusikan dengan
klien kebutuhan akan aktivitasnya
R : untuk meningkatkan motivasi klien
-
Berikan aktivitas
alternatif dengan periode istirahat yang cukup
R : mencegah kelelahan yang berlebihan
-
Pantau
nadi,frekuensi pernafasan,dan tekanan darah sebelum/sesudah aktifitas
R : mengindikasikan tingkat aktifitas yang dapat
ditoleransi
-
Tingkatkan
partisipasi klien dalam melakukan aktifitas
R : meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif
sesuai tingkat aktifitas
5)
Diagnosa : kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan
klien mengerti tentang sakitnya
Intervensi :
-
Ciptakan lingkungan
yang saling percaya
R : untuk membina hubungan yang baik dengan klien
-
Bekerja dengan
pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan
R : partisipasi dalam perencenaan meningkatkan antusias
dan kerja sama pasien.
-
Kaji tingkat
pengetahuan klien
R : untuk mengetahui pengetahuan klien tentang penyakit
DM
-
Lakukan penkes
R : untuk memberikan pengetahuan klien
-
Anjurkan klien
untuk memeriksa gula darahnya
R : untuk mengetahui kadar glukosa dalam darah klien
Tidak ada komentar:
Posting Komentar