Minggu, 29 Juli 2012

Pedikulodis dan Skabies


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Parasit adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya. Manusia adalah tuan rumah bagi banyak parasit, yang dapat hidup di dalam tubuh atau pada kulit. Parasit ini menggunakan tubuh manusia untuk mendapatkan makanan dan untuk mereproduksi, dan dalam tawar-menawar menyebabkan masalah kesehatan manusia yang terinfeksi.
parasit terdapat di seluruh dunia dan banyak orang menderita infeksi parasit kulit. Sebagai contoh, sekitar 6 untuk 12 juta orang di seluruh dunia mendapatkan kutu setiap tahun dan di Amerika Serikat. Banyak penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit contohnya yaitu skabies dan pedicolosis.
Skabies adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh kuman sarcotes scabie yaitu seperti tungau yang memparasitkan diri pada kulit manusia  yang mengakibatkan rasa gatal pada kulit dan menimbulkan papul, vesikel bahkan menyebabkan ulkus dan erosi pada kulit.
Insidensnya di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat. Amiruddin dkk., dalam penelitian skabies di Rumah Sakir Dr. Soetomo Surabaya, menunjukkan insidens penderita skabies selama 2008-2010 adalah 2,7%. Abu A dalam penelitiannya di RSU Dadi Ujung Pandang mendapatkan insidens skabies 0,6%  pada tahun 1995-1998.
Pedicolosis adalah penyakit yang juga disebabakan oleh parasit obligat pediculus humanis yang menyerang pada kulit badan, kulit kepala, rambut dan daerah pubis.
Persentase penderita pediculus di Indonesia 20% pada tahun 2002-2009 dalam penelitian pediculosis di rumah sakit Dr.Soetomo Surabaya menunjukan penderita pediculosis 0,5% pada tahun 1999-2003.
Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan peran perawat dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatan fisik, perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual, psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan terhadap penderita sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga yang nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun komplikasi yang mungkin muncul dari skabies dan pediculosis tersebut.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat materi skabies dan pediculosis  dalam penulisan makalah ilmiah.

B.       Tujuan Penulisan
1.         Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien dengan skabies dan pediculosis
2.         Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu :
a.    Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian skabies dan pediculosis  
b.   Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penyebab skabies dan pediculosis
c.    Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami  diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien skabies dan pediculosis
d.   Mahasiswa mampu mengetahui dan  memahami penatalaksanaan pada pasien dengan skabies dan pediculosis
C.      Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode diskritip melalui pendekatan studi kasus yang meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menarik kesimpulan. Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lain (internet) yang berhubungan dengan judul dan permasalahan.

D.      Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan        : terdiri atas Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan
BAB II Tinjauan Teoritis : terdiri atas Mekanisme Infeksi Parasit Pada Kulit dan Konsep Dasar Penyakit Skabies dan Pedikulosis
BAB III Askep                 : terdiri atas Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan
BAB IV Penutup            : terdiri atas Kesimpulan dan Saran-saran

Herpes Zoster, Herpes Simpleks, Varisela


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang meng-infeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. Makanya virus yang sangat merugikan jika tinggal di sel  inangnya ( manusia ), karena virus dapat berreplikasi dengan menghacurkan DNA dan RNA sel inangnya, hal ini sangat berbahaya sekali bagi sel inangnya.
Virus yang dapat menyebabkan penyakit pada semua jaringan dan sel pada manusia, salah satunya pada kulit. Kulit merupakan organ terluas dan kulit merupakan pertahan pertama bagi manusia. Sistem pertahanan kulit sangat berguna sekali untuk melindungi organ yang berada didalam tubuh. Kulit juga dapat terkena penyakit terutama yang disebabkan oleh virus, diantaranya adalah penyakit varisela, herpes zoster, dan herpes simplek.
Penyakit varisela dan herpes zoster disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), tapi bedanya adalah varisela ini adalah infeksi primer dan herpes zoster merupakan kelanjutan dari penyakit varisela ( infeksi sekunder ) sedangkan herpes simpleks disebabkan oleh Virus Herpes Simplek (VHS) tipe I dan tipe II yang biasanya merupakan salah satu penyakit menular seksual.
Di negara barat kejadian varisela terutama meningkat pada musim dingin dan awal musim semi, sedangkan di Indonesia virus menyerang pada musim peralihan antara musim panas ke musim hujan atau sebaliknya Namun varisela dapat menjadi penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita yang tinggal di populasi padat, ataupun menyebar di dalam satu sekolah. Varisela sering menyerang anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak usia 5-9 tahun. Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, 75 % anak terjangkit setelah terjadi penularan.
Departemen penelitian pusat kesehatan Omsteld melakukan penelitian dengan metode menggunakan data dari 1 Januari 1996-15 Oktober 2005, dilakukan studi pada populasi penduduk dewasa (≥ 22 tahun) dari Olmsted County, MN, untuk menentukan (dengan peninjauan rekam medis) kejadian herpes zoster dan tingkat komplikasi herpes zoster. Tingkat insiden ditentukan oleh usia dan jenis kelamin dan disesuaikan dengan populasi Amerika Serikat. Hasilnya adalah Sebanyak 1.669 penduduk dewasa dengan diagnosis dikonfirmasi herpes zoster diidentifikasi antara 1 Januari 1996 dan 31 Desember 2001. Sebagian besar (92%) dari pasien imunokompeten dan 60% adalah perempuan. Ketika disesuaikan dengan populasi orang dewasa Amerika Serikat, kejadian herpes zoster adalah 3,6 per 1000 orang-tahun (95% confidence interval, 3.4-3,7), dengan peningkatan temporal 3,2-4, 1 per 1000 orang-tahun dari 1996 sampai 2001. Insiden herpes zoster dan tingkat komplikasi herpes zoster meningkat dengan usia, dengan 68% kasus terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Neuralgia terjadi pada 18% pasien dewasa dengan herpes zoster dan di 33% dari senior.
Untuk herpes simpleks, dalam beberapa tahun terakhir, herpes genital telah menjadi infeksi menular seksual meningkat. Sejak tahun 1970, prevalensi HSV-2 di Amerika Serikat telah meningkat sebesar 30% sebagai hasilnya satu dari lima orang dewasa terinfeksi. Perbandingan negara-negara berkembang, telah ada jauh lebih tinggi tingkat HSV-2 di Afrika, di mana prevalensi orang dewasa bervariasi dari 30% sampai 80% pada wanita dan 10% sampai 50% pada pria akhirnya lebih dari 80 % dari pekerja seks perempuan yang terinfeksi [12]. Di Amerika Selatan, data yang tersedia terutama bagi perempuan, di antaranya prevalensi HSV-2 berkisar antara 20% dan 40%. Prevalensi pada populasi umum negara-negara Asia menunjukkan nilai yang lebih rendah dari 10% sampai 30%.
Pusat Pengendalian Penyakit dan (CDC) Pencegahan statistik menunjukkan sekitar 17% dari segala usia Amerika 14 49 memiliki virus herpes simpleks 2 (HSV-2, biasanya dikaitkan dengan herpes kelamin), tapi di kalangan Afrika Amerika, rate dua kali lipat. Perempuan kulit hitam sangat keras, dengan hampir setengah dalam penelitian ini menemukan bahwa HSV-2.
Data tren Nasional Prevalensi HSV-2 di antara mereka berusia 14-49 tahun dari The National Health and Nutrition Examination Survey  (NHANES) 2005-2008 dibandingkan dengan survei NHANES di  Amerika serikat  tahun 1988-1994 dan 1999-2004. Prevalensi menurun dari 21% (95% CI: 19,1-23,1) pada tahun 1988-1994 menjadi 17,0% (95% CI: 15,8-18,3) pada 1999-2004 dan 16,2% (95% CI: 14,6-17,9) tahun 2005-2008 . Data ini, bersama dengan data dari survei NHANES tahun 1976-1980, menunjukkan bahwa orang kulit hitam memiliki prevalensi lebih tinggi dari kulit putih untuk setiap periode survei dan kelompok umur (Gambar 52). Selama 2005-2008, persentase dari peserta survei NHANES berusia 20-49 tahun yang melaporkan diagnosis herpes kelamin adalah 18,9%. Meskipun HSV-2 prevalensi menurun, sebagian besar orang dengan HSV-2 belum menerima diagnosis. Peningkatan jumlah kunjungan untuk herpes genital, seperti yang disarankan oleh NDTI data, dapat menunjukkan infeksi pengakuan meningkat.
Sebuah studi laboratorium pada insiden herpes simpleks okular infeksi virus dilakukan di Jakarta pada tahun 1997. Sebanyak 479 spesimen yang dikumpulkan dari pasien secara klinis didiagnosis dengan herpes simpleks okular infeksi virus diperiksa di Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta. Sejumlah 409 (85,39%) dari jumlah total 479 spesimen menunjukkan herpes simpleks positif infeksi virus. Pasien tertua beumur 18 tahun, sedangkan pasien tertua berusia 62 tahun. Jumlah terbesar pasien herpes okular diteliti jatuh di bawah usia 18 dan 30 tahun dari 332 pasien. Verifikasi distribusi jenis kelamin dari semua pasien yang diteliti, yang menderita herpes simpleks okular infeksi virus menunjukkan bahwa pasien laki-laki yang lebih umum daripada perempuan.
Varisela, herpes zoster, dan herpes simpleks sangat berbahaya apalagi penyakit ini merupakan penyakit cepat untuk menular. Oleh karena itu sebagai mahasiswa keperawatan kita harus megenali dan mengetahui konsep penyakit dan bagaimana menanganinya. Sehingga perawat dapat menyelesaikan ini dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman kepada standar keperawatan, berlandaskan etika dan etiket keperawatan dalam ruang lingkup wewenang serta tanggungjawab keperawatan. Terutama pada kegiatan preventif dan promotif tanpa meninggalkan kuratif dan rehabilitatif.
B.     Tujuan penulisan
1.      Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan keperawatan penyakit kulit yang disebabkan oleh virus khususnya varisela, herpes zoster dan herpes simpleks
2.      Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.       Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan mekanisme infeksi virus pada kulit.
b.      Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan konsep dasar penyakit varisela, herpes zoster dan herpes simpleks
c.       Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan teoritis pada penyakit varisela, herpes zoster dan herpes simpleks
C.     Metode penulisan
Dalam pembuatan makalah ini tim penulis menggunakan metode  deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan dan internet, diskusi kelompok, serta konsultasi dengan dosen pembimbing.
D.    Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan sistematika penulisan dalam 3 BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari konsep dasar teori dan konsep asuhan keperawatan pada klien  dengan penyakit kulit yang disebabkan oleh virus diantaranya penyakit varisela, herpes zoster dan herpes simpleks
BAB III   : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA


Kamis, 19 Juli 2012

Makalah Diabetes Insipidus


Bab 1
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Sistem endokrin dalam kaitanya dengan system syaraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua system ini bersama-sama bekarja untuk mempertahankan homeostatis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural) jika keduanya dihancurkan atau di ikat, maka fungsi dari kedua ginjal ini sebagian diambil alih oleh system syaraf.
Terdapat 2 tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin melapaskan sekresinya kedalam duktus pada permukaan tubuh, seperti kulit atau organ internal, seperti lapisan traktus intestinal. Kelenjar endokrin termasuk hepar, pancreas(kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sbaliknya kelenjar endokrin langsung melepaskan ekskresi langsung kedalam darah.
Kelenjar endokrin termasuk :
1.                  pulau lagerhans pada pancreas
2.                  gonad (ovarium dan testis)
3.                  kelenjar adrenal, hipofise,tiroid dan paratiroid serta timus.
Infusiensi hipofise menyebabkan hipofungsi organ sekunder. Hipofungsi hipofise jarang terjadi, namun dapat saja terjadi dalam setiap kelompok usia. Kondisi ini dapat mengenai semua sel hipofise(panhipopituitarisme) atau hanya sel-sel tertentu, terbatas pada suatu subset sel-sel hipofise anterior(mis.: hipogonadisme sekunder terhadap defisiensi sel-sel gonadotropik) atau sel-sel hipofise posterior (mis,: diabetes insipidus).
B.     Tujuan Penulisan
a.       Tujuan umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kelenjar pytuitari yaitu dengan hipopytuitari anterior dan posterior seperti diabetes insipidus dan SIADH.



b.      Tujuan khusus
Penulisan makalah ini mempunyai tujuan khusus yaitu:
1.      Untuk memahami teoritis dari hipopytuitari anterior dan posterior ( defenisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan fisik dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hipopytuitari ).
2.      Untuk memahami teoritis dari Diabetes Insipidus ( defenisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan fisik dan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Insipidus ).
C.    Manfaat Penulisan
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk lebih mendalami tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kelenjar pytuitari yaitu dengan hipopytuitari anterior dan posterior seperti diabetes insipidus.
D.    Metode Pengumpulan Data
Dalam pembuatan makalah ini tim penulis menggunakan metode  deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan dan internet, diskusi kelompok, serta konsultasi dengan dosen pembimbing.
E.     Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan sistematika penulisan dalam 3 BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari konsep dasar teori dan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kelenjar pytuitari yaitu dengan hipopytuitari anterior dan posterior seperti diabetes insipidus dan SIADH.
BAB III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    FISIOLOGI HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS
1.      HORMON HIPOFISIS ANTERIOR
Pro-opiomelanokortin dan ACTH
Aksis HPA adalah bagian utama sistem stress fisiologi, berbagai stresor (mis, stres metabolik, fisik, mental ) menyebabkan aktivasi aksis HPA. Regulator hipotalamus yang utama adalah peptida CRH dan, dengan derajat yang lebih rendah, arginin vasopresin (AVP), yang diproduksi di nucleus paraventricularis dan supraopticus hypothalami serta dibebaskan ke dalam sistem portal hipotalamus-hipofisis. Hormon-hormon ini memicu pembentukan dan transpor intrasel suatu protein besar yang dinamai pro-opiomelanokortin (POMC). POMC diproses lebih lanjut oleh berbagai protase (prohormon konvertase) untuk menghasilkan peptida-peptida yang lebih kecil, termasuk peptida 39 residu asam amino, yaitu ACTH. Sebagian besar peptida yang besar dari POMC lainnya belum jelas benar fungsinya. Meskipun ACTH adalah hormon hipofisis yang utama yang merangsang fungsi endokrin adrenokorteks, bagian terminal-amino dari peptida POMC (N-POMC) tampaknya memiliki fungsi mendorong pertumbuhan.
Hormon-hormon steroid ini selanjutnya memiliki efek kompleks terhadap banyak jaringan untuk melindungan organisme dari stres : Hormon-hormon ini meningkatkan tekanan darah dan glukosa darah, mengubah responsivitas sistem imun, dan seterusnya.
Glukokortikoid juga memberi umpan balik ke hipotalamus, tempat zat ini menghambat sekresi CRH, dan ke hipofisis, tempat zat ini menghambat sekresi ACTH lebih lanjut. Tanpa adanya stres yang tak lazim, pelepasan CRH, ACTH, dan steroid adrenal setiap harinya berlangsung dalam irama diurnal.


a        Hormon Glikoprotein
TSH dan gonadotropin berasal dari famili hormon glikoprotein. Anggota-anggota famili hormon glikoprotein klasik TSH dan gonadotropin, FSH dan LH, serta hormon kehamilan gonadotropin korion manusia (Hcg) terdiri atas subunit Ī±-glikoprotein (Ī±-GSU), yang dimiliki oleh semua anggota, dan subunit Ī² yang dimiliki secara individual. Subunit-Ī² yang unik pada hormon glikoprotein berperan menentukan perbedaan biologis hormon-hormon ini. Anggota lain famili ini adalah tirostimulin, yang juga memiliki komposisi subunit Ī± dan Ī². Peran fisiologi hormon ini masih dipastikan.
1)      Tirotropin
Tirotropin yang dilepaskan dari sel-sel spesifik di hipofisis atas rangsangan oleh thyrotropin-releasing hormone (TRH) dari hipotalamus. Faktor-faktor hipotalamus yang secara negatif mengatur pelepasan TSH adalah somatostatin. TSH selanjutnya mengalir melalui aliran darah sistematis ke kelenjar tiroid, tempat hormon ini merangsang pembentukan dan sekresi hormon-hormon tiroid memiliki efek terhadap hampir semua jaringan di tubuh tetapi khususnya pada sistem kardiovaskular, pernapasan, tulang, dan sistem saraf pusat. Hormon tiroid sangat penting untuk perkembangan, dan defisiensinya sewaktu perkembangan menimbulkan efek yang tidak dapat pulih sempurna pada pemberian hormon tiroid berikutnya.
2)      Gonadotropin
Peran gonadotropin adalah mengatur aksis neuroendokrin sistem reproduksi. Karena itu, suatu releasing factor dari hipotalamus yang dinamai gonadotropin-releasing hormone (GnRH) merangsang sekresi LH dan FSH, yang merangsang steroidogenesis di dalam ovarium dan testis. Selain itu, gonadotropin mendorong fungsi sel Sertoli dan teka serta gametogenesis. Steroid-steroid yang diproduksi oleh ovarium (estrogen) dan oleh testis (testosteron) menghambat pembentukan GnRH, LH, dan FSH serta memiliki efek terhadap folikel yang sedang tumbuh di dalam ovarium itu sendiri, terhadap uterus (mengontrol siklus haid), terhadap perkembangan payudara, terhadap spermatogenesis, dan terhadap banyak jaringan serta proses fifiologi lain.
b        Hormon Pertumbuhan dan Prolaktin
Hormon pertumbuhan dan prolaktin merupakan polipeptida satu-rantai yang secara struktural berkaitan tetapi memiliki spektrum kerja yang berbeda.
1)      Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan (growth hormone, GH), yang secara positif diatur oleh growth hormone-releasing hormone (GNRH) hipotalamus dan dihambat oleh somatostatin, memicu berbagai efek yang mendorong pertumbuhan di beragam jaringan.GH memiliki efek langsung (mis, merangsang pertumbuhan tulang rawan) dan tak-langsung (mis, melalui insulin-like growht factor-1 [IGF-1], suatu polipeptida yang disekresikan oleh hati dan jaringan. IGF-1 memiliki efek yang mirip dengan insulin, yaitu mendorong penyimpanan bahan bakar di berbagai jaringan. IGF-1 selanjutnya menghambat sekresi GNRH dan GH. Seperti pada berbagai aksis umpan-balik meuroendokrin, SSP dan faktor lain dapat secara bermakna memengaruhi aksis regulasi sederhana ini.
2)      Prolaktin
Peran utama prolakatin manusia adalah merangsang perkembangan payudara dan produksi air susu. Sekresi prolaktin diatur secara negatif oleh neurotransmiter dopamin dari hipotalamus, dan bukan oleh suatu peptida. Dopamin lebih bekerja sebagai penghambat ketimbang sebagai perangsang sekresi prolaktin. Proses-proses yang menyebabkan terpisahnya kelenjar hipofisis dan hipotalamus menyebabkan lenyapnya semua hormon hipofisis kecuali prolaktin (panhipopituitarisme akibat ketiadaan releasing hormone hipotalamus). Ketiadaan dopamin menyebabkan peningkatan sekresi prolaktin dari sel hipofisis anterior spesifik yang kini dibebaskan dari inhibisi oleh dopamin. Prolaktin juga dapat bekerja sebagai fungsi imun.
2.      Hormon Hipofisi Posterior
Vasopresin dan Oksitosin
Hormon peptida vasopresin dan oksitosin disintesis di nucleussupraopticus dan paraventricularis hypothalami. Akson dari neuron di nukleus-nukleus ini membentuk hipofisis posterior, tempat hormon-hormon peptida ini disimpan. Karena itu, untuk memicu pelepasan vasopresin atau oksitosin, set terpisah releasing factor hipotalamus tidak diperlukan.
1)      Vasopresin
Respon terhadap peningkatan ringan osmolalitas darah, ‘’osmostat’’ hipotalamus bereaksi dengan memicu rasa haus, pada saat yang sama, menyebabkan pelepasan vasopresin. Vasopresin meningkatkan jumlah kanal air aktif di membran sel ductus colligens ginjal sehingga air bebas dapat dihemat. Hal ini meningkatkan kepekatan urine. Penghematan air bebas dan stimulasi rasa haus memiliki efek akhir berupa koreksi perubahan ringan osmolalitas darah.
Vasopresin berikatan dengan sedikitnya tiga kelas reseptor. Salah satu kelas resptor vasopresin ditemukan otot polos. Efek utama resptor ini adalah memicu vasokontriksi. Reseptor V18 dijumpai di kortikotrop, dan reseptor ini berperan meningkatkan sekresi ACTH. Kelas resptor yang lain (V2) ditemukan di nefron distal di ginjal; fungsi utamanya adalah memerantarai efek vasopresin terhadap osmolalitas. Karena efeknya yang diperantarai oleh reseptor V2 ini, vasopresin juga dikenal sebagai hormon antidiuretik (ADH). Hubungan diantara gaya osmotik, volume, dan sekresi vasopresin diilustrasikan. Meskipun fungsi utama vasopresin adalah mempertahankan osmolalitas darah, sekresi hormon ini juga ditingkatkan oleh penurunan tajam volume intravaskular. Hal ini membantu aldosteron meningkatkan volume intravaskular, meskipun dengan pengorbanan berupa penurunan osmolitas. Kombinasi vasokontriksi perifer dan retensi air yang diperantarai oleh ADH (dalam keadaan hipotensi meskipun osmolaritas normal atau rendah) dapat dipahami sebagai suatu cara yang dilakukan oleh tubuh untuk mempertahankan perfusi dalam menghadapi dafisit volume intravaskular yang besar, bahkan ketika volume dan komposisi osmolar darah tidak ideal.
2)      Oksitosin
Seperti vasopresin, peptida ini disimpan diujung saraf neuron hipotalaus di hipofisis posterior. Peptida ini berperan penting dalam kontraksi otot polos uterus dan payudara baik selama menyusui maupun pada kontraksi rahim sewaktu persalinan.
Faktor
Meningkatkan Sekresi
Menghambat Sekresi
Neurogenik
Tidur stadium III dan IV
Stress (traumatik, bedah, peradangan, psikis)
Agonis adrenergik-alfa
Antagonis adrenergik-beta
Agonis dopamin
Agonis asetilkolin
Tidur REM


Antagonis adrenergik-alfa
Agonis adrenergik-beta

Antagonis asetilkolin
Metabolik

Hipoglikemia
Puasa
Penurunan kadar asam lemak
Asam amino
Diabetes melitus tak-terkontrol
Uremia
Sirosis hati

Hiperglikemia

Peningkatan kadar asam lemak

Obesitas
Hormonal

GNRH
Insulin-like growth factor yang rendah
Estrogen
Glukagon
Vasopresin arginin 

Somastostatin
Insulin-like growth factor yang tinggi
Hipotiroidisme
Kadar glukokortikoid yang tinggi

B.     Konsep Dasar Penyakit Diabetes Incipidus
1.      Pengertian
Diabetes insipidus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskopis. (Kapita Selekta Kedoteran : 2000)
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit dengan simtoma poliuria dan polidipsia. Jenis Diabetes insipidus yang paling sering dijumpai adalah Diabetes insipidus sentral, yang disebabkan oleh defisiensi arginina pada hormon AVP ( ariginin vasopresin ). Jenis kedua adalah Diabetes insipidus nefrogenis yang disebabkan oleh kurang pekanya ginjal terhadap hormon dengan sifat anti-diuretik, seperti AVP. (http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_insipidus)
Diabetes insipidus adalah pengeluaran cairan dari tubuh dalam jumlah yang banyak yang disebabkan oleh dua hal yaitu Gagalnya pengeluaran vasopressin dan Gagalnya ginjal terhadap rangsangan AVP.
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan, penyakit ini diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat menganggu mekanisme neurohypophyseal – renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkoversi air .
Diabetes insipidus adalah suatu sindrom poliuria yang terjadi akibat ketidakmampuan tubuh memekatkan urine sehingga menghemat air akibat ketiadaan efek vasopressin. (McPHEE, Stephen : 2011).
Jadi menurut kelompok Diabetes Insipidus adalah sindroma yang ditandai dengan poliuria dan polidipsi akibat terganggunya sekresi vasopressin oleh system saraf pusat yang dapat disebut dengan diabetes insipidus sentral dan akibat kegagalan ginjal dalam rangsangan AVP dan ketidakmampuan responsive tubulus ginjal terhadap vasopressin yang dapat disebut dengan diabetes insipidus nefrogenik.

Makalah Feokromositoma


BAB II
LANDASAN TEORITIS

A.    Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin
Fungsi tubuh diatur oleh dua sistem pengatur utama yaitu, sistem syaraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karekteristik tertentu. Misalnya medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari syaraf (neural).
1.      Struktur
Terdapat 2 type kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya kedalam duktus pada permukaan tubuh. Seperti kulit / organ internal seperti lapisan traktus intestinal. Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana, kelenjar ini tidak mempunyai saluran keluar dan mencurahkan sekresinya langsung ke sirkulasi darah. Kelenjar ini terdiri dari deretan sel-sel lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat yang halus yang banyak mengandung pembuluh kapiler. Kelenjar endokrin termasuk : hepar, Pankreas, (kelenjar eksorin dan endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata.
Kelenjar endokrin termasuk:
a.          Pulau Lagerhans pada pancreas
b.     Gouad (ovarium & testis) Kelenjar adrenal, hipofise, tiroid, paratiroid, serta timus

1.      Hormon dan Fungsiny
Hormon yaitu penghantar (transmitter) kimiawi yang dilepas dari sel-sel khusus kedalam aliran darah. Selanjutnya hormone tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek dari hormone (menurut starling). Hormon mengatur berbagai proses yang mengatur kehidupan. Sistem endokrin mempunyai 5 fungsi umum:
a.       Membedakan sistem syaraf pusat dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang.
b.      Menstimulasi urutan perkembangan.
c.        Mengkoordinasi sistem reproduktif.
d.       Memelihara lingkungan internal optimal.
e.        Melakukan respons korektif dan adatif ketika terjadi situasi darurat.

Makalah Goiter


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Istilah Goiter berarti terjadinya pembesaran pada kelenjar tiroid, yang dikenal dengan goiter non toxik atau simpel goiter atau struma endemik, dengan dampak yang ditimbulkannya hanya bersifat local yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya pada trachea dan esophagus.
Goiter adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya unsure yodium dalam makanan dan minuman. Asupan yodium dapat diperiksa secara langsung yaitu dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu yang mengidap goiter, sedangkan pemeriksaan secara tidak langsung dipakai berbagai cara antara lain  :  pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan dengan studi kinetik yodium.
Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut struma endemis dan sporadik. Secara sporadik dimana kasus-kasus struma ini dijumpai menyebar diberbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab maka struma sporadik banyak disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali, penggunaan obat-obat anti tiroid, peradangan dan neoplasma, secara endemis, dimana kasus-kasus struma ini dijumpai pada sekelompok orang didaerah tertentu, sdihubungkan dengan penyakit defisiensi yodium.
Pada umumnya goiter sering dijumpai pada daerah pegunungan, namun ada juga yang ditemukan di dataran rendah dan ditepi pantai.
Goiter merupakan gangguan yang sangat sering dijumpai dan menyerang 16 % perempuan dan 4 % laki-laki yang berusia antara 20 sampai 60 tahun seperti yang telah dibuktikan oleh suatu penyelidikan di Tecumseh, suatu komunitas di Michigan. Biasanya tidak ada gejala-gejala lain kecuali gangguan kosmetik, tetapi kadang-kadang timbul komplikasi-komplikasi. Goiter mungkin membesar secara difus dan atau bernodula.
B.       Tujuan Penulisan
1.         Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa diharapkan mampu mengenal dan mengetahui tentang kelenjar tiroid dan fungsinya bagi manusia.
2.         Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu :
a.         Mengetahui dan memahami konsep dasar penyakit Goiter
b.        Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan dari penyakit Goiter
C.       Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode diskritip melalui pendekatan studi kasus yang meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menarik kesimpulan dengan cara :
1.         Studi keperpustakaan/literatur
Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan judul dan permasalahan.
2.         Studi kasus
Metode ini diperoleh dari melakukan asuhan keperawatan terhadap klien mulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi.
D.      Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan        : terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis : terdiri dari Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid dan Konsep Dasar Penyakit    Goiter
BAB III Askep                : terdiri dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
BAB IV Penutup             : terdiri dari Kesimpulan dan Saran














BAB II
TINJAUAN TEORI
A.      Anatomi dan fisiologi Kelenjar Tiroid
Pada manusia, kelenjar tiroid terletak dileher bagian anterior, dan fungsinya adalah sintesis dan sekresi hormon tidoid tiroksin (T4) dan tri-iodotironin (T3). Hormon-hormon ini bersifat esensial untuk tumbuh kembang normal dan homeostasis tubuh dengan meregulasi produksi energi. Kelenjar paratiroid yang mensekresi hormon paratiroid tertanam dalam kelenjar tiroid, dan sel parafolikular yang tersebar diantara folikel tiroid memproduksi kalsitonin. Kelenjar tiroid manusia mulai berkembang sekitar 4 minggu setelah konsepsi dan bergerak turun ke leher sejalan dengan pembentukkan struktur bolibular yang khas. Proses ini selesai pada trimester ketiga.
Kelenjar tiroid, terletak tepat di bawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea, merupakan salah satu kelenjar endokrin terbesar, normalnya memiliki beasr 15 sampai 20 gram pada orang dewasa. Kelenjar tiroid terdiri dari banyak sekali folikel-folikel yang tertutup (diameternya antara 100-300 mikrometer) yang dipenuhi dengan bahan sekretorik yang disebut koloid dan dibatasi oleh sel-sel epitel kuboid yang mengeluarkan hormonnya ke bagian folikelitu. Unsur utama dalam koloid adalah glikoprotein tiroglobulin besar, yang mengandung hormon tiroid di dalam molekul-molekulnya. Begitu hormon yang diekskresikan sudah masuk ke dalam folikel, hormon itu harus diabsorbsi kembali melalui epitel folikel ke dalam darah, sebeum dapat berfungsi dalam tubuh. Setiap menitnya jumlah aliran darah di dalam kelenjar tiroid kira-kira lima kali lebih besar daripada berat kelenjar tiroid itu sendiri, yang menyuplai darah yang sama besarnya dengan bagian lain dalam tubuh, dengan pengecualian bagian korteks adrenal (Guyton, 2008).
Secara anatomi, tiroid merupakan kelenjar endokrin (tidak mempunyai ductus) dan bilobular (kanan dan kiri), dihubungkan oleh isthmus (jembatan) yang terletak di depan trachea tepat di bawah cartilago cricoidea. Kadang juga terdapat lobus tambahan yang membentang ke atas (ventral tubuh), yaitu lobus piramida.

1.         Secara embriologi, tahap pembentukan kelenjar tiroid adalah: Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding depan bagian tengah farings, yang terbentuk pada usia kelahiran 4 minggu. Tonjolan pertama disebut pharyngeal pouch, yaitu antara arcus brachialis 1 dan 2. Tonjolan kedua pada foramen ceacum, yang berada ventral di bawah cabang farings I.
a.         Pada minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju pharyngeal pouch melalui saluran yang disebut ductus thyroglossus.
b.        Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke-3, dan ductus thyroglossus akan menghilang. Posisi akhir kelenjar tiroid terletak di depan vertebra cervicalis 5, 6, dan 7.
c.         Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering ditemukan di pangkal lidah (ductus thyroglossus/lingua thyroid) dan pada bagian leher yang lain.
2.         Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri:
a.         thyroidea superior (arteri utama).
b.        A. thyroidea inferior (arteri utama).
c.         Terkadang masih pula terdapat A. thyroidea ima, cabang langsung dari aorta atau A. anonyma.
3.         Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama:
a.         V. thyroidea superior (bermuara di V. jugularis interna).
b.        V. thyroidea medialis (bermuara di V. jugularis interna).
c.         V. thyroidea inferior (bermuara di V. anonyma kiri).
4.         Persarafan kelenjar tiroid: 
Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior.
a.         Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens (cabang N.vagus) N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi, akibatnya pita suara terganggu (stridor/serak).

5.         Fungsi fisiologi kelenjar tiroid: 
a.         Hormon tiroid meningkatkan transkripsi sejumlah besar gen
Efek yang umum dari hormn tiroid adalah untuk mengaktifkan transkripsi sejumlah besar gen. Oleh karena itu, sesungguhnya di semua sel tubuh, sejumlah besar enzim protein, protein structural, protein transpor, dan zat lainnya akan disintesis. Hasil akhirnya adalah peningkatan menyeluruh aktivitas fungsional di seluruh tubuh.
b.        Hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolik selular
Hormon tirioid meningkatkan aktivitas metabolisme hampir seluruh jaringan tubuh. Bila sekresi hormon ini banyak sekali, maka kecepatan metabolisme basal mneingkat sampai setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal. Kecepatan penggunaan makanan sebagai sumber energi juga meningkat. Walaupun kecepatan sintesis protein pada saat itu juga meningkat, pada saat yang sama, kecepatan katabolisme protein juga meningkat.
c.         aEfek hormon tiroid pada pertumbuhan Efek yang penting dari hormon tiroid adalah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak selama kehidupan janin dan beberapa tahun pertama bayi kehidupan pasca lahir.
d.        Meningkatkan aliran darah, curah jantung, dan frekuensi denyut jantung
Meningkatnya metabolisme jaringan mempercepat pemakaian oksigen dan memperbanyak pelepasan jumlah produk akhir metabolisme dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi di sebagian besar jaringan tubuh, sehingga meningkatkan aliran darah. Kecepatan aliran darah di kulit terutama meningkat oleh karena meningkatnya kebutuhan untuk pembuangan panas dari tubuh. Sebagai akibat meningkatnya aliran darah, maka curah jantung juga akan meningkat sampai 60 persen atau lebih di atas normal bila terdapat kelebihan hormon tiroid dan turun sampai hanya 50 persen dari normal pada keadaaan hipotiroidisme yang sangat berat. Hormon tiroid mempunyai pengaruh langsung pada eksitabilitas jantung, yang selanjutnya meningkatkan frekuensi denyut jantung.
e.         Meningkatkan pernapasan. Meningkatnya kecepatan metabolisme akan meningkatkan pemakaian oksigen dan pembentukan karbondioksida; efek ini mengaktifkan semua mekanisme yang meningkatkan kecepatan dan kedalaman pernapasan.
f.         Efek merangsang pada system saraf pusat. Pada umumnya, hormon tiroid meningkatkan kecepatan berpikir, tetapi juga sering menimbulkan disosiasi pkiran, dan sebaliknya. Pasien dengan hypertiroid cederung menjadi sangat cemas dan psikoneurotik.
g.        Tremor otot. Tremor ini bukan merupakan tremor kasar seperti pada penyakit Parkinson atau pada waktu menggigil, sebab tremor ini timbul dengan frekuensi cepat yakni 10 samapai 15 kali per detik. Tremor ini dianggap disebabkan oleh bertambahnya kepekaan sinaps saraf di daerah medulla yang mengatur tonus otot (Guyton, 2008).
h.        Meningkatkan transkripsi gen ketika hormon tiroid (kebanyakan T3) berikatan.
i.          Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria sehingga pembentukkan ATP (adenosin trifosfat) meningkat.
j.          Meningkatkan transfor aktif ion melalui membran sel.
k.        Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak, terutama pada masa janin.

B.       Konsep Dasar Penyakit Goiter
1.         Pengertian
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid. Pembesaran ini dapat terjadi pada kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien yang kekurangan hormon tiroid (hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetiroidisme). Terlihat pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan (pada tenggorokan) dan terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak normal. (Rahza, 2010)
Kelenjar tiroid yang membesar disebut goiter. Goiter dapat menyertai hipo maupun hiperfungsi tiroid. Bila secara klinik tidak ada tanda-tanda khas, disebut giter non-toksik. (Tambayong, 2000)
Gondok adalah suatu pembengkakan pada kelenjar tiroid yang abnormal dan penyebabnya bisa bermacam-macam, dimana kelenjar tiroid diperlukan untuk memproduksi hormon tiroid yang berfungsi mengontrol metabolisme tubuh, keseimbangan tubuh dan pertumbuhan perkembangan yang normal.
2.         Etiologi
Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid termasuk didalamnya defisiensi yodium, goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan dan tumor/neoplasma.
a.         Auto-imun (dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang komponen spesifik pada jaringan tersebut).
Tiroiditis Hasimoto’s adalah kondisi autoimun di mana terdapat kerusakan kelenjar tiroid oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. Sebagai kelenjar menjadi lebih rusak, kurang mampu membuat persediaan yang memadai hormon tiroid.
Penyakit Graves. Sistem kekebalan menghasilkan satu protein, yang disebut tiroid stimulating imunoglobulin (TSI). Seperti dengan TSH, TSI merangsang kelenjar tiroid untuk memperbesar memproduksi sebuah gondok.
b.        Defisiensi Yodium
Yodium sendiri dibutuhkan untuk membentuk hormon tyroid yang nantinya akan diserap di usus dan disirkulasikan menuju bermacam-macam kelenjar. Kelenjar tersebut diantaranya Choroid, Ciliary body, Kelenjar susu, Plasenta, Kelenjar air ludah, Mukosa lambung, Intenstinum tenue, Kelenjar gondok.
Sebagaian besar unsur yodium ini dimanfaatkan di kelenjar gondok. Jika kadar yodium di dalam kelenjar gondok kurang, dipastikan seseorang akan mengidap penyakit gondok.
c.         Obat-obatan tertentu yang dapat menekan produksi hormon tiroid.
d.        Peningkatan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) sebagai akibat dari kecacatan dalam sintesis hormon normal dalam kelenjar tiroid.
1)        Kerusakan genetik, yang lain terkait dengan luka atau infeksi di tiroid.
Tiroiditis adalah peradangan dari kelenjar tiroid sendiri dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid.
2)        Beberapa disebabkan oleh tumor  (Baik dan jinak tumor kanker)
Multinodular Gondok. Individu dengan gangguan ini memiliki satu atau lebih nodul di dalam kelenjar tiroid yang menyebabkan pembesaran. Hal ini sering terdeteksi sebagai nodular pada kelenjar perasaan pemeriksaan fisik. Pasien dapat hadir dengan nodul tunggal yang besar dengan nodul kecil di kelenjar, atau mungkin tampil sebagai nodul beberapa ketika pertama kali terdeteksi.
Kanker Tiroid. Thyroid dapat ditemukan dalam nodul tiroid meskipun kurang dari 5 persen dari nodul adalah kanker. Sebuah gondok tanpa nodul bukan merupakan resiko terhadap kanker.
3)        Kehamilan
Sebuah hormon yang disekresi selama kehamilan yaitu gonadotropin dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.