BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah suatu pelayan kesehatan tentang masalah kesehatan jiwa dari rentang
sehat jiwa sampai gangguan jiwa yang terjadi pada anak sampai lansia. Salah
satu pilar model keperawatan profesional adalah pelayan keperawatan dengan
menggunakan sistem pemberian asuhan keperawatan (patient care delivery system ). Dan sistem pemberian asuhan
keperawatan yang diterapkan adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan. Salah satu asuhan keperawatan yang kami bahas ini adalah auhan
keperawatan pada klien dengan gangguan defisit keperawatan diri.
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya
jika tidak dapat melakukan
perawatan diri. (Depkes 2000).
Manusia
sebagai makhluk holistik yang
dipengaruhi oleh lingkungan dalam dirinya dan lingkungan luar baik
keluarga, kelompok maupun komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan,
manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar mampu beradaptasi
(Susilowati, 2005).
Kegagalan
dalam memberi koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka
panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental.
Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya
sumber tekanan, perbedaan antar individu, dan latar belakang individu yang
bersangkutan (Siswanto, 2007).
Kesehatan
jiwa tidak hanya terkait dengan gangguan jiwa. Ada beberapa aspek yang
mempengaruhi kesehatan jiwa, misalnya: kualitas Sumber Daya Manusia dalam mengawasi
emosional, kemudian aspek sosial yakni kejadian di lingkungan yang berdampak
pada gangguan jiwa seperti tindakan kekerasan dan merasa tidak nyaman. Saat ini
lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia
berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar ( RISKESDAS) tahun 2007, menunjukkan
gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11, 6
% dari populasi orang dewasa. Jumlah populasi orang dewasa di Indonesia kurang
lebih 150. 000. 000 orang yang mengalami gangguan mental emosional. (Sunaryo,
2004).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan defisit perawatan diri dan memberi pengetahuan kepada mahasiswa
dan mahasiswi tentang asuhan keperawatan kepada klien defisit perawatan diri.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang konsep dasar defisit perawatan diri
b. Mengetahui tentang jenis – jenis defisit keperawtan diri
c. Mengetahui tentang penyebab defisit keperawtan diri
d. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawat
diri.
e. Mengetahui strategi pelaksaan
C.
Ruang Lingkup Penulisan
Pada makalah
ini, kelompok hanya membatasi konsep dasar defisit
perawatan diri, jenis – jenis defisit
keperawtan diri, penyebab defisit keperawtan diri, asuhan keperawatan defisit
perawat diri, strategi pelaksaan
D.
Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode
deskriftif yaitu dengan menggambarkan konsep dasar defisit perawatan diri dan asuhan keperawatan klien dengan gangguan
defisit perawatan diridengan melakukan tinjauan terhadap beberapa referensi
baik melalui buku literatur yang terdapat di perpustakaan maupun melalui media
informasi online (internet).
E.
Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab yang meliputi :
BAB I: Pendahuluan : Latar belakang,
Tujuan penulisan, Ruang lingkup, Metode
penulisan, Sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan teoritis : membatasi konsep dasar defisit perawatan diri, jenis – jenis defisit keperawtan diri, penyebab
defisit keperawtan diri, asuhan keperawatan defisit perawat diri, strategi
pelaksaan
BAB III: Asuhan Keperawatan Klien dengan
gangguan defisit perawatan diri
BAB IV: Penutup :
Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri
Perawatan diri meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
individu dikehidupan sehari hari.
1.
Defenisi
Perawatan diri adalah salah satu
kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya
jika tidak dapat melakukan
perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri
adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi,
berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter dan Perry (2005),
personal hygine adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya.
Personal hygine berasal dari bahasa
yunani yang berarti personal yang
artinya perorangan dan hygine berarti
sehat. Kebersihan perorangan adalah suatubtindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. ( Tarwoto dan Wartonah
2000 ).
2.
Jenis-jenis defisit perawatan diri
Ada beberapa
jenis defisit perawatan diri :
a. Kurang
perawatan diri : mandi / kebersihan.
Kurang
perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Kurang
perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias.
Kurang
perawatan diri(mengenakan pakaian) merupakan gangguan kemampuan memakai pakaian dan
aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang
perawatan diri : makan
Kurang
perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang
perawatan diri : toileting
Kurang
perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri. (Nurjannah : 2004,77-79 ).
3. Penyebab defisit
perawatan diri
Menurut Tarwoto
dan Wartonah, (2003) penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai
berikut :
a. Kelelahan
fisik
b. Penurunan
kesadaran
4. Pohon
masalah
Akibat : Isolasi sosial
|
Core problem :
Penyebab : Harga
diri rendah
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), penyebab kurang perawatan diri
adalah :
a. Faktor
prediposisi
Riwayat
kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus tersebut berpengaruh kepada
proses kognitif, ada riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa, gangguan
sistem limbic akan berpengaruh pada fungsi perhatian, memori dan suplai oksigen
serta glukosa terganggu.
2) Kemampuan psikologi
turun
Klien dengan
gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang meyebabkan ketidak pedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
Beberapa masalah
psikologi yang menyebabkan defisit perawatan diri diantaranya :
a) Harga diri
rendah : klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri
b) Body image: gambaran
individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
3) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor
presipitasi
Faktor presiptasi defisit perawatan diri
adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau
perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Tarwoto
& Wartonah (2003: 59) faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1) Body image
Gambaran
individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
2) Praktik
sosial
Pada anak – anak selalu
dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status
sosial ekonomi
Personal
hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan
personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Disebagian masyarakat jika
individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan
seseorang
Ada
kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7) Kondisi
fisik atau psikis
Pada keadaan
tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
8) Dampak fisik
Banyak
gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering
terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
9) Dampak
psikososial
Masalah
sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi
diri dan gangguan interaksi sosial.
c. Penilaian
terhadap stress
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak
aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari
lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin
mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang
lain yang menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak dapat melibatkan diri
dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu
sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak
tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan
realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan
kenyataan. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau
lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik,
psikologis, perilaku atau kognitif).
d. Mekanisme
koping
Mekanisme
koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen, 2000)
yaitu :
1) Mekanisme koping adaptif
Mekanisme
koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai
tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara
mandiri
2) Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme
koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan
otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau
merawat diri.
RENTANG RESPONS PERAWATAN DIRI
Adaptif maladaptif
- Pola perawatan - Kadang perawatan diri - Tidak melakukan
diri seimbang kadang
tidak
perawatan saat stres
-
Pola
perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri.
-
Kadang
perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stresor kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
-
Tidak
melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.
e. Tanda dan
gejala
Menurut Depkes
(2000: 20) tanda dan gejala klien dengan
defisit perawatan diri adalah :
1) Fisik
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai, mulut bau, penampilan tidak rapi.
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai, mulut bau, penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Sosial
Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan tidak teratur bak dan bab di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan tidak teratur bak dan bab di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. Pola
kebersihan tubuh
b. Perlengkapan
personal hygine yang dipakai
c. Faktor
-faktor yang mempengaruhi personal hygine
2. Alasan masuk
rumah sakit
Defisit dalam merawat diri, dari
perawatan perawatan diri yang biasa dilakukan, dan sekarang jarang dilakukan dengan diawali
masalah seperti senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang
lain, terlihat murung.
3. Faktor yang
mempengaruhi
a. Faktor
prediposisi
Riwayat
kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus tersebut berpengaruh kepada
proses kognitif, ada riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa, gangguan
sistem limbic akan berpengaruh pada fungsi perhatian, memori dan suplai oksigen
serta glukosa terganggu.
2) Kemampuan
psikologi turun
Klien dengan
gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang meyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
Beberapa
masalah psikologi yang menyebabkan defisit perawatan diri diantaranya :
c) Harga diri
rendah : klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri
d) Body image:
gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
3) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri dari lingkungannya.
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri dari lingkungannya.
4) Faktor
presipitasi
Faktor
presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan
kognisi atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Cara
klien menilai masalah merupakan awal dari terbentuknya sumber koping. Jika
sumber koping tidak adekuat, bahkan jika ada namun mekanisme koping maladaptif
maka akan menimbulkan permasalahan.
4. Pemeriksaan
fisik
a. Rambut:
Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan rambut yang
kusam, keadaan tekstur.
b. Kepala:
Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.
c. Mata
: Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah
d. Hidung:
Lihat kebersihan hidung, membran mukosa
e. Mulut:
Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan
f. Gigi:
Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi
g. Telinga:
Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi
h. Kulit:
Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu.
i.
Genetalia: Lihat kebersihan, keadaan kulit,
keadaan lubang uretra, keadaan skrotum, testis pada pria, cairan yang
dikeluarkan
B. Diagnosa
keperawatan
Kurangnya perawatan diri : Kebersihan diri.
Definisi : Kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Kemungkinan
ditemukan data :
a. Badan
kotor dan berbau
b. Rambut
kotor
c. Kuku
panjang dan kotor
d. Bau
mulut dan kotor
Kondisi
klinis :
a. Stroke
b. Fraktur
c. Koma
Tujuan
yang diharapkan :
a. Kebersihan
diri sesuai pola
b. Keadaan
badan, mulut, rambut dan kuku bersih
c. Pasien
merasa nyaman
Intervensi
:
a. Kaji
pola kebersihan diri.
R
: Data dasar dalam melakukan intervensi
b. Bantu
klien dalam kebersihan badan, mulut, rambut dan kuku
R
: Mempertahankan rasa nyaman
c. Lakukan
penkes : pentingnya kebersihan diri, pola kebersihan diri, cara kebersihan.
R
: Meningkatkan pengetahuan dan lebih kooperatif
Objektif :
1.
Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan
rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.
2.
Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan
rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak
bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).
3.
Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri.
4.
Ketidakmampuan bab/bak secara mandiri ditandai bab/bak
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah bab/bak.
C.
Diagnosa
Defisit perawatan diri
Defisit perawatan diri
D.
Rencana Tindakan Keperawatan
1.
Tujuan
a.
Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan bab/bak.
b.
Tindakan keperawatan untuk klien
Tindakan
yang dilakukan mencakup SP 1, 2, 3 dan Sp kelurga
No
|
Kemampuan
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
|
|
|
|
|
|
|
||
A
|
Pasien
|
|||||||
|
SP I
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Mengidentifikasi penyebab defisit perawatan diri
pasien
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Berdiskusi dengan pasien tentang pentingnya
kebersihan diri
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Berdiskusi dengan pasien tentang cara menjaga
kebersihan diri
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Menganjurkan
pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SP II
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Menjelaskan cara
mandi yang baik
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Membantu pasien
mempraktekkan cara mandi yang baik
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Menganjurkan
pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SP III p
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Menjelaskan cara
eliminasi yang baik
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Membantu pasien
mempraktekkan cara eliminasi yang baik dan memasukkan dalam jadual
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Menganjurkan
pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SP IV p
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Menjelaskan cara
berdandan
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Membantu pasien
mempraktekkan cara berdandan
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Menganjurkan
pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
|
|
|
|
|
|
|
|
B
|
Keluarga
|
|||||||
|
SP I
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Mendiskusikan
masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Menjelaskan
pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan jenis defisit
perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Menjelaskan
cara-cara merawat pasien defisit perawatan diri
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SP II
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Melatih keluarga
melakukan cara merawat langsung kepada pasien defisit perawatan diri
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SP III
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Membantu keluarga
membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN
A.
Proses
Keperawatan
1.
Kondisi klien
a. Data
Subyektif :
Klien mengatakan sudah
tidak mandi selama 7 hari.
Klien
mengatakan
malas untuk mandi
b. Data Obyektif :
Baju kotor
Rambut acak acakan
Badan bau
Kulit kotor
Menggaruk tubuh
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri
3.
Tindakan
Keperawatan
a.
Tujuan Sp1
1)
Mengidentifikasi
penyebab defisit perawatan diri pasien
2)
Berdiskusi
dengan pasien tentang pentingnya kebersihan diri
3)
Berdiskusi
dengan pasien tentang cara menjaga kebersihan diri
4)
Membantu pasien mempraktekan cara
menjaga kebersihan diri
5)
Menganjurkan
pasien memasukan kegiatan perawatan diri di kegiatan harian
b.
Intervensi
1) Bina
hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling
percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka
membina hubungan saling percaya adalah:
a)
Mengucapkan
salam terapeutik
b)
Berjabat
tangan
c)
Menjelaskan
tujuan interaksi
d)
Membuat
kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku malas
untuk melakukan perawatan diri
3) Menjelaskan
pentingnya kebersihan diri
a) Kaji
pengetahuan klien tentang kebersihan diri
b) Beri
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan ketika tidak melakukan
perawatan diri
c) Diskusikan
kepada klien tentang pentingnya kebersihan untuk diri
d) Beri
reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya tentang
perawatan diri
4) Menjelaskan
cara menjaga kebersihan diri
a) Menjelaskan
berapa kali sehari mandi
b) Menjelaskan
cara eliminasi yang benar
c) Menjelaskan
cara menggosok gigi yang benar
d) Menjelaskan
cara berhias diri
5)
Membantu pasien mempraktekan cara
menjaga kebersihan diri
a) Mempraktekkan
cara gosok gigi yang benar
b) Mempraktekkan
cara berhias diri
6) Menganjurkan
klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Diskusikan bersama
klien tentang aktivitas yang akan dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
1.
Orientasi
a.
Salam
Kenal
“Assalamualaikum”…..selamat
pagi pak?Perkenalkan nama saya Mariyani, biasa dipanggil yani.saya mahasiswi
stikes yarsi pontianak yang akan praktek di ruang 5 ini, selama dua minggu,
yang nantinya saya akan membantu menyelesaikan atau mengurangi masalah yang
bapak rasakan, bapak namanya siapa?Senang dipanggil apa?Asalnya dari mana pak?
b.
Evaluasi/validasi
“Bagaimana
keadaan bapak hari ini? Apa ada keluhan atau masalah selama tinggal disini? Apa
bapak sudah makan?Sudah mandi??
c.
Kontrak
:
1)
Topik
“Pak,
mari kita berbincang-bincang tentang mengapa bapak tidak mau melaskukan
perawatan diri….selain itu juga kita akan berdiskusi tentang bagaimana manfaat
jika bapak melakukan perawatan diri, Dan kegiatan ini akan kita masukan
dikegiatan harian bapak.
2)
Waktu
“Baiklah
pak, berapa lama kita akan berbincang-bincang?
3)
Tempat
“bapak
maunya kita berbincang-bincang dimana? Disini atau dimana?
2.
Kerja
(langkah-langkah tindakan keperawatan)
a.
…………………………………………………………….
b.
…………………………………………………………….dst
3.
Terminasi
a.
Evaluasi
respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi
klien subjektif
Evaluasi
perawat (objektif setelah reinforcement)
b.
Tindak
lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang
telah dilakukan):
c.
Kontrak
yang akan datang
Topik
:
Waktu
:
Tempat
:
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perawatan diri merupakan suatu
hal yang penting bagi setiap individu, karena dengan melakukan perawatan diri
pada tubuh kita dapat menciptakan suatu pola hidup yang sehat dan memberikan kepedulian
pada diri suatu individu. Perawatan diri merupakan
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya.
Ketidakmampuan individu yang
melakukan perawatan diri itu hampir 90 %, dialami oleh orang yang mengalami
gangguan jiwa. Defisit perawatan diri yang sering dialami yaitu mengenai mandi,
makan, berhias diri, dan eliminasi. Oleh sebab itu peran perawatan sangat
penting bagi klien yang mengalami defisit perawatan diri, agar dapat memberikan
motivasi dan mengajarkan klien agar dapat melakukan perawatan diri secara
individu sesuai dengan asuhan keperawatan.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas,
maka kelompok mengambil saran dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan. Saran-saran adalah sebagai berikut :
1.
Untuk Keluarga
Apabila sudah mengetahui dan memahami akibat yang akan
dilakukan oleh klien yang mengalami defisit perawatan diri, maka sebagai orang
terdekat / keluarga harus memberikan motivasi dan nasehat agar pasien dapat
melakukan perawatan diri secara individu.
2.
Untuk Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan
mengerti baik secara teoritis maupun praktek tentang defisit perawatan diri
agar dapat memberikan nasehat, motivasi, dorongan pada klien yang mengalami
defisit perawatan diri agar dapat melakukan perawatan diri pada dirinya dan
dapat memberikan asuhan keperawatan defisit perawatan diri dengan baik.
3. Untuk Rumah Sakit
Bagi rumah
sakit agar dapat memfasilitasi klien dalam melakukan perawatan dirinya secara
individu, agar dapat memberikan atau membiasakan klien dalam melakukan
perawatan diri secara individu.
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta : EGC
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta : EGC
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC
ka bisa minta artikelnyaa ngak ? soalnya mau di buat tugas kuliah
BalasHapus