BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem
integumen adalah sistem yang memegang peranan penting dalam kehidupan setiap
individu. Dalam artian, kulit merupakan organ primer bagi individu. Kulit juga
merupakan organ yang terluas pada setiap individu yang akan bersentuhan langsung dengan
lingkungan eksternal dan menjadi pertahanan terdepan bagi tubuh serta yang
paling terpengaruh oleh perubahan – perubahan lingkungan. Dalam menjalankan
fungsinya, kulit disokong oleh beberapa anatomis dan fisiologis dari masing –
masing organ organ atau bagiannya. Dalam keadaan tertentu perubahan negatif
pada bagian – bagian atau organ – organ yang menjadi penyokong kulit, secara
otomatis akan menyebabkan terganggunya fungsi utama yang merupakan organ vital sebagai
penunjang kelangsungan hidup individu tersebut .
Apabila
sel kulit yang normal mengalami gangguan secara anatomis dan fisiologisnya
untuk menjalankan fungsinya, maka akan mengalami perubahan fungsi dan bisa
menjadi sel ganas bila ditambah dengan faktor – faktor penyebab seperti sinar UV atau komplikasi dari penyakit lain yang apabila
tidak diatasi dengan baik, maka akan berakhir dengan nekrosis dan sebagainya.
Salah satu jenis gangguan kulit yang sulit ditangani adalah kanker kulit. Kanker kulit (Nonmelanoma) adalah kanker yang tersering ditemukan di
Amerika Serikat, dengan perkiraan insidensi setiap tahunnya lebih dari
600.000 kasus. Diantara beberapa jenis kanker di Indonesia, saat ini
kanker kulit merupakan salah satu jenis kanker yang menunjukkan angka kejadian
yang meningkat dari tahun ke tahun. Prevalensi kejadian kanker kulit pada
tahun 2008 diperkirakan dibawah 5.000 kasus. kanker kulit dan sarkoma kaposi merupakan salah satu
penyakit yang menyerang pada sistem integumen khususnya dibagian dermis yang akan
tampak tanda dan gejalanya pada bagian epidermis dan sering kali mengakibatkan
terganggunya mekanisme kulit secara normal serta dapat mengancam kehidupan.
Diagram. 1.1. Insidensi Karsinoma Kulit
Karsinoma Sel Basal
(KSB) merupakan 70-80% dari semua kanker kulit non malenoma. Prevalensi
Melanoma maligna adalah 4% dari semua kanker kulit tetapi dapat menimbulkan
kematian 77%. Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) walaupun hanya merupakan 20% dari
semua kanker kulit non malenoma, namun lebih bermakna karena kemampuan
metastasinya. Untuk itu penyakit ini sangatlah penting untuk dipelajari dan dipahami agar
penderita Ca
Kulit dan Sarkoma Kaposi dapat diminimumkan. (Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit
Dalam hal. 2073).
Pada
tahun 1872, sarkoma kaposi dideskripsikan oleh Moritz Kaposi, seorang ahli ilmu
penyakit kulit Hongaria di Universitas Wina dan diketahui secara luas sebagai
salah satu penyakit kulit yang muncul akibat penyakit AIDS pada tahun 1980 –
an. Sarkoma kaposi sebagian besar mengenai laki – laki. Di AS ada
delapan kali lebih banyak laki-laki dengan sarkoma kaposi dibandingkan
perempuan. (suzanne & smetlzer, 1997).
Perawat sebagai
bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan
intervensi kepada pasien dan keluarga, sehingga fungsi dan peran perawat dapat
dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap penderita seperti
memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatan fisik, perawat juga dapat
melakukan pendekatan spiritual, psikologis dan mengaplikasikan fungsi
edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan terhadap penderita sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga yang
nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun komplikasi yang mungkin
muncul dari Ca
dan Sarkoma Kaposi tersebut.
Dari uraian diatas,
mengingat betapa banyaknya penderita yang mengalami Ca Kulit dan Sarkoma
Kaposi yang tidak bisa kita pandang sebelah mata, serta melihat betapa besar
peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dalam hal ini dapat andil
dalam kesehatan masyarakat, maka kelompok penulis mencoba mengangkat materi
tentang penyakit Ca Kulit dan Sarkoma Kaposi.
B.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umun
Untuk memahami tentang konsep gangguan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Ca dan Sarkoma Kaposi.
2. Tujuan Khusus
Setelah
mengikuti seminar mahasiswa mampu menjelaskan kembali
tentang :
a. Mekanisme evolusi / perubahan sel
kulit normal menjadi sel ganas.
b. Konsep Dasar Penyakit Ca Kulit.
c. Konsep Dasar Penyakit
Sarkoma Kaposi.
d. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Sistem Integumen ; Ca Kulit dan
Sarkoma Kaposi.
C.
Ruang Lingkup
Penulisan
Karena luasnya ruang lingkup
masalah tentang Ca dan Sarkoma Kaposi ini, maka kelompok penulis membatasi isi
pembahasan hanya pada konsep dasar penyakit Ca dan Sarkoma Kaposi serta asuhan
keperawatannya.
D.
Metode Penulisan
Penulisan
makalah ini kelompok penulis menggunakan metode deskriftif yaitu dengan
penjabaran masalah – masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur
yang ada baik di perpustakaan maupun di media internet sebagai pelengkap.
E.
Sistematika
Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang
disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I :
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan teoritis yang terdiri dari mekanisme evolusi / perubahan sel
kulit normal menjadi sel ganas dan
konsep dasar penyakit Ca Kulit dan Konsep dasar penyakit Sarkoma Kaposi serta konsep Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Sistem Integumen : Ca Kulit dan Sarkoma Kaposi.
Bab III : Penutup yang
terdiri dari kesimpulan
dan saran.
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem
integumen adalah sistem yang memegang peranan penting dalam kehidupan setiap
individu. Dalam artian, kulit merupakan organ primer bagi individu. Kulit juga
merupakan organ yang terluas pada setiap individu yang akan bersentuhan langsung dengan
lingkungan eksternal dan menjadi pertahanan terdepan bagi tubuh serta yang
paling terpengaruh oleh perubahan – perubahan lingkungan. Dalam menjalankan
fungsinya, kulit disokong oleh beberapa anatomis dan fisiologis dari masing –
masing organ organ atau bagiannya. Dalam keadaan tertentu perubahan negatif
pada bagian – bagian atau organ – organ yang menjadi penyokong kulit, secara
otomatis akan menyebabkan terganggunya fungsi utama yang merupakan organ vital sebagai
penunjang kelangsungan hidup individu tersebut .
Apabila
sel kulit yang normal mengalami gangguan secara anatomis dan fisiologisnya
untuk menjalankan fungsinya, maka akan mengalami perubahan fungsi dan bisa
menjadi sel ganas bila ditambah dengan faktor – faktor penyebab seperti sinar UV atau komplikasi dari penyakit lain yang apabila
tidak diatasi dengan baik, maka akan berakhir dengan nekrosis dan sebagainya.
Salah satu jenis gangguan kulit yang sulit ditangani adalah kanker kulit. Kanker kulit (Nonmelanoma) adalah kanker yang tersering ditemukan di
Amerika Serikat, dengan perkiraan insidensi setiap tahunnya lebih dari
600.000 kasus. Diantara beberapa jenis kanker di Indonesia, saat ini
kanker kulit merupakan salah satu jenis kanker yang menunjukkan angka kejadian
yang meningkat dari tahun ke tahun. Prevalensi kejadian kanker kulit pada
tahun 2008 diperkirakan dibawah 5.000 kasus. kanker kulit dan sarkoma kaposi merupakan salah satu
penyakit yang menyerang pada sistem integumen khususnya dibagian dermis yang akan
tampak tanda dan gejalanya pada bagian epidermis dan sering kali mengakibatkan
terganggunya mekanisme kulit secara normal serta dapat mengancam kehidupan.
Diagram. 1.1. Insidensi Karsinoma Kulit
Karsinoma Sel Basal
(KSB) merupakan 70-80% dari semua kanker kulit non malenoma. Prevalensi
Melanoma maligna adalah 4% dari semua kanker kulit tetapi dapat menimbulkan
kematian 77%. Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) walaupun hanya merupakan 20% dari
semua kanker kulit non malenoma, namun lebih bermakna karena kemampuan
metastasinya. Untuk itu penyakit ini sangatlah penting untuk dipelajari dan dipahami agar
penderita Ca
Kulit dan Sarkoma Kaposi dapat diminimumkan. (Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit
Dalam hal. 2073).
Pada
tahun 1872, sarkoma kaposi dideskripsikan oleh Moritz Kaposi, seorang ahli ilmu
penyakit kulit Hongaria di Universitas Wina dan diketahui secara luas sebagai
salah satu penyakit kulit yang muncul akibat penyakit AIDS pada tahun 1980 –
an. Sarkoma kaposi sebagian besar mengenai laki – laki. Di AS ada
delapan kali lebih banyak laki-laki dengan sarkoma kaposi dibandingkan
perempuan. (suzanne & smetlzer, 1997).
Perawat sebagai
bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan
intervensi kepada pasien dan keluarga, sehingga fungsi dan peran perawat dapat
dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap penderita seperti
memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatan fisik, perawat juga dapat
melakukan pendekatan spiritual, psikologis dan mengaplikasikan fungsi
edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan terhadap penderita sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga yang
nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun komplikasi yang mungkin
muncul dari Ca
dan Sarkoma Kaposi tersebut.
Dari uraian diatas,
mengingat betapa banyaknya penderita yang mengalami Ca Kulit dan Sarkoma
Kaposi yang tidak bisa kita pandang sebelah mata, serta melihat betapa besar
peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dalam hal ini dapat andil
dalam kesehatan masyarakat, maka kelompok penulis mencoba mengangkat materi
tentang penyakit Ca Kulit dan Sarkoma Kaposi.
B.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umun
Untuk memahami tentang konsep gangguan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Ca dan Sarkoma Kaposi.
2. Tujuan Khusus
Setelah
mengikuti seminar mahasiswa mampu menjelaskan kembali
tentang :
a. Mekanisme evolusi / perubahan sel
kulit normal menjadi sel ganas.
b. Konsep Dasar Penyakit Ca Kulit.
c. Konsep Dasar Penyakit
Sarkoma Kaposi.
d. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Sistem Integumen ; Ca Kulit dan
Sarkoma Kaposi.
C.
Ruang Lingkup
Penulisan
Karena luasnya ruang lingkup
masalah tentang Ca dan Sarkoma Kaposi ini, maka kelompok penulis membatasi isi
pembahasan hanya pada konsep dasar penyakit Ca dan Sarkoma Kaposi serta asuhan
keperawatannya.
D.
Metode Penulisan
Penulisan
makalah ini kelompok penulis menggunakan metode deskriftif yaitu dengan
penjabaran masalah – masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur
yang ada baik di perpustakaan maupun di media internet sebagai pelengkap.
E.
Sistematika
Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang
disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I :
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan teoritis yang terdiri dari mekanisme evolusi / perubahan sel
kulit normal menjadi sel ganas dan
konsep dasar penyakit Ca Kulit dan Konsep dasar penyakit Sarkoma Kaposi serta konsep Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Sistem Integumen : Ca Kulit dan Sarkoma Kaposi.
Bab III : Penutup yang
terdiri dari kesimpulan
dan saran.
Daftar pustaka
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Mekanisme evolusi / perubahan sel
kulit normal menjadi sel ganas
Menurut Himawan Sutisna, 1996 mekanisme evolusi
atau perubahan sel
kulit normal
Menjadi Sel Ganas
meliputi beberapa tahap sebagai berikut ini.
1.
Perubahan
Genetik
Teori ini mengatakan bahwa pada suatu saat terjadi
perubahan genetik yang irevesible pada sel, sehingga terjadi sintesis protein
yang lebih aktif dan ini digunakan lebih banyak untuk reproduksi dari pada
untuk bekerja. Sel ini mulai berpoliferasi aktif, maka terjadi
perubahan-perubahn mutasi lebih lanjut. Mutasi skunder ini kebanyakkan letal,
tetapi beberapa diantaranya berkembang kearah pertumbuhan yang lebih cepat dan
lebih autonom.
Perubahan pertama ialah mutasi genetik : tetapi ada
kemungkinan ada bahwa mula-mula terjadi perubahan epigenetik, yaitu terjadi
perubahan metabolisme sel dan ini akan menyebabkan gen yang mengendalikan
pembelahan menjadi aktif lagi pada kebanyakan sel kanker berupa genetik ini
marfologik tampak nyata. Perubahan ini terlihat pada adanya kromosom yang
abnormal seperti aneuploid, hipodiploidi ekstrim dan hiperdipolidi nyata.
Kelainan kromosom pada sel kanker dapat diketahui dengan cara analisis kromosom
setelah penghancuran sel.
DNA pada sel tumor dengan pemeriksaan sitofotometrik
menunjukkan variasi yang banyak, beberapa sel mempunyai DNA rangkap dua atau
empat dan pada yang lainnya tampak penambahan jumlah DNA. Mitosis abnormal
sering terdapat pada tumor ganas, ditunjukkan adanya kerusakan mekanisme
mitosis. Walaupun demikian jangan langsung menarik kesimpulan bahwa adanya
kelainan kromosom menunjukkan bahwa proses itu adalah kanker.
Bentuk inti yang bizarre dan mitosis yang abnormal
mungkin hanya merupakan tingkat akhir dari sel tua (obsolescent) sebagai akibat
mutasi bersamaan dengan pembelahan yang cepat. Perubahan-perubahan halus pada
alat genetik mungkin terjadi pada tingkat gen atau triplet nukleotid, yang
tidak dapat dilihat dengan cara-cara pemeriksaan saat ini contoh penyakit kulit
xeroderma pigmentosum yang mempunyai faktor keturunan, mempunyai predisposisi
genetik untuk menjadi kanker.
Dapat disimpulkan bahwa mungkin bahan-bahan
karsinogen mempengaruhi gen dengan menimbulkan perubahan kariotip, tetapi
agaknya pada permulaan kanker kerusakaan ini tidak terlihat. Kemudian perubahan
yang tidak terlihat ini langsung atau melalui bahan-bahan karsinogen lain
menajdi perubahan yang terlihat dan dalam klinik tampak sebagai kanker.
2.
Feedback
Deletion
Semua sel mempunyai potensi genetik untuk berubah
menjadi kanker, tetapi yang dalam
keadaan normal terhambat. Pada sel tumor susunan pengatur menghilang, sehingga
kemampuan untuk membelah tidak terhambat. Potter menyokong pendapat ini dan
berpendapat bahwa terdapat suatu organisasi susunan pembentukkan enzim khusus,
yang menyebabkan hilangnya feedback kontrol untuk pembelahan sel.
Seperti diketahui aktifitas dan struktur gen berada
dibawah pengawasan gen pengatur atau refresor. Kehilangan gen mengatur atau
rusaknnya enzim feedback menyebabkan sel itu mendekati perubahan menjadi kanker.
Karsinogen akan merusak gen pengatur (efek genetik) atau merusak enzim (efek
epigenetik) sehingga akan menyebabkan rusaknya mekanisme yang stabil.
3.
Teori
Multifaktor
Dari beberapa percobaan kepada binatang diketahui
bahwa satu tumor dapat timbul oleh beberapa penyebab yang sinergestik atau
aditif. Sudah tentu banyak kombinasi sempurna dapat menimbulkan tumor pada tuan
rumah yang rentan. Teori ini disebut teori multi faktor (lamerton). Hal ini
dapat dilihat pada tumor payudara menciut.
Virus yang disebut faktor bitner dapat menimbulkan
tumor payudara pada mencit, walaupun hanya pada jenis (strain) mencit tertentu
sedangkan jenis lain atau binatang lain ternyata resisten. Hormon, mungkin
estrogen, tetapi lebih mungkin prolaktin, turut mempengaruhi terbentuknya tumor
ini. Hormon turut membantu terbentuknya tumor dengan jalan membuat keadaan
jaringan payudara demikian pula faktor-faktor penyebab lain dapat bekerja untuk
mempengaruhinya tanpa hormon ini kemungkinan terbentuknya tumor berkurang atau
tidak ada sama sekali.
Pada percobaan ini terdapat tiga faktor yang bekerja
yaitu genetik, hormon, dan virus. Contoh lain ialah kombinasi bahan kimia,
virus dan tenaga penyinaran, yaitu tiga karsinogen yang bekerja sinar gestik
atau aditif. Jika mencit diberi penyinaran dengan sinar X sejumlah 150-400 R
hanya terbentuk tumor pada 2 ekor dari 35 ekor binatang percobaan. Bila selama
penyinaran diberikan hormon prolaktin. Terbentuk tumor pada 24 dari 33 ekor
binatang percobaan.
Karsinogen kimia lebih meningkatkan terbentuknya
tumor. Terbentuknya tumor ganas ini melalui serangkaina perubahan dalam sel
sehingga akhirnya terbentuk sel tumor. Dugaan kuat bahwa faktor penyebab yang
banyak bekerja pada saat yang berbeda-beda dalam evolusi tumor ganas yang
lambat.
4.
Teori
Stadium Berganda
Dari percobaan-percobaan terbukti bahwa tumor ganas
itu tidak hanya timbul akibat faktor-faktor penyebab yamg banyak (teori multi
faktor) tetapi juga timbul lambat melalui stadium yang progresif (multi stage
theory) evolusi ini memerlukan waktu beberapa bulan atau tahun.
Mungkin perubahan mula-mula pada sel menyebabkan
terjadinya apa yang disebut neoplasea incipiens yang terjadi pada kehidupan
dini, atau herediter. Perubahan ini dapat tenang selama hidup atau menjadi
aktif karena pengaruh tambahan sesuai dengan teori multifaktor. Sebagai contoh
xeroderma pigmentosum, yang mempunyai faktor keturunan dapat menjadi faktor
kulit oleh pengaruh sinar ultraviolet. Pengaruh yang menyebabkan terjadinya
tumor ini.
Terjadi pada dua saat (stadium) yang berbeda, yaitu mula-mula
initiation dan kemudian promotion. Tampaknya pengaruh ini bukan aditif, karena
bila dioleskan promotor dahulu baru kemudian initiator, maka tumor tidak akan
terbentuk. Walaupun demikian untuk terbentuknya tumor perlu promotor.
Bahan-bahan yang bertindak sebagai promotor oleh boyd disebut kokasinogen
(cocarcinogens). Termasuk golongan ini ialah diit, umur, keturunan dan
lain-lain. Apa yang terjadi selama neoplasia incipiens? Disangka sel.
Menurut hipotesis feedback deletion, mutasi ini
mengenai gen yang mengatur sintesis enzim “feedback control”. Akibatnya tidak
segera terlihat karena masih ada RNA dan enzimnya. Tetapi setiap usaha
regenerasi sel akan dirusak oleh promotor, sehingga menyebabkan rusaknya enzim
pengatur dan mengakibatkan hilangnya mekanisme penghambat pertumbuhan.
Proliferasi sel terus menerus mengakibatkan mutasi lebih lanjut dan dengan
seleksi alamiah meninggalkan sel-sel yang autonom dan agresif. Agaknya pada
perubahan pertama terjadi hiperplasi dan baru kemudian terjadi mutasi spontan
dengan terbentuknya kanker. Dari percobaan-percobaan dengan karsinogen kimia
terlihat bahawa pada kejadian mula-mula terjadi perubahan genetik yang irreversible.
5.
Multicellular
Orgin Of Cancer-Field Theory
Teori ini mengatakan bahwa neoplasma terbentuk dari
beberapa sel yang berdekatan secara serentak dan bukan berasal dari satu sel.
Neoplasma akan mulai pada tempat yang dipengaruhi karsinogen secara maksimal,
tetapi respon neoplastik kemudian akan tumbuh pada jaringan sekitarnya, yang
dipengaruh karsinogen yang sama.
a.
Etiologi
Bahan-bahan
yang dapat menyebabkan terbentuknya kanker disebut karsinogan. Menurut jenisnya
karsinogen dapat berupa :
1)
Bahan
kimia
2)
Virus
3)
Karsionogen
fisik
4)
Hormon
Melihat asalnya
karsinogen ini dapat berasal dari luar tubuh atau eksogen, seperti karsinogen
kimiawi, virus dan fisik. Dapat
pula berasal dari dalam tubuh atau endogen : seperti hormon sex.
B. Kosep
Dasar Penyakit Ca Kulit
1.
Pengertian
Kanker
kulit adalah penyakit dimana kulit kehilangan kemampuaannya untuk regenerasi
dan tumbuh secara normal. Sel-sel kulit yang sehat secara normal dapat membelah
diri secara teratur untuk menggantikan sel-sel kulit mati dan tumbuh kembali
(Tiro, 2010).
Kanker
kulit adalah jenis kanker yang terletak di permukaan kulit, sehingga mudah
dikenali. Namun karena gejala awal yang timbul dirasakan tidak begitu
menggangu, sehingga penderita terlambat melakukan pengobatan. Kanker kulit
dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita (Mangan, 2005).
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kanker kulit
adalah suatu penyakit yang terletak dipermukaan kulit, serangannya biasanya
permukaan kulit yang sering terpajan sinar matahari dan dimana kulit kehilangan
kemampuan untuk beregenerasi dan tumbuh secara normal yang dapat menyerang
siapa saja.
2.
Klasifikasi
Terdapat tiga
jenis kanker kulit yaitu karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan
melanoma maligna.
a.
Karsinoma
sel basal
Karsinoma sel basal adalah kanker superfisial sel –
sel epitel imatur. Tumor ini biasanya tumbuh lambat dan jarang bermetastasis
walaupun dapat menyebabkan kerusakan jaringan lokal. Tumor ini disebabkan oleh
pajanan kumulatif sinar matahari dan biasanya dijumpai pada orang tua. Faktor
genetik mungkin ikut berperan.
`Gambar 2.1 Karsinoma Sel Basal
( )
b.
Karsinoma
sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa adalah kanker sel – sel
epidermis, yang dapat menyebar secara horizontal dikulit atau secara vertikal
kedalam dermis. Penyebaran dapat agresif atau lambat. Karsinoma sel skuamosa
dapat bermetastasis ke bagian lain tubuh. Karsinoma sel skuamosa paling sering
timbul pada orang tua dan terjadi akibat pajanan matahari yang berkepanjangan.
Gambar 2.2 Karsinoma Sel Skuamosa
(Sumber: Raynaraiina.blogspot.com)
Tumor ini sering timbul didaerah – daerah kulit yang
memperlihatkan lesi – lesi prakanker, misalnya keratosis (pertumbuhan
bersisik ), atau dibekas jaringan parut misalnya jaringan parut luka bakar.
Karsinoma sel basal adalah keganasan yang berasal
dari sel basal epidermis. Terdapat beberapa tipe klinis karsinoma sel basal.
Yang tersering adalah karsinoma sel basal nodululseratif, yang berawal sebagai
nodus kecil berkilap seperti lilin. Ukuran nodus membesar perlahan dan mungkin
mengalami ulserasi dibagian tengahnya. Karsinoma sel basal dengan penimbunan
pigmen dalam jumlah besar membentuk karsinoma sel basal pigmen. Walaupun secara
klinis tidak lebih agresif daripada varian noduluseratif, tumor ini seperti dikira melanoma maligna. Karsinoma sel basal
morfeaformis ( fibrosa ) bermanifestasi sebagai plak soliter yang datar atau
sedikit cekung, keputihan atau kekuningan. Batas biasanya tidak jelas. (Prinsip
– prinsip Ilmu Penyakit Dalam, hal. 2073).
c.
Melanoma
maligna
Melanoma maligna adalah suatu tumor agresif sel –
sel penghasil melanin didasar epidermis. Melanoma maligna dapat timbul dari
bekas tahi lalat (nevus) atau timbul secara spontan dari kulit sehat.
Gambar 2.3
Melanoma Maligna
( Sumber :
askdoctoroki.blogspot.com)
Kanker kulit jenis ini sering dijumpai pada usia
pertengahan dan tampaknya timbul akibat luka bakar disertai pembentukan bula
yang terjadi pada dekade pertama dan kedua kehidupan. Penelitian mengisyaratkan
bahwa melanoma timbul karena penurunan fungsi sel – sel imun kulit (sel
langerhans) yang diinduksi oleh radiasi. Mungkin terdapat predisposisi genetik
untuk melanoma. Metastasis sering terjadi.
3.
Etiologi
Menurut
Suzanne & Brenda, (2001) memaparkan etiologi kanker kulit, diantaranya :
a.
Pajanan sinar matahari
Pajanan
sinar matahari merupakan penyebab utama kanker kulit, insidensinya berhubungan
dengan jumlah total pajanan sinar matahari. Kerusakan akibat sinar matahari
bersifat kumulatif, dan efek yang berbahaya dapat mencapai taraf yang berat
pada usia 20 tahun. Peningkatan insidensi kanker kulit kemungkinan disebabkan
oleh perubahan gaya hidup, dan kebiasaan orang untuk berjemur serta melakukan
aktivitas di bawah sinar matahari.
b.
Kekurangan produksi
pigmen
Orang
yang tidak memproduksi pigmen melanin dengan jumlah yang cukup di dalam kulit
untuk melindungi jaringan di bawahnya sangat rentan terhadap kerusakan akibat
sinar matahari. Orang yang paling berisiko adalah orang yang berkulit cerah, bermata
biru, berambut merah yang nenek moyangnya berdarah Celtic.
4.
Manifestasi klinis
Menurut
Suzanne & Brenda,(2001) tanda gejala yang timbul pada masing – masing
kanker kulit antara lain :
a.
Karsinoma
sel basal
Karsinoma sel basal biasanya timbul didaerah terpajan,
termasuk wajah, lengan, dan dada. Lesi tampak sebagai papul berbentuk kubah,
berbatas tegas, dengan warna seperti mutiara. Lesi tidak nyeri. Karsinoma sel
basal biasanya dimulai sebagai nodul kecil dengan tepi yang tergulung,
translusen dan mengkilap. Dengan tumbuhnya karsinoma sel basal akan terjadi
ulserasi pada bagian tengahnya dan kadang-kadang pembentukan krusta.
b.
Karsinoma
sel skuamosa biasanya timbul didaerah – daerah terpajan atau dijaringan parut.
Lesi tampak sebagai plak merah atau nodus yang menjadi gembung disertai
nekrosis dibagian tengahnya.
c.
Bentuk
superfisial : umumnya kelainan berupa bercak dengan ukuran beberapa mm sampai
beberapa cm dengan warna bervariasi (kehitaman, kecoklatan, putih, biru), tak
teratur, berbatas tegas dengan sedikit penonjolan di permukaan kulit.
Bentuk
nodular : nodus yang di temukan biasanya berwarna biru kehitaman dengan batas
tegas serta mempunyai variasi bentuk yaitu bentuk yang terbatas di epidermal
dengan permukaan licin, nodus yang menonjol di permukaan kulit dengan bentuk
yang tidak teratur, bentuk eksofitik disertai ulserasi.
Lentigo
melanoma maligna kadang-kadang meliputi bagian yang agak luas di muka dengan
bentuk umumnya berbatas tegas, warnanya cokelat kehitaman, serta tidak
homogeny, bentuk tak teratur, pada bagian tertentu dapat tumbuh nodus yang
berbatas tegas setelah bertahun-tahun.
5.
Pemeriksaan
Penunjang
Tes seleksi tergantung riwayat, manifestasi klinis
dan indeks kecurigaan kanker tertentu. Scan (misalkan MRI, CT, gallium) dan
ultrsound digunakan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan
evaluasi respon pada pengobatan. Biopsi (aspirasi, eksisi jarum) dengan cara
melubangi dilakukan untuk mendiagnosis banding dan menggambarkan pengobatan
yang dapat dilakukan melalui kulit. Tes kimia skrining, misalnya elektrolit ( natrium, kalium, kalsium ), tes
hepar ( bilirubin ), dan sinar X dada untuk menyelidiki penyakit paru
metastatik atau primer. ( Doengoes, 2001 ).
6.
Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap karsinoma sel basal dan skuamosa
dapat dilakukan dengan melindungi kulit dari pajanan sinar matahari, termasuk
menghindari matahari tengah hari, pemakaian topi, baju pelindung, dan tabir
surya berspektrum luas. Insiden melanoma maligna juga dapat dikurangi dengan
menghindari sinar matahari dan memakai baju pelindung. Tabir surya mungkin
tidak dapat mencegah timbulnya melanoma maligna.
a.
Karsinoma
sel basal dieksisi secara bedah.
b.
Karsinoma
sel skuamosa dieksisi secara bedah dan mungkin diperlakukan terapi radiasi.
Prognosis baik, terutama apabila belum terjadi metastasis.
c.
Melanoma
maligna dieksisi secara bedah, dengan batas insisi yang lebar. Dilakukan biopsi
kelenjar limfe untuk menentukan apakah terjadi metastasis. Mungki diperlukan
kemoterapi dan imunoterapi. Prognosis bergantung pada ukuran lesi dan hasil
biopsi kelenjar getah bening. Pertumbuhan nodular memiliki prognosis yang lebih
buruk.
7.
Komplikasi
a.
Invasi
lokal dan kerusakan jaringan dapat terjadi pada semua jenis kanker kulit.
b.
Dapat
terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional dan keseluruh tubuh, terutama
pada melanoma maligna.
C. Konsep
dasar penyakit Sarkoma Kaposi
1.
Pengertian
Menurut
Elizabeth J Corwin, (2001), Sarkoma
kaposi adalah kanker sistem vaskular yang ditandai oleh lesi – lesi kulit
berwarna merah.
Menurut
Santoso Comain (Dalam dR.Arjatmo Tjokronegroho, 1992) Sarkosa Kaposi adalah
suatu neoplasma yang histologiknya bervariasi bergantung pada lamanya
perjalanan pernyakit dan perkembangannya dipengaruhi oleh faktor genetik dan
reaksi kekebalan.
Sarkoma kaposi adalah kelainan malignitas yang berkaitan dengan HIV yang
paling sering ditemukan, merupakan penyakit yang melibatkan lapisan endotel
pembuluh darah dan limfe ( Suzanne & Brenda,
2001).
Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sarkoma kaposi adalah kanker yang
disebabkan oleh virus human herpesvirus
8 (HHV8) yang menyerang ke
sistem vaskular dan tampak tanda dan gejala di kulit.
2.
Klasifikasi
Menurut Suzanne & Brenda, (2001) terdapat 4 macam
bentuk sarkoma Kaposi:
a.
Sarkoma Kaposi Klasik adalah penyakit pada usia lanjut, biasanya pada orang
Eropa, Yahudi atau Itali. Kanker tumbuh sangat lambat dan jarang menyebar. KS
klasik cenderung malas, menyajikan dengan patch eritematosa atau lembayung pada
ekstremitas bawah.
b.
Sarkoma Kaposi Endemik adalah
penyakit pada anak-anak dan pria muda di Afrika dan pada penderita AIDS.
KS endemik Afrika dan terkait AIDS KS cenderung lebih agresif. Para terkait
AIDS KS lesi sering cepat berkembang menjadi plak dan nodul yang mempengaruhi
badan bagian atas, wajah, dan mukosa mulut.
c.
Sarkoma kaposi yang berkaitan
dengan terapi imunosupresi, seperti terlihat pada pasien-pasien transplantasi.
Semakin besar derajat imunosupresi, semakin tinggi insidensi sarkoma kaposi.
d.
Sarkoma kaposi yang berhubungan
dengan AIDS, dikenali dalam tahun 1980-an sebagai tipe yang jelas berbeda
dengan tipe SK yang dijelaskan sebelumnya. Secara khas, SK ini merupakan tumor
yang agresif dan melibatkan lebih dari satu organ tubuh.
3.
Etiologi
a.
Infeksi
HIV
b.
Infeksi
virus herpesvirus 8
4.
Manifestasi
Klinis
Sarkoma Kaposi dapat ditemui pada kulit, tetapi
biasanya dapat menyebar kemanapun, terutama pada mulut, saluran pencernaan dan
saluran pernafasan.
Gambar 2.4 Sarkoma Kaposi
( Sumber : en.wikipedia.org )
Perkembangan
sarkoma dapat terjadi lambat sampai sangat cepat, dan berhubungan dengan
mortalitas dan morbiditas yang penting. Tampak pertama sekali pada mukosa oral, sebagai
lesi, kemerahan, putih atau biru. Mungkin lesi tunggal atau multipel. Mungkin
atau menonjol. KS dapat melibatkan rongga mulut, kelenjar getah
bening, dan jeroan.
1)
Kulit
Lesi pada
kulit biasanya menyerang anggota tubuh bagian bawah, wajah, mulut dan alat kelamin.
Lesi biasanya berbentuk nodul atau bisul yang dapat berwarna merah, ungu,
coklat atau hitam, tetapi terkadang berbentuk seperti plak (sering ada pada
telapak kaki), atau bahkan menyebabkan kerusakan kulit. Pembengkakan mungin
dapat berasal dari peradangan atau limfedema (kerusakan sistem limfatik yang
disebabkan oleh lesi). Lesi pada kulit memperburuk penampilan penderita, dan menyebabkan
patologi psikososial.
2)
Mulut
Pada mulut,
Sarkoma Kaposi berperan sebesar 30%, dan merupakan 15% awal dari Sarkoma Kaposi
yang berhubungan dengan AIDS. Pada mulut, Sarkoma Kaposi paling sering
menyerang langit-langit keras, diikuti oleh gusi [10]. Lesi pada mulut mudah
rusak dengan digigit dan berdarah atau menderita infeksi kedua, dan bahkan
mengganggu penderita untuk makan dan berbicara.
5.
Patofisiologi
Meskipun
namanya adalah Sarkoma Kaposi, namun, Sarkoma Kaposi bukanlah sarkoma yang
sebenarnya, yang merupakan tumor yang muncul dari jaringan mesensim. Sarkoma
Kaposi muncul sebagai kanker endotelium limfatik dan membentuk jaringan
vaskular yang diisi dengan sel darah, memberikan tumor ini karakteristik
kemunculan seperti-luka memar.
Lesi Sarkoma
Kaposi berisi tumor sel dengan karakteristk bentuk memanjang yang tidak normal
dan disebut sel spindle. Tumor ini sangat bersifat vaskular, berisi pembuluh
darah tebal yang tidak normal, yang membocorkan sel darah merah pada jaringan
yang mengelilinginya dan memberikan tumor warna gelapnya. Peradangan disekitar
tumor dapat menyebabkan rasa nyeri dan pembengkakan.
Walaupun
Sarkoma Kaposi dapat diduga dari kemunculan lesi dan faktor resiko pasien,
diagnosis dapat hanya dibuat oleh biopsi dan pemeriksaan mikrosokop, yang akan
menunjukan kehadiran sel spindle. Deteksi protein viral LANA pada sel
mengkonfirmasi diagnosis.
6.
Uji diagnostic
a.
Biopsi jaringan mengindentifikasi
tipe dan stadium lesi
b.
Computed tomography scan bisa
mendeteksi dan mengevaluasi kemungkinan terjadi metastasis
7.
Penanganan
a.
Penanganannya hanya dilakukan bagi pasien yang
menderita lesi yang merugikan secara kosmetik, menyakitkan, atau obstruktif,
atau pasien yang mengalami penyakit yang berkembang.
b.
Terapi radiasi bisa mengurangi tanda dan
gejala, antara lain nyeri akibat lesi yang menyebabkan obstruksi dirongga oral
atau ektsremitas, dan meredakan edema akibat perintangan limfatik. Terapi ini
juga bisa digunakan untuk penyembuhan secara kosmetikal.
c.
Kemoterapi, antara lain kombinasi doxorubicin (Rubex), vinblastine, vincristine, dan etoposide
(Vepesid) untuk menangani sarkoma kaposi internal dan tersebar luas.
d.
Bioterapi dengan interferon alfa-2b bisa digunakan untuk sarkoma kaposi yang
berkaitan dengan HIV. Penanganan ini mengurangi jumlah lesi kulit namun tidak
efektif pada penderita penyakit yang parah.
BAB III
Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan
A. CA Kulit
1. Pengkajian
Menurut Doengoes, E Marillyn (2001) pengkajian
pada penyakit kanker kulit berfokus pada beberapa aspek dibawah ini.
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan atau keletihan.
perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor
– faktor yang mempengaruhi tidur misal nya nyeri, ansietas, berkeringat malam.
Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latiahan. Pekerjaan atau profesi dengan
karsinogen lingkungan, tingakat stres tinggi.
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada pada
pengaruh kerja.
Kebiasaan : perubahan pada tekanan
darah.
c. Integritas ego
Gejala : faktor stress ( keuangan,
pekerjaan perubahan peran) dan cara mengatasi stress ( misal merokok, minum
alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/ spritual). Masalah
tentang perubahan dalam penampilan mis.,alopesia,lesi cacat,pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol,depresi.
Tanda :menyangkal,menarik diri,marah.
d. Eliminasi
Gejala:perubahan pada pola defekasi
mis.,darah pada feses,nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi urinarius
mis.,nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,hematuria,sering berkemih.
Tanda:perubahan pada bising
usus,distensi abdomen.
e. Makanan/Cairan:
Gejala:Kebiasaan diet
buruk(mis.,rendah serat,tinggi lemak,aditifbahan pengawet). Anoreksia,mual/muntah.Intoleransi
makanan. Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, kakaksia,
berkurangnya massa otot .
Tanda: perubahan pada kelembapan/
tiurgor kulit; edema.
f. Neurosensorik
Gejala : pusing; sinkope.
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri, atau
derajat bervariasi misal ketidak nyamanan ringan sampai nyeri berat ( di hubingkan
dengan proses penyakit).
h. Pernafasan
Gejala : merokok ( tembakau,
mariyuanandan hidup dengan seseorang perokok.). pemajananan asbes.
i.
Keamanan
Gejala : pemajanan pada kimia
toksik, karsinogen. Pemajanan matahari lama/ berlebihan.
Tanda : demam. Ruam kulit, ulserasi.
j.
Seksualitas
Gejala : masalah seksual misal
dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasaan. Nuligravida lebih besar
dari usia 30 tahun. Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual
dini. Herpes genital.
k. Interaksi Sosial
Gejala : ketidakadekuatan/ kelemahan
sistem pendukung. Riwayat perkawinan ( berkenaan dengan kepuasan di rumah,
dukungan, atau bantuan). Masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran.
2. Diagnosa keperawatan
a.
Nyeri akut berhubungan dengan reaksi inflamasi
NOC : Control Nyeri
NOC : Control Nyeri
1)
Mengenali faktor penyebab
2)
Mengenali gejala – gejala nyeri
3)
Mengkaji
skala nyeri
4)
Mencatat pengalaman tentang nyeri
sebelumnya
5)
Melapori nyeri yang sudah terkontrol
6)
Menggunakan metode pencegahan
NIC : Manajemen Nyeri
1)
Kaji secara komprehensif tentang nyeri,
meliputi lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya nyeri, dan faktor – faktor predisposisi.
2)
Gunakan terapi komunikasi terapeutik
agar pasien dapat mengekpresikan nyeri.
3)
Kontrol faktor – faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi rspon pasien terhadap ketidaknyamanan
4)
Berikan informasi tentang nyeri,
seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan
5)
Monitor kenyamanan pasien terhadap
menajemen nyeri
6)
Monitor perubahan nyeri dan bantu pasien
mengidentifikasi faktor presipitasi nyeri baik aktual dan potensial
7)
Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
8)
Lakukan teknik variasi untuk mengurangi
nyeri (farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal).
b.
Kekurangan
vulome cairan berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif.
( Doengoes, 2001)
Intervensi
:
1)
Pantau
masukan dan keluaran dan berat jenis; masukan semua sumber keluran misal diare
lukabasah. Hitung keseimbangan 24 jam.
Rasional:
Keseimbangan
cairan negatif terus menerus, menurunkan keluaran renal dan konsentrasi urine
menunjukan terjadi nya dehidrasi dan perlu nya peningkatan penggantian cairan.
2)
Timbang
berat badan sesuai indikasi.
Rasional :
3)
Pengukuran
yang sensitif terhadap fluktasi keseimbangan cairan.
4)
Pantau
tanda vital terutama tekanan darah
Rasional :
Untuk mengetahui penurunan tekanan darah akibat
perdarahan
5)
Dorong
peningkatan masukan cairan 3000 ml/hari sesuai toleransi individu.
Rasional :
Membantu
memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko efek samping yang
membahayakan diri misal sistisis hemoragi pada pasien yang mendapat
siklofosfamid.
c.
Ansietas berhubungan dengan konsekuensi
kanker yang menimbulkan kecacatan dan kematian.
NOC : Control Cemas
NOC : Control Cemas
1)
Memonitor intensitas kecemasan
2)
Menyingkirkan tanda kecemasan
3)
Menurunkan stimulasi lingkungan ketika
cemas
4)
Menggunakan teknik relaksasi untuk
menurunkan kecemasan
5) Melaporkan
tidak adanya manifestasi fisik dari kecemasan
NIC : Penurunan Kecemasan
NIC : Penurunan Kecemasan
1)
Berusaha memahami kondisi klien
2)
Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik
pada tingkat kecemasan
3)
Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi
yang menciptakan cemas
4)
Dukung penggunaan mekanisme defensive
dengan cara yang tepat
5)
Intruksikan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi
6)
Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis,
dan tindakan.
d.
Kurang pengetahuan tentang kanker kulit.
NOC : Pengetahuan tentang proses penyakit
NOC : Pengetahuan tentang proses penyakit
1)
Mendeskripsikan faktor penyebab
2)
Mendeskripsikan efek penyakit
3)
Mendeskripsikan tanda dan gejala
4)
Mendeskripsikan tindakan untuk
menurunkan progresifitas
5) Mendeskripsikan
tanda dan gejala dari komplikasi serta tindakan pencegahan untuk mencegah
komlikasi
NIC : Mengajarkan proses penyakit
NIC : Mengajarkan proses penyakit
1)
Menentukan tingkat pengetahuan klien
sebelumnya
2)
Menjelaskan proses penyakit (pengertian,
etiologi, tanda, gejala) tranmisi, dan efek jangka panjang
3)
Diskusikan tentang pilihan terapi terapi
atau perawatan
4)
Jelaskan tentang rasional tntang
pengelolaan terapi atau perawatan yang dianjurkan
· Anjurkan pada pasien untuk mencegah atau meminimalkan efek smaping dari penyakitnya
· Anjurkan pada pasien untuk mencegah atau meminimalkan efek smaping dari penyakitnya
B. Sarkoma Kaposi
1.
Pengkajian
a.
Aktivitas/istirahat
1)
Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit.
2)
Perubahan tonus, massa otot.
b.
Integritas ego
1)
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan
dan kecacatan.
2)
Ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal,
menarik diri, marah.
c.
Makanan / cairan
1)
Mual/muntah
2)
Anoreksia
3)
BB menurun
d.
Neurosensori
Gejala :
kebas, kesemutan
e.
Pernapasan
Sesak napas,
batuk dan nyeri ketika bernapas.
f.
Eliminasi
Diare / susah buang air besar.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
a.
Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
kulit.
b.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor kulit
c.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual/muntah.
3.
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
a.
Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
kulit.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas,
frekuensi dan waktu
|
Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga
tanda-tanda perkembangan komplikasi.
|
2.
|
Berikan aktivitas hiburan
|
Memfokuskan kembali perhatian, mungkin dapat
meningkatkan kemampuan untuk menaggulangi.
|
3.
|
Dorong pengungkapan perasaan
|
Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut sehingga
mengurangi persepsi akan intensitas rasa takut
|
4.
|
Berikan analgetik
|
Mengurangi nyeri.
|
b.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor kulit
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kaji kulit setiap hari. Cata warna, turgor,
sirkulasi, dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati perubahan.
|
Menetukan garis dasar dimana perubahan pada status
dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat
|
2.
|
Dorong untuk ambulasi / turun dari tempat tidur jika
memungkinkan
|
Menurunkan tekanan pada kulit dari istirahat lama di
tempat tidur
|
3.
|
Pertahankan hygine kulit misalnya membasuh kemudian
mengeringkannya dengan berhati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan
lotion atau krim.
|
Mempertahankan kenersihan karena kulit yang kering
dapat enjadi barier infeksi. Pembasuhan menurunkan resiko trauma dermal pada
kulit yang rapuh. Masase meningkatkan sirkulasi kult dan meningkatkan
kenyamanan.
|
4.
|
Berikan obat-obatan topikal/ sistemik sesuai
indikasi
|
Digunakan pada perawatan lesi kulit
|
c.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual/muntah
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Auskultasi bising usus
|
Hipermotilitas saluran intestinal umum terjadi dan
dihubungkan dengan muntah dan diare, yang dapat mempengaruhi pilihan diet
atau makanan.
|
2.
|
Timbang berat badan sesuai kebutuhan
|
Indikator kebutuhan nutrisi/pemasukan yang adekuat
|
3.
|
Berikan perawatan mulut yang
terus menerus
|
Mengurangi ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan mual/muntah, lesi oral, pebgeringan mukosa, dan halitosis.
|
4.
|
Pasang/pertahankan NGT sesuai petunjuk
|
Mungkin diperlukan untuk mengurangi mual/muntah atau
untuk pemberian makan per selang.
|
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Jenis
Keganasan
|
Etiologi
|
Manifestasi
Klinis
|
Px
Diagnostik
|
Penatalaksanaan
|
Masalah
Keperawatan
|
Karsinoma sel basal
|
1. Pajanan
sinar matahari
2. Faktor
Genetik
3. Orang
yang sudah tua
|
1. Timbul
dierah terpajan (wajah, lengan dan dada).
2. Lesi
tampak seperti papul dan tidak nyeri.
3. Nodul
kecil dengan tepi yang bergulung, translusen dan mengkilap.
4. Ulserasi
pada bagian tengah dan krusta.
5. Perdarahan
|
1.
Scan
2.
Ultrasound
3.
Biopsi
|
1.
Melindungi kulit dari pajangan sinar
matahari.
2.
Memakai topi
3.
Menghindari matahari tengah hari.
4.
Baju pelindung
5.
Tabir surya
6.
Di eksisi secara bedah.
|
1.
Nyeri akut
2.
Kekurangan volume cairan
3.
Ansietas
4.
Kurang Pengetahuan
|
Karsinoma sel skuamosa
|
1. Pajanan
sinar matahari
2. Faktor
Genetik
3. Orang
yang sudah tua
|
1. Timbul
didaerah terpajan dan jaringan parut
2. Lesi
tampak sebagai plak merah atau nodus yang menjadi gembung disertai nekrosis
dibagian tengahnya.
|
1.
Melindungi kulit dari pajangan sinar
matahari.
2.
Memakai topi
3.
Menghindari matahari tengah hari.
4.
Baju pelindung
5.
Tabir surya
6.
Di eksisi secara bedah
7.
Terapi radiasi
|
||
Melanoma Maligna
|
1. Bekas
tahi lalat
2.Timbul spontan dari kulit yang sehat
|
1.
Bentuk superficial
2.
Bentuk nodular
3.
Lentigo melanoma maligna
|
1.
Melindungi kulit dari pajangan sinar
matahari.
2.
Memakai topi
3.
Menghindari matahari tengah hari.
4.
Baju pelindung
5.
Di eksisi secara bedah.
6.
Kemoterapi dan imunoterapi.
|
||
Sarkoma Kaposi
|
1. Infeksi
virus HIV
2. Infeksi
virus herpesvirus 8
|
1.
Lesi berbentuk nodul atau bisul yang
dapat berwarna merah, ungu, coklat atau hitam.
2.
Peradangan disekitar tumor
|
1.
Biopsi
2.
Computed Tomography scan
|
1.
Terapi radiasi
2.
Kemoterapi
3.
Bioterapi
|
1.
Kerusakan integritas kulit
2.
Nyeri akut
3.
Ketidakseimbangan nutrisi
|
B. Saran
1.
Perawat
Sebagai perawat dalam menjalankan tugas pelayanan
kesehatan, perawat harus mengerti dan memahami tentang konsep dasar penyakit ca
kulit dan sarkoma kaposi serta juga harus lebih tanggap dalam mengidentifikasi
penderita penyakit ini, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai pada penderita penyakit ini.
2.
Pasien
Pasien dihimbau agar menjaga kulit dari pajanan
matahari, tidak terlalu terpapar dengan bahan-bahan kimia, sehingga dapat
meminimalisir penderita yang terkena penyakit ini.
3.
Masyarakat
Masyarakat
diharapkan bisa lebih paham terhadap bahayanya paparan matahari terlalu lama
dan bahan-bahan yang mengandung bahan kimia dengan mengikuti pendidikan
kesehatan yang biasanya diadakan oleh tenaga kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar