MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I
ASUHAN KEPERAWATAN
ANSIETAS
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5
EDY NOVRIADI
LIANA SARI
DAI’MATUL HASANAH
TRI ASMAWATI
U. YENI MAULINA
WIRAYUDHA RUSADI
TARIQ SETIAWAN
MURADI
DOSEN PEMBIMBING:
WAHYU KIRANA, M.Kep., Sp. Jiwa
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
PRODI SI KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Globalisasi telah
membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, persaingan
kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan tersebut merupakan
salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang tidak bisa bertahan dengan
perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor yang berkepanjangan,
koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang mengalami gangguan
secara psikologis.
Masalah kesehatan jiwa
sangat mempengaruhi produktifitas dan kualitas kesehatan perorangan maupun
masyarakat. Mutu sumber daya manusia tidak dapat diperbaiki hanya dengan
pemberian makanan atau gizi seimbang, namun juga perlu memperhatikan aspek-aspek
dasar berupa aspek fisik/jasmani, mental-emosional/jiwa, dan sosial-budaya/lingkungan.
Gangguan jiwa walaupun tidak langsung menyebabkan kematian, namun akan
menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan beban berat bagi
keluarga, baik mental maupun materi karena penderita menjadi kronis dan tidak
lagi produktif.
Dampak gangguan
kesehatan jiwa tidak hanya dirasakan oleh si penderita, tetapi juga oleh
keluarga, teman, pekerja, dan komunitas. Sehingga akan mempengaruhi
produktifitas komunitas dan berdampak pada perekonomian serta kesejahteraan.
Hal itu terlihat dari hasil studi Bank Dunia tahun 1995 di beberapa negara yang
menunjukkan bahwa 8,1 persen hari-hari produktif hilang akibat beban penyakit
disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa. Angka itu lebih besar dibandingkan
hari-hari produktif yang hilang akibat penyakit tuberculosis (7,2 persen),
kanker (5,8 persen), penyakit jantung (4,4 persen) dan malaria (2,6 persen).
Bunuh diri, yang terjadi karena gangguan kesehatan jiwa, merupakan salah satu
penyebab kematian tertinggi di beberapa negara (Narishma, 2012).
Data Riset Kesehatan
Dasar tahun 2007 (Riskesdas) menunjukkan bahwa gangguan mental emosional
(depresi dan kecemasan) dialami oleh sekitar 11,6% populasi usia di atas 15
tahun (sekitar 24.708.000 orang). Sedangkan sekitar 0,48% populasi (1.065.000
orang) mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes, 2012).
Gangguan mental berupa
depresi, kecemasan, dan keluhan somatik didominasi perempuan dengan angka
sekitar 1 dari 3 orang dalam masyarakat dan merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang serius. Unipolar depresi diperkirakan menjadi penyebab utama
kedua beban kecacatan global yang akan terjadi pada tahun 2020 dimana angka
kejadian dua kali lebih sering terjadi pada perempuan (Yasira, 2011).
Kecemasan atau ansietas
masih menjadi salah satu masalah kesehatan jiwa yang masih banyak terjadi kasus
baik di negara-negara maju maupun di
negara berkembang. Gangguan ansietas merupakan gangguan mental emosional yang
paling sering terjadi di Amerika serikat. Setidaknya 17% individu dewasa di
Amerika serikat menunjukkan satu gangguan ansietas atau lebih dalam satu tahun.
Gangguan ansietas lebih sering di alami oleh individu wanita, individu berusia
kurang dari 45 tahun, individu yang bercerai atau berpisah, dan individu yang
berasal dari status sosio-ekonomi rendah (Videbeck, 2008, hal. 308).
Didalam makalah ini, kelompok
akan membahas mengenai ansietas atau kecemasan, yang dapat menjadi sebuah masalah
kesehatan jiwa apabila respons yang diberikan berlebihan dan mengganggu
kehidupan sehari-hari. Pada makalah ini akan dibahas mengenai konsep dasar
tentang ansietas, penyebab, mekanisme terjadinya, hingga respons yang dapat
terjadi pada setiap individu dan tingkatannya. Serta akan dijelaskan mengenai
pendekatan konsep asuhan keperawatan yang akan diberikan pada masalah kesehatan
jiwa berupa kecemasan atau ansietas ini. Penanganan masalah gangguan mental
emosional ini sangat penting, karena apabila tidak dapat ditangani dengan baik
maka bisa saja dapat berlanjut kepada masalah gangguan jiwa.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ansietas ini adalah untuk
memberikan gambaran tentang ansietas serta penanganannya dalam proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Asuhan keperawatan ini disusun sebagai tugas mata kuliah keperawatan jiwa. Setelah menyusun atau mempelajari
makalah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:
a. Konsep
dasar Ansietas
b. Asuhan
keperawatan dengan klien ansietas secara teoritis
C. Metode penulisan
Metode penulisan dalam
penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriftif yaitu
dengan menggambarkan konsep dasar
tentang asuhan keperawatan pada klien dengan ansietas. Dan dengan menggunakan studi literatur,
baik melalui literatur kepustakaan yang ada maupun litertur kepustakaan secara online.
D. Sistematika
penulisan
Penyusunan asuhan
keperawatan
pada
klien dengan ansietas
ini
menggunakan sistematika sebagai berikut :
1. Bab I : Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Tujuan
c. Metode penulisan
d. Sistematika
2. Bab II : Tinjauan Teoritis
a. Konsep
dasar ansietas
1) Pengertian
2) Teori
– teori yang mendasari ansietas
3) Penyebab
ansietas
4) Tingkatan
ansietas
5) Respon
ansietas
6) Rentang
respon
7) Penatalaksanaan
b. Asuhan
keperawatan klien dengan ansietas secara teoritis
1) Pengkajian
2) Diagnosis
keperawatan
3) Rencana
keperawatan
4) Implementasi
5) Evaluasi
3. Bab III : Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. KONSEP
DASAR ANSIETAS
1. Pengertian
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti
dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik.
Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart & Laraia 2005, hal.260
).
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005,
hal.260 ) aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak
maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas
dapat mengganggu kehidupan seseorang.
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan
tidak didukung oleh situasi (Videbeck, 2008, hal. 307).
Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa
objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara
interpersonal (Suliswati, 2005, hal. 108 ).
Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan
dihayati disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna
dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien
(Mansjoer, 1999, hal. ? ).
Jadi, kecemasan
merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap
stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu
dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam rasa cemas tersebut
dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan
yang berarti.
2. Teori-Teori yang Mendasari Ansietas
Teori yang dikembangkan
untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah (Stuart&Sundeen,1998, 177-181) :
1.
Teori psikoanalitik
Menurut Sigmund Freud
struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego,
dan superego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif. Superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai
mediator antara tuntutan dari id dan superego.
Menurut teori psikoanalitik, ansietas merupakan
konflik emosional yang terjadi antara
id dan
superego, yang berfungsi memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya
yang perlu diatasi.
2.
Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal
ini juga dihubungkan
dengan trauma masa pertumbuhan seperti kehilangan,
perpisahan yang menyebabkan
seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang
mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah
untuk mengalami ansietas yang berat.
3.
Teori prilaku
Ansietas merupakan
hasil frustasi
dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Para
ahli prilaku menganggap ansietas
merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari
berdasarkan keinginan untuk
menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa individu yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut berlebihan akan menunjukkan kemungkinan
ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya.
4.
Kajian keluarga
Kajian keluarga
menunjukkan
bahwa gangguan ansietas merupakan
hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.
5.
Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa
otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Selain itu kesehatan
umum seseorang mempunyai predisposisi terhadap
ansietas. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik
dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stressor.
3. Penyebab
Meski
penyebab ansietas belum sepenuhnya
diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada
diri seseorang. Faktor
genetik juga merupakan faktor yang dapat
menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang
mengalami kesulitan menghadapi situasi,
masalah dan
tujuan hidup (Videbeck, 2008, hal. 312). Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada orang
lain.
a.
Faktor Predisposisi
1)
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara
dua elemen kepribadian, id dan superego.
Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan
superego mencerminkan
hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya.
2)
Menurut pandangan
interpersonal,
ansietas timbul
dari
perasaan takut
terhadap ketidaksetujuan dan
penolakan interpersonal.
3)
Menurut pandangan
perilaku, ansietas
merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan.
4)
Kajian keluarga
menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi
dalam keluarga. Gangguan
ansietas juga tumpang
tindih dengan depresi.
5)
Sedangkan kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung
reseptor khususuntuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi
asam-asam
gama-aminobutirat (GABA), yang berperan
penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas.
b.
Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi
adalah semua ketegangan
dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005, hal 114 ). Stresor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1)
Ancaman terhadap
integritas fisik.
Ketegangan
yang
mengancam integritas fisik yang
meliputi :
·
Sumber
internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis
sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya
: hamil).
·
Sumber eksternal, meliputi paparan
terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
2)
Ancaman terhadap
harga diri meliputi sumber
internal dan eksternal.
·
Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah
dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
·
Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
4. Tingkat
Ansietas
Menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal.175-176), tingkat ansietas sbb
:
a.
Ansietas ringan;
berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b.
Ansietas sedang;
memungkinkan seseorang untuk berfokus pada hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat berfokus untuk
melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c.
Ansietas Berat;
sangat
mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang cendrung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada
suatu area lain.
d.
Tingkat Panik ;
dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah
dari proporsinya, tidak
mampu
melakukan
sesuatu
walaupun
dengan pengarahan. Panik
melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan
berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran rasional.
5. Respon
Ansietas
a. Respon
Fisiologis
Sistem tubuh
|
Respons
|
Kardiovaskuler
|
Ø Palpitasi
Ø Jantung berdebar-debar
Ø Tekanan darah tinggi
Ø Rasa mau pingsan
Ø Pingsan
Ø Tekanan darah menurun
Ø Denyut nadi menurun
|
Pernapasan
|
Ø Napas cepat
Ø Napas pendek
Ø Tekanan pada dada
Ø Napas dangkal
Ø Pembengkakan tenggorok
Ø Sensasi tercekik
Ø Terengah-engah
|
Neuromuskular
|
Ø Refleks meningkat
Ø Reaksi kejutan
Ø Mata berkedip-kedip
Ø Insomnia
Ø Tremor
Ø Rigiditas
Ø Gelisah
Ø Wajah tegang
Ø Kelemahan umum
Ø Kaki goyah
Ø Gerakkan janggal
|
Gastrointestinal
|
Ø Kehilangan napsu makan
Ø Menolak makan
Ø Rasa tidak nyaman pada abdomen
Ø Mual
Ø Diare
Ø Rasa terbakar pada jantung
|
Traktus urinarius
|
Ø Tidak dapat menahan kencing
Ø Sering berkemih
|
Kulit
|
Ø Wajah kemerahan
Ø Berkeringat setempat
Ø Gatal
Ø Rasa panas dan dingin pada kulit
Ø Wjah pucat
Ø Berkeringat seluruh tubuh
|
( Stuart & Sundeen , 1998. Hal.178-179)
b. Respon Prilaku, Kognitif, dan Afektif
Sistem
|
Respons
|
Perilaku
|
Ø Gelisah
Ø Ketegangan fisik
Ø Tremor
Ø Gugup
Ø Bicara cepat
Ø Kurang koordinasi
Ø Cenderung mendapat cidera
Ø Menarik diri dari hubungan interpersonal
Ø Mengahalangi
Ø Melarikan diri dari masalah
Ø Menghidar
Ø Hiperventilasi
|
Kognitif
|
Ø Perhatian terganggu
Ø Konsentrasi buruk
Ø Pelupa
Ø Preokupasi
Ø Salah dalam memberikan penilaian
Ø Hambatan berpikir
Ø Bidang presepsi menurun
Ø Kreativitas menurun
Ø Produktivitas menurun
Ø Bingung
Ø Sangat waspada
Ø Kesadaran diri meningkat
Ø Kehilangan objektivitas
Ø Takut kehilangan kontrol
Ø Takut padapada gambaran visual
Ø Takut cedera atau kematian
|
Afektif
|
Ø Mudah terganggu
Ø Tidak sabar
Ø Gelisah
Ø Tegang
Ø Nervus
Ø Ketakutan
Ø Alarm
Ø Teror
Ø Gugup
|
( Stuart & Sundeen , 1998. Hal. 180-181)
6. Respon
Setiap Tingkat Ansietas
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang
berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan
membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah,
berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri.
Menurut Videbeck
(2008, hal. 311), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
-
Ketegangan otot
ringan
-
Sadar akan lingkungan
-
Rileks atau sedikit
gelisah
-
Penuh perhatian
-
Rajin
2) Respon kognitif
-
Lapang persepsi luas
-
Terlihat tenang,
percaya diri
-
Perasaan gagal
sedikit
-
Waspada dan
memperhatikan banyak hal
-
Mempertimbangkan
informasi
-
Tingkat pembelajaran
optimal
3) Respons emosional
-
Perilaku otomatis
-
Sedikit tidak sadar
-
Aktivitas menyendiri
-
Terstimulasi
-
Tenang
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu
bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau
agitasi. Menurut Videbeck (2008, hal. 311), respons dari ansietas sedang adalah
sebagai berikut :
1) Respon fisik :
-
Ketegangan otot
sedang
-
Tanda-tanda vital
meningkat
-
Pupil dilatasi, mulai
berkeringat
-
Sering mondar-mandir,
memukul tangan
-
Suara berubah :
bergetar, nada suara tinggi
-
Kewaspadaan dan
ketegangan menigkat
-
Sering berkemih,
sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
2) Respons kognitif
-
Lapang persepsi
menurun
-
Tidak perhatian
secara selektif
-
Fokus terhadap
stimulus meningkat
-
Rentang perhatian
menurun
-
Penyelesaian masalah
menurun
-
Pembelajaran terjadi
dengan memfokuskan
3) Respons emosional
-
Tidak nyaman
-
Mudah tersinggung
-
Kepercayaan diri
goyah
-
Tidak sabar
-
Gembira
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada
ancaman, memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008,
hal. 311), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
-
Ketegangan otot berat
-
Hiperventilasi
-
Kontak mata buruk
-
Pengeluaran keringat
meningkat
-
Bicara cepat, nada
suara tinggi
-
Tindakan tanpa tujuan
dan serampangan
-
Rahang menegang,
mengertakan gigi
-
Mondar-mandir,
berteriak
-
Meremas tangan,
gemetar
2) Respons kognitif
-
Lapang persepsi
terbatas
-
Proses berpikir
terpecah-pecah
-
Sulit berpikir
-
Penyelesaian masalah
buruk
-
Tidak mampu mempertimbangkan
informasi
-
Hanya memerhatikan
ancaman
-
Preokupasi dengan
pikiran sendiri
-
Egosentris
3) Respons emosional
-
Sangat cemas
-
Agitasi
-
Takut
-
Bingung
-
Merasa tidak adekuat
-
Menarik diri
-
Penyangkalan
-
Ingin bebas
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail
perhatian hilang, karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun
meskipun dengan perintah. Menurut Videbeck (2008, hal. 311), respons dari panik
adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
-
Flight, fight, atau
freeze
-
Ketegangan otot
sangat berat
-
Agitasi motorik kasar
-
Pupil dilatasi
-
Tanda-tanda vital
meningkat kemudian menurun
-
Tidak dapat tidur
-
Hormon stress dan
neurotransmiter berkurang
-
Wajah menyeringai,
mulut ternganga
2) Respons kognitif
-
Persepsi sangat
sempit
-
Pikiran tidak logis,
terganggu
-
Kepribadian kacau
-
Tidak dapat
menyelesaikan masalah
-
Fokus pada pikiran
sendiri
-
Tidak rasional
-
Sulit memahami
stimulus eksternal
-
Halusinasi, waham,
ilusi mungkin terjadi
3) Respon emosional
-
Merasa terbebani
-
Merasa tidak mampu,
tidak berdaya
-
Lepas kendali
-
Mengamuk, putus asa
-
Marah, sangat takut
-
Mengharapkan hasil
yang buruk
-
Kaget, takut
-
Lelah
7. Rentang
Respons
Respons adaptif
Respons maladaptive
Antisipasi
Ringan Sedang Berat Panik
Gambar Rentang Respons Ansietas (Stuart, 2007.
Hal. 145)
Ciri-ciri ansietas
yaitu :
a. Ansietas Ringan
:
Lebih
waspada,
gerakan mata,
ketajaman
pendengaran bertambah, dan
kesadaran meningkat.
b. Ansietas Sedang : Berfokus pada dirinya
(penyakitnya). Menurunnya
perhatian terhadap lingkungan secara terperinci.
c. Ansietas Berat
:
Perubahan
pola pikir, ketidak
selarasan pikiran, tindakan
dan perasaan. Lapangan persepsi menyempit.
d. Panik : Persepsi
terhadap lingkungan mengalamidistorsi;
ketidakmampuan memahami situasi; respon tidak dapat diduga; aktivitas motorik yang tidak menentu.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada
tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu
metode
pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008, hal. ??? ) selengkapnya seperti pada
uraian berikut :
a.
Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan
cara :
1)
Makan makan yang
bergizi dan seimbang.
2)
Tidur
yang cukup.
3)
Cukup olahraga.
4)
Tidak merokok.
5)
Tidak meminum minuman keras.
b.
Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan
pengobatan untuk cemas dengan memakai obat- obatan yang berkhasiat
memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat
otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti
cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
c.
Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan- keluhan somatik (fisik) itu dapat
diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
d.
Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan
individu, antara lain
:
1)
Psikoterapi suportif, untuk
memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus
asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
2)
Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3)
Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-
konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan
akibat stressor.
4)
Psikoterapi kognitif,
untuk memulihkan
fungsi kognitif
pasien,
yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya
ingat.
5)
Psikoterapi
psiko-dinamik,
untuk menganalisa
dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat
menjelaskan mengapa
seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6)
Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan
kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak
lagi menjadi faktor penyebab dan
faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.
e.
Terapi psikoreligius
Untuk
meningkatkan keimanan
seseorang yang
erat
hubungannya dengan kekebalan dan
daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
B. Asuhan
Keperawatan Pada Klien Ansietas Secara Teoritis
1. Pengkajian
a. Perilaku
Ansietas dapat diekpresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis
dan perilaku s dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan ansietas. Intensitas perilaku
meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas. (Stuart, 2007, hal. 146 )
b. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007, hal. 146 ) terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan
ansietas,
diantaranya:
1)
Pandangan
Psikoanalitis,
ansietas adalah konflik
emosional yang terjadi antara antara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan
tersebut dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
2)
Pandangan Interpersonal, ansietas timbul dari
perasaan takut terhadap tidak
adanya penerimaan/ persetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan,
yang menimbulkan kelemahan tertentu. Orang
yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
3)
Pandangan Perilaku, ansietas merupakan
produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan
seseorang
untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Pakar
perilaku menganggap
sebagai
dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari
dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu
yang
terbiasa dengan
kehidupan dini
dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.
4)
Kajian Keluarga, ansietas merupakan hal yang
biasa ditemui dalam keluarga.
Ada tumpang tindih dalam
gangguan
ansietas dan
antara gangguan
ansietas dengan depresi.
5)
Kajian Biologis, Otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine. Reseptor ini
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA (asam gama- aminobutirat) juga
berperan
utama
dalam
mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya
dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stressor.
c. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi ( Stuart & Sundeen, 1998 hal. 181
):
1)
Ancaman terhadap
integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
2)
Ancaman terhadap
sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas ,
harga diri, dan fungsi sosial yang
terintegrasi seseorang.
d. Penilaian
Stressor
Pemahaman tentang ansietas perlu integrasi banyak faktor,
termasukpengetahuan dari perspektif psikoanalisis, interpersonal, perilaku,
genetik, dan biologis. Penilaian mendorong pengkajian perilaku dan persepsi
pasien dalam mengembangkan intervensi keperawatan yang tepat. Penilaian juga
menunjukkan berbagai faktor penyebab dan menekankan hubunagn timbal balik
antara faktor0faktor tersebut dalam menjelaskan perilaku yang terjadi. Dengan
demikian , pemahaman yang benar tentang ansietas bersifat holistik (Stuart,
2007, hal. 147 )
Sumber Koping
Individu dapat mengatasi stres dan
ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut yang berupa model ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya
dapat membantu individu mengintergrasikan pengalaman yang
menimbulkan stres dan mengadopsi strategi kopinng yang berhasil (Stuart, 2007, hal. 147 )
e. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping
sebagai berikut ( Stuart
& Sundeen, 1998 hal. 182 ):
a.
Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang
disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara
realistik tuntutan situasi stres, misalnya
perilaku menyerang untuk
mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, Menarik diri untuk
memindahkan
dari sumber stress,
Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
b.
Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar
dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas dan
bersifat maladaptif.
2. Diagnosis
Keperawatan
Perumusan diagnosa
keperawatan mengharuskan perawat
untuk menentukan kualitas (kesesuaian) respon pasien, kuantitas (tingkat) ansietas pasien, dan sifat adaptif
atau maladaptif mekanisme koping yang
digunakan.
Diagnosis keperawatan NANDA yang utama yang berhubungan dengan respon
ansietas disajikan pada kotak dibawah. Suatu pengkajian keperawatan yang
lengkap harus mencakup semua respon maladaptif pasien. Banyak masalah keperawatan
tambahan akan teridentifikasi pada saat ansietas pasien mempengaruhi area lain
kehidupan secara timbal balik. ( Stuart, 2007, hal. 151 )
Diagnosis Keperawatan NANDA yang
Berhubungan dengan Respons Ansietas
|
Penyesuaian, Gangguan
Ansietas*
Pola Pernapasan, Ketidakefektifan
Komunikasi, Hambatan Verbal
Konfusi, Akut
Koping , Ketidakefektifan*
Koping Komunitas, Ketidakefektifan
Diare
Ketakutan*
Pemeliharaan Kesehatan, Ketidakefektifan
Cedera, Risiko
Memori, kerusakan
Nutrisi, Ketidakseimbangan
Sindrom Pasca Trauma
Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan, Risiko
Sindrom Stress akibat perpindahan, Risiko
Harga Diri, Risiko rendah situasional
Harga Diri, Rendah situasional
Persepsi Sensori, Gangguan
Pola Tidur, Gangguan
Interaksi Sosial, Hambatan
Proses Pikir, Gangguan
Elimanisi Urin, Gangguan
|
(Stuart, 2007, hal. 151 )
3. Rencana
Keperawatan
Ringkasan
Rencana Asuhan Keperawatan: Respons Ansietas Berat dan Panik
|
||
Diagnosis
Keperawatan : Ansietas Berat / Panik
Kriteria
Hasil : Pasien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan.
|
||
Tujuan Jangka Pendek
|
Intervensi
|
Rasional
|
Pasien akan terlindung dari bahaya.
|
Pada awalnya kita menerima
dan mendukung, bukan menyerang
pertahanan diri pasien.
Kenalkan realitas kesedihan yang berhubungan dengan mekanisme koping pasien saat ini.
Jangan fokuskan
pada fobia, ritual atau keluhan fisik
itu sendiri.
Berikan umpan balik pada pasien tentang perilaku,
stressor, penilaian
stressor,
dan sumber koping.
Perkuat ide bahwa kesehatan fisik
berhubungan dengan kesehatan
emosional dan bahwa
area ini akan membutuhkan
eksplorasi di masa depan.
Sementara itu, mulai terapkan batasan perilaku maladaptive pasien
dengan cara yang mendukung.
|
Ansietas berat dan panik dapat dikurangi dengan mengizinkan pasien
untuk menentukan besarnya stres yang
dapat ditangani.
Jika pasien tidak mampu menghilangkan
ansietas, ketegangan dapat mencapai tingkat
panik dan pasien dapat kehilangan kendali.
Saat ini pasien tidak memiliki alternatif untuk
mekanisme koping.
|
Pasien akan
mengalami situasi
yang lebih sedikit menimbulkan ansietas.
|
Bersikap tenang terhadap pasien.
Kurangi stimulus lingkungan.
Batasi interaksi pasien dengan pasien lain untuk meminimalkan
aspek menularnya ansietas.
Identifikasi dan modifikasi
situasi yang
dapat menimbulkan ansietas bagi pasien.
Berikan tindakan fisik
yang mendukung seperti mandi
air hangat dan masase.
|
Perilaku pasien dapat dimodifikasi dengan mengubah lingkungan dan interaksi pasien dengan lingkungan.
|
Pasien akan terlibat dalam
aktivitas yang dijadwalkan
sehari-hari.
|
Pada awalnya, berbagi aktivitas dengan pasien untuk memberikan
dukungan dan penguatan perilaku produktif secara
sosial.
Berikan beberapa
jenis latihan
fisik.
Rencanakan
jadwal atau daftar aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari.
Libatkan anggota keluarga dan sistem pendukung
lainnya sebanyak mungkin.
|
Dengan mendorong aktifitas keluar rumah
perawat membatasi waktu pasien yang
tersedia untuk
mekanisme koping destruktif sambil
meningkatkan partisipasi dan
menikmati aspek
kehidupan lainnya.
|
Pasien akan mengalami penyembuhan dan gejala-gejala ansietas berat
|
Berikan medikasi yang dapat membantu mengurangi rasa tidak nyaman pasien.
Amati efek samping medikasi
dan lakukan penyuluhan kesehatan yang relevan.
|
Efek hubungan terapeutik dapat
ditingkatkan jika
kendali kimiawi terhadap gejala memungkinkan
pasien untuk mengarahkan
perhatian pada konflik yang mendasari.
|
( Stuart, 2007 hal. 166 )
Ringkasan
Rencana Asuhan Keperawatan: Respons Ansietas Sedang
|
||
Diagnosis
Keperawatan : Ansietas Sedang
Kriteria
Hasil : Pasien akan menunjukkan cara koping adaptif terhadap stress
|
||
Tujuan Jangka Pendek
|
Intervensi
|
Rasional
|
Pasien akan mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan tentang
ansietas.
|
Bantu pasien mengidentisikasi
dan menggambarkan perasaan yang mendasari.
Kaitkan perilaku pasien dengan
perasaan tersebut.
Validasikan semua perubahan
dan asumsikan kepada
pasien.
Gunakan pertanyaan terbuka
untuk beralih dari topik yang
tidak mengancam ke isu-isu konflik.
Variasikan besarnya
ansietas untuk meningkatkan motivasi
pasien.
Sementara itu, gunakan konfrontasi suportif dengan
bijaksana.
|
Untuk
mengadopsi respon koping
yang baru, pasie pertama kali harus menyadari perasaan dan mengatai penyangkalan dan
resistens yang
disadari atau tidak
disadari
|
Pasien akan
mengidentifikasi penyebab ansietas.
|
Bantu pasien menggambarkan
situasi dan interaksi yang mendahului ansietas.
Tinjau penilaian pasien terhadap
stresor, nilai-nilai yang
terancam, dan cara konflik
berkembang.
|
Setelah perasaan ansietas dikenali, pasien harus mengenali perkembangannya termasuk stresor pencetus, penilaian stresor,
dan sumber yang tersedia.
|
Pasien akan mengidentifikasi penyebab ansietas.
|
Hubungkan pengalaman pasien saat ini dengan
pangalaman yang relevan pada
masa lalu.
|
Respon
koping adpatif yang baru dapat dipelajari melalui analisis mekanisme koping yang dugunakan di masa lalu, penilaian ulang stresor,
menggunakan sumber-sumber yang
tersedia dan menerima tanggung
jawab untuk berubah.
|
Pasien akan menguraikan respon
koping adaptif dan maladaptif.
|
Kaji bagaimana pasien
menurunkan ansietasnya di masa
lalu dan tindakan yang dilakukan untuk menurunkannya.
Tunjukan
efek maladaptif dan destruktif dari respon koping saat
ini.
Dorong pasien untuk
menggunakan respon koping adaptif yang efektif dimasa lalu.
Fokuskan
tanggung jawab untuk
berubah pada pasien.
Bantu pasien secara aktif untuk
mengaitkan hubungan sebab dan akibat sambil mempertahankan ansietas batasan yang
sesuai.
Bantu pasien dalam menilai kembali nilai, sifat,
dan arti stressor pada saat yang tepat.
|
|
Pasien akan mengimplementasi
kan dua respon adaptif untuk
mengatasi ansietas
|
Bantu pasien mengidentifikasi cara
untuk membangun kembali pikiran, memodifikasi perilaku, menggunakan sumber-sumber dan menguji respon
koping yang baru.
Dorong pasien melakukan aktifitas fisik untuk
mengeluarkan energi.
Libatkan orang terdekat sebagai sumber dan dukungan sosial dalam
membantu pasien mempelajari
respon koping yang baru.
Ajarkan pasien
tentang teknik
relaksasi untuk
meningkatkan kendali dan
percaya diri serta mengurangi stres.
|
Seseorang
juga dapat mengatasi stres
dengan mengatur distres emosional yang menyertainya
melalui penggunaan
teknik penatalaksanaan
stres.
|
( Stuart, 2007 hal. 168 )
4. Implementasi
a.
Intervensi pada Ansietas Tingkat Berat dan
Panik.
Prioritas
tertinggi
tujuan keperawatan harus ditunjukan
untuk menurunkan
ansietas tinggkat
berat atau panik pasien, dan
intervensi keperawatan yang berhubungan harus suportif dan protektif
b.
Intervensi pada Ansietas Tingkat Sedang
Saat ansietas pasien menurun sampai
tingkat ringan atau sedang,
perawat daapt mengimplementasikan intervensi keperawatan reedukatif atau berorientasi pada
pemahaman. Intervensi ini melibatkan pasien dalam proses penyelesaian masalah
( Stuart & Sundeen , 1998 hal. 189 ).
5. Evaluasi
Evaluasi akan dilakukan
selama proses belajar dan pada akhir dari proses pendidikan kesehatan. Evalasi akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan lisan
( Stuart, 2007 hal. 160 ).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah kesehatan jiwa sangat mempengaruhi
produktifitas dan kualitas kesehatan perorangan maupun masyarakat. Mutu sumber
daya manusia tidak dapat diperbaiki hanya dengan pemberian makanan atau gizi
seimbang, namun juga perlu memperhatikan aspek-aspek dasar berupa aspek
fisik/jasmani, mental-emosional/jiwa, dan sosial-budaya/lingkungan.
Gangguan mental berupa depresi, kecemasan, dan
keluhan somatik merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Sebagai
contoh Kecemasan atau Ansietas masih menjadi salah satu masalah kesehatan jiwa
yang masih banyak terjadi kasus baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang.
Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi
umum terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun
kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam rasa cemas
tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya
kesulitan yang berarti.
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada
diri seseorang. Faktor
genetik juga merupakan faktor yang dapat
menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang
mengalami kesulitan menghadapi situasi,
masalah dan
tujuan hidup.
Penatalaksanaan ansietas pada
tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu
metode
pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius
B.
Saran
1.
Perawat
diharapkan dapat memahami masalah adaptasi bio – psiko – sosial – spiritual dan
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan ansietas dengan baik. Seperti
penatalaksanaan pada tahap pencegahan , dengan melakukan metode
pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
2. Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun
puskesmas diharapkan mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan klien ansietas
pada setiap perawat yang ada, melalui pendekatan terapeutik dalam mengatasi masalah yang timbul. Selain
itu institusi pelayanan kesehatan juga harus mampu memberikan pelayan kesehatan
yang baik bagi pasien-pasien yang
terkena gangguan jiwa.
3. Institusi pendidikan keperawatan dapat memberikan pendidikan yang
mendalam mengenai asuhan keperawatan masalah adaptasi bio – psiko – sosial –
spiritual khususnya asuhan keperawatan klien dengan ansietas sehingga mahasiswa
dapat memahami dan membedakan serta memilah masalah – masalah tersebut menjadi
terperinci dan lebih mudah dibedakan juga dimengerti.
DAFTAR
PUSTAKA
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid
1 Ed.3. Media Aesculapius: Jakarta.
Stuart
& Laraia. 2005. Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed.
Elsevier Mosby, Philadelphia.
Elsevier Mosby, Philadelphia.
Stuart & Sundeen 1998. Buku saku keperawatan
jiwa Ed.3. EGC: Jakarta.
Stuart, Gail W. 2007. Buku saku keperawatan jiwa
Ed.5. EGC: Jakarta.
Suliswati,dkk.2005. Konsep Dasar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta.
Videbeck,
Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1480-deteksi-kesehatan-jiwa-dilakukan-di-puskesmas.html (di akses
27-04-2012)
ok.
BalasHapussipp bagus .. tapi kalo mau berbagi ilmu, jangan pake gak bisa di copy segala,, percuma orang buka blog mau nyimpen ni data gak bisa ..
BalasHapus