BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Parasit
adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya. Manusia adalah tuan
rumah bagi banyak parasit, yang dapat hidup di dalam tubuh atau pada kulit.
Parasit ini menggunakan tubuh manusia untuk mendapatkan makanan dan untuk
mereproduksi, dan dalam tawar-menawar menyebabkan masalah kesehatan manusia
yang terinfeksi.
parasit
terdapat di seluruh dunia dan banyak orang menderita infeksi parasit kulit.
Sebagai contoh, sekitar 6 untuk 12 juta orang di seluruh dunia mendapatkan kutu
setiap tahun dan di Amerika Serikat. Banyak penyakit kulit yang disebabkan oleh
parasit contohnya yaitu skabies dan pedicolosis.
Skabies
adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh kuman sarcotes scabie yaitu
seperti tungau yang memparasitkan diri pada kulit manusia yang mengakibatkan rasa gatal pada kulit dan
menimbulkan papul, vesikel bahkan menyebabkan ulkus dan erosi pada kulit.
Insidensnya
di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di
Jawa Barat. Amiruddin dkk., dalam penelitian skabies di Rumah Sakir Dr. Soetomo
Surabaya, menunjukkan insidens penderita skabies selama 2008-2010 adalah 2,7%.
Abu A dalam penelitiannya di RSU Dadi Ujung Pandang mendapatkan insidens
skabies 0,6% pada tahun 1995-1998.
Pedicolosis
adalah penyakit yang juga disebabakan oleh parasit obligat pediculus humanis
yang menyerang pada kulit badan, kulit kepala, rambut dan daerah pubis.
Persentase
penderita pediculus di Indonesia 20% pada tahun 2002-2009 dalam penelitian
pediculosis di rumah sakit Dr.Soetomo Surabaya menunjukan penderita pediculosis
0,5% pada tahun 1999-2003.
Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang
memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien,
sehingga fungsi dan peran perawat dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar dan
meningkatkan kesehatan fisik, perawat juga dapat melakukan pendekatan
spiritual, psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan
penyuluhan kesehatan terhadap penderita sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga yang nantinya diharapkan dapat
meminimalisir resiko maupun komplikasi yang mungkin muncul dari skabies dan
pediculosis tersebut.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat
materi skabies dan pediculosis dalam
penulisan makalah ilmiah.
B.
Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien dengan skabies dan
pediculosis
2.
Tujuan Khusus
Tujuan
khusus dari penulisan makalah ini, yaitu :
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian skabies dan
pediculosis
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penyebab skabies dan pediculosis
c.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien skabies dan
pediculosis
d.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
penatalaksanaan pada pasien
dengan skabies
dan pediculosis
C.
Metode
Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode diskritip
melalui pendekatan studi kasus yang meliputi pengumpulan data, analisa data,
dan menarik kesimpulan. Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku
dan sumber-sumber lain (internet) yang berhubungan dengan judul dan
permasalahan.
D.
Sistematika
Penulisan
BAB
I Pendahuluan : terdiri atas Latar
Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan
BAB
II Tinjauan Teoritis : terdiri atas
Mekanisme Infeksi Parasit Pada Kulit dan Konsep Dasar Penyakit Skabies dan
Pedikulosis
BAB
III Askep : terdiri atas
Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan
BAB
IV Penutup : terdiri atas
Kesimpulan dan Saran-saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Mekanisme
Infeksi Parasitik Pada Kulit
Penyakit
kulit parasit pada manusia yang sangat umum. Mereka umumnya dikelompokkan
menjadi 3 kategori, yaitu sebagai berikut :
1.
Infeksi kulit yang
disebabkan oleh parasit protozoa
Protozoa
adalah parasit yang paling menonjol menginfeksi manusia. Ada beberapa spesies
parasit protozoa yang menginfeksi manusia dan menyebabkan infeksi kulit yang
parah. Paling menonjol di antara ini adalah parasit yang disebut sebagai
tropica Leishmania yang menyebabkan leishmaniasis atau Kala Azar. Lain infeksi
protozoa penting adalah Trypanosomiasis, juga dikenal sebagai penyakit Chagas
atau penyakit tidur. Penyakit ini disebabkan sebagai akibat infeksi dengan
cruzi Evansi. Toksoplasmosis adalah satu lagi infeksi kulit yang disebabkan
oleh parasit protozoa yang gonadii yaitu Toxoplasma. Dalam semua infeksi, parasit
yang ditularkan kepada manusia melalui lalat. gejala penting termasuk gatal
ekstrim dan tampilan nodul yang mendapatkan ulserasi dalam beberapa bulan.
2.
Infeksi kulit yang disebabkan
oleh tungau
Kelompok
lainnya penting dari parasit yang menginfeksi manusia dan menyebabkan infeksi
kulit tungau. terkenal infeksi kulit yang disebabkan akibat infestations tungau
ke dalam kulit manusia termasuk kudis, gatal butir, gatal tungau Chiggers ',
tikus kutu gatal, gatal toko kelontong itu, Trombidosis.
3.
Infeksi kulit yang
disebabkan oleh agen yang lain
Terlepas
dari protozoa dan tungau, ada juga agen lain yang mampu menyebabkan infeksi
kulit pada manusia. Ini termasuk kutu, kutu, kutu busuk dan nematoda. Semua ini
adalah parasit yang memakan darah manusia. Menonjol Beberapa penyakit yang
disebabkan oleh agen termasuk Pediculosis (yang disebabkan oleh kutu),
Cimicosis (reaksi kulit kronis yang disebabkan oleh gigitan kutu busuk),
Pulicosis (yang disebabkan oleh karena bekas gigitan kutu), Culicosis (yang
disebabkan karena gigitan nyamuk) dan merambat letusan (penyakit yang
disebabkan akibat infeksi seperti nematoda Ancylostoma, Ascaris dan cacing
tambang).
Jenis
Parasit Kulit Manusia:
1.
Kutu kepala, juga dikenal sebagai humanus
capitis Pediculusmedis, adalah berkaki enam parasit yang hidup di kulit
kepala. Berbaring kutu putih telur dikenal sebagai nits, yang menetas di
sekitar 7 hari menjadi peri. Peri pada gilirannya tumbuh menjadi kutu dewasa
dalam 7 hari lain. Kutu hidup yang mereka menyedot darah dari kulit kepala. Sebagai
gigitan kutu kulit kepala, hal itu menyebabkan gatal-gatal dan hal ini dapat
menyebabkan luka karena orang yang terinfeksi akan goresan di mana kulit kepala
yang gatal.
2.
Kutu kemaluan, medis dikenal sebagai Phthirus
pubis, mirip dengan kutu kepala tetapi parasit ini hidup di rambut
kemaluan. Kadang-kadang, mereka diketahui menginfeksi janggut, bulu mata, alis,
dan rambut di ketiak. Mereka lebih sering disebut sebagai kepiting karena
mereka terlihat sangat mirip dengan mereka. Kemaluan kutu menyebabkan gatal-gatal
yang parah, yang lebih nyata pada malam hari sejak kutu menguburkan kepala
mereka ke folikel rambut untuk memberi makan.
3.
Kudis ini disebabkan karena tungau, yang secara medis
dikenal sebagai Sarcoptes scabiei. Tungau liang yang dangkal
di bawah kulit untuk meletakkan telur dan pakan. Kudis infeksi menyebabkan
benjolan merah di kulit yang tampak seperti jerawat. Kadang-kadang lubang dapat
dilihat sebagai garis bergelombang. Kudis terjadi lebih umum antara lipatan
kulit seperti anyaman antara jari-jari, di dalam siku atau di belakang lutut.
4.
Chiggers juga tungau yang hidup di gulma dan rumput
tinggi. Larva pegangan ke rambut tubuh manusia dengan cakar dan kemudian
melampirkan diri pada kulit. Sini mereka memakan sel-sel kulit. Parah Chiggers
menyebabkan gatal dan ruam kulit.
Parasit mengevasi imunitas protektif
dengan mengurangi imunogenisitas dan menghambat respon imun host. Parasit yang
berbeda menyebabkan imunitas pertahanan yang berbeda.
1.
Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama
siklus hidup dalam host vertebrata. Dua bentuk variasi antigenik:
a.
Stage-specific change dalam ekspresi antigen, misalnya
antigen stadium sporosit pada malaria berbeda dengan antigen merozoit.
b.
Adanya variasi lanjutan antigen permukaan mayor pada
parasit, misalnya yang terlihat pada Trypanosoma Afrika: Trypanosoma brucei dan
Trypanosoma rhodensiensi. Adanya variasi lanjutan kemungkinan karena variasi
terprogram dalam ekspresi gen yang mengkode antigen permukaan mayor.
2.
Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor
imun selama berada dalam host. Misalnya larva Schistosomae yang berpindah ke
paru-paru host dan selama migrasi membentuk tegumen yang resisten terhadap
kerusakan oleh komplemen dan CTLs.
3.
Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun
dengan hidup di dalam sel host atau membentuk kista yang resisten terhadap
efektor imun. Parasit dapat menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan
ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik.
4.
Parasit menghambat respon imun dengan berbagai
mekanisme untuk masing-masing parasit. Misalnya Leishmania menstimulus
perkembangan CD25 sel T regulator, yang menekan respon imun. Contoh lain pada
malaria dan Tripanosomiasis yang menunjukkan imunosupresi non spesifik.
Defisiensi imun menyebabkan produksi sitokin imunosupresi oleh makrofag dan sel
T aktif serta mengganggu aktivasi sel T.
B.
Konsep
Dasar Penyakit Skabies
Pengetahuan
dasar tentang penyakit ini di prakarsai oleh VON HEBRA, bapak dermatologi
modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh BENOMO pada tahun 1687,
kemudian oleh MELLANBY dilakukan percobaan induksi pada sukalerawan selama
perang dunia II.
1.
Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh investasi dan sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini.s
(Adhi Djuanda. 2007)
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh tungau (mite) yang mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes
scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005)
Scabies adalah penyakit zoonosis yang
menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia
atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang
disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei
(Buchart, 1997)
Jadi
menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi
kuman parasitik (Sarcoptes
scabiei) yang mudah menular manusia
ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan
golongan yang ada dimuka bumi ini.
2.
Etiologi
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman
sarcoptes scabei. Secara morfologik sarcoptes scabei merupakan tungau kecil
berbentuk oval punggungnya cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih
kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes betina
yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan lucidum membuat
terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina
bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi
yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina
dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa
gatal.(Keperawatan Medikal Bedah, 2002)
Sarcoptes scabiei
termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali
itu terdapat S. Scabiei yang lain,
misalnya kambing dan babi.
Secara
morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna puith kotor, dan tidak
bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat
untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat
berakhir dengan alat perekat.
Siklus
hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi
diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa
hari dalam terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau
50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan
menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai
bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
Faktor
resiko dari skabies ini adalah :
a.
Skabies pada bayi dan anak
Lesi
skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat
di muka.
b.
Skabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis
dapat menyerang manusia yang pekerjaanya berhubungan erat dengan hewan
tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang,
tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan
akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
c.
Skabies inkognito
Obat
steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies,
sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid toikal
yang lama dapat menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan
oleh karena penurunan respon imun seluler.
d.
Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita
penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas.
Gambar 2.1 sarcoptes scabei
(sumber
: thefoxwebsite.org)
Cara
penularan (transmisi) :
a.
Kontak langsung (kontak kulit dengan
kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual.
b.
Kontak tak langsung (melalui benda),
misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.
Penularannya biasanya
oleh Sarcoptes scabiei betina yang
sudah dibuahi atai kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang
kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak
memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.
3.
Patofisiologi
Kelainan
kulit disebabkan tungau skabies dan garukan gatal akibat sensitisasi terhadap
sekret dan ekskret tungau kurang lebih sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,
urtika, dll. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoiriasi, krusta dan infeksi
sekunder. Patofisiologi dapat dilihat pada skema 2.1
Agen
Transmitter
Kontak
langsung kontak tidak langsung
host
Membentuk kanakuli (terowongan)
Sela jari,tangan,siku,
pergelangan tangan
Sensitivitas
terhadap secret
Gangguan body image
|
Timbul
papul, vesikel, urtika
Gatal
Gangguan Pola tidur
|
Ulkus, erosi, ekkovarasi
Resiko Infeksi
|
Kerusakan Integritas Kulit
|
Skema
Patofisiologi Skabies 2.1
4.
Manifesati Klinis
Diagnosis
dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini :
a.
Pruritus (gatal pada malam hari) karena
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
b.
Penyakit ini menyerang manusia secara
berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga
terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau tersebut.
c.
Kunikulus (adanya terowongan) pada
tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis
lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu
ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi
polimorfi (pustula, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan
stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, peregelangan tangan bagian
volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mammae (wanita)
dan lipatan glutea, umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut
bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki bahkan
seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit
kepala dan wajah.
d.
Terdapat agen parasitik satu atau lebih
stadium hidup agen parasitik ini, merupakan hal yang paling diagnostik.
Pada
pasien yang menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis
kadangkala sangat sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat
timbul likenifikasi, impetigo, da furunkulosis.
5.
Diagnosis Banding
Ada
pendapat mengatakan penyakti skabies ini merupakan the great immator karena dapat menyerupai penyakit kulit dengan
keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding ialah : pitriaris rosea, tinea
versikolor, pedikulosis korporis, prurigo, dermatitis, liken planus dan
berbagai penyakit kulit lainnya dengan keluhan gatal.
6.
Komplikasi
Bila
skabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
a.
Dermatitis akibat garukan
b.
Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima,
selulitis, limfangitis, folikulitis, dan furunkel.
c.
Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil
yang diserang skabies dapat menimbul komplikasi pada ginjal, yaitu
glomerulonefritis.
d.
Dermatitis iritan dapat timbul karena
penggunaan preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau
dari pemakaian yang terlalu sering.
7.
Penatalaksanaan
Pencegahan
skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
a.
Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan
dengan cara direbus, handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian
menjemurnya hingga kering.
b.
Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara
bersama-sama.
c.
Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat
yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan.
d.
Mandi dengan air hangat dan sabun untuk
menghilangkan sisa-sisa kulit yang mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan
kering
e.
Gunakan pakaian dan sprei yang bersih,
semua perangkat tidur, handuk dan pakaian yang habis dipakai harus dicuci
dengan air yang sangat panas kalau perlu direbus dan dikeringkan dengan alat
pengering panas
f.
Cegah datangnya lagi skabies dengan
menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab
dan harus terkena sinar matahari serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga
dengan baik
Jika
pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat dilakukan
penatalakasanaan.
Syarat
obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan
iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai
pakaian, mudah diperoleh dan murah. Cara pengobatannya ialah seluruh anggota
keluarga harus diobati (termasuk penderita yang hiposesitisasi).
Jenis obat topikal :
a.
Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 %
dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5%
dalam minyak sangat aman efektif. Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh
kurang dari tiga hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau,
mengotori pakaian, dan dapat menimbulkan iritasi.
b.
Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua
stadium, diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang semakin gatal setelah dipakai.
c.
Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane)
1
% dalam bentuk krim atau losio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat
pilihan karena efektif terhadap semua stdium, mudah digunakan, dan jarang
memberi iritasi. Pemberiannya hanya cukupt sekali setiap 8 jam. Jika masih ada
gejala ulangi seminggu kemudian. Pengguanaan yang berlebihan dapat menimbulkan
efek pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak jika digunakan berlebihan
, dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak aman digunaka untuk ibu
menyusui dan wanita hamil.
d.
Benzilbenzoat (krotamiton)
Tersedia
10 % dan 25% dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan
antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya
efektif pada 50-60 % pasien. Digunakan selama 2 malam beruturut-turut dan
dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir, kemudian digunakan lagi 1 minggu
kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan
berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak
harus di tambahkan air 2-3 bagian.
e.
Permethrin
Dalam
bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal. Pengguanaanya selama 8-12 jam dan
kemudian dicuci bersih-bersih. Merupakan obat yang paling efektif dan aman
karena sangat mematikan untuk parasit S. Scabiei dan memiliki toksisitas rendah
pada manusia. Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik,
hanya perlu ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah diobati.
Bila didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.
8.
Progonsis
Dengan
memperhatikan pemilihan dan pemakaian obat, syarat pengobatan dan menghilangkan
faktor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dengan memberi prognosis
yang baik.
C. Konsep Dasar Penyakit Pedikulosis
Pedikulosis
adalah infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan oleh Pediculus tergolong famili Pediculidae (Ronnny P Handoko).
Sedangkan menurut Brunner & Suddart, 2002 pedikulosis adalah infeksi kutu
yang mengenai kepala, badan, dan pubis, mengenai daerah-daerah yang berambut.
Dan menurut Arif Monsjoer, 2002 Pedikulosis adalah infeksi kulit dan rambut
pada manusia yang disebabkan oleh parasit obligat pediculus humanis.
Jadi,
dapat disimpulkan pengertian pedikulosis yaitu infeksi yang terjadi pada kulit
manusia baik itu kulit badan, kulit kepala dan kepala serta pada daerah pubis
yang disebabkan oleh parasit obligat pediculus humanis. Dan pedikulosis terdiri
dari kapitis, korporis, dan pubis.
1.
Pedikulosis Kapitis
Pedicolosis
kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma yang disebut pediculls
humanus capitis pada kulit kepala. Tuma betina akan meletakkan telur-telurnya (
nits ) didekat kulit kepala. Telur ini akan melekat erat pada batang rambut
dengan suatu subtansi yang liat. Telur akan menetas menjadi tuma muda dalam
waktu sekitar 10 hari dan mencapai maturitasnya dalam tempo 2 minngu.
Penyakit
ini terutama menyerang anak usia muda dan cepat meluas dalam lungkungan hidup
yang padat, misalnya di asrama dan panti asuhan. Cara penularannya biasanya
melalui perantara benda, misalnya sisir, bantal, kasur, topi, dan lain-lain.
Tambahan pula dalam kondisi hygiene kurang baik, misalnya jarang membersihkan
rambut atau rembut yang relatif susah dibersihkan (seperti rambut yang panjang
dan tebal pada wanita).
a.
Etiologi
Kutu
ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan menjadi kemerahan jika sudah menghisap darah. Terdapat 2 jenis
kelamin jantan dan betina, yang betina ukuran panjang 1,2-3,2 mm dan lebarnya
lebih kurang ½ panjangnya, jantan lebih kecil dan jumlahnya lebih sedikit
dibanding betina.
Siklus
hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur (nits) diletakkan disepanjang rambut dan
mengikuti tumbuhnya rambut, yang berarti makin ke ujung terdapat telur yang
matang.
Gambar 1.2 pediculus
humanus var. capitis
Sumber :
wasidhagono.blogspot.com
b.
Patofisiologi
Kelainan
kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilang kan rasa gatal.
Gatal tersebut timbuk karena pengaruh liur dan ekskreta dari kutu yang
dimasukkan ke dalam kulit waktu menghisap darah. Patofisiologi dapat dilihat
pada skema 2.2
pediculus
humanus var capitis
menyerab kulit kepala
pediculus
humanus var capitis betina
menetaskan telurnya
telur
melekat pada rambut
menetas
dalam 2 minggu
pediculus
humanus var capitis muda
menghisap
dan menggigit kulit kepala
gatal
Gangguan rasa nyaman
|
ulkus, erosi ekskovrasi
Kerusakan integritas kulit
|
Risiko tinggi infeksi
|
Skema
Patofisiologi Pedikulosis 2.2
c.
Manifestasi Klinis
Gejala
awal berupa gatal, terutama pada daerah oksiput dan temporal serata dapat
meluas ke seluruh kepala. Kemudian karena garukan, terjadi erosi, ekskoirasi,
dan infeksi sekunder (pus, krusta). Bila infeksi sekunder berat, rambut akan
bergumpal akibat banyaknya pus dan krusta (plikapelonika), berbau busuk, disertai
pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroaurikular).
d.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
pasti adalah menemukan kutu atau telur, terutama dicari di daerah oksiput dan
temporal. Telur berwarna abu-abu dan berkilat.
e.
Diagnosis Banding
1)
Tinea Kapitis
2)
Pioderma (Impetigo krustosa)
3)
Dermatitis seboroika
f.
Penatalaksanaan
Pengobatan
bertujuan memusnahkan semua kutu dan telur serta mengobati infeksi sekunder.
Pengobatan yang dianggap baik ialah malathoin 0,5% atau 1% dalam bentuk losio atau
spray, tetapi sukar didapat. Cara pemakaian : malam sebelum tidur cuci rambut
dengan sabun kemudian oleskan losio malathion dan tutup kepala dengan kain.
Keesokkan harinya cucui rambut dengan sabun lalu sisir dengan serit (sisir
halus dan rapat). Pengobatan dapat diulangi lagi seminggu kemudian jika masih
terdapat kutu atau telur.
Obat
yang mudah didapat dan cukup efektif ialah krim gameksan
1%. Cara pemakaian : oleskan merata pada tiap helai rambut dan
diamkan selama 12 jam, cuci dan sisir rambut dengan serit agar semua kutu dan
telur terlepas. Jiak msih terdpat telur, seminggu kemudian ulangi dengan cara
yang sama. Obat lain ialah emulsi benzil benzoat 25%, dipakai dengan cara yang
sama.
Pada
keadaan infeksi sekunder berat sebaiknya rambut dicukur, diobati dengan
antibiotik sistemik dan topikal, lalu disusul dengan obat kutu dalam bentuk
sampo. Hygiene merupakan syarat supaya tidak terjadi residif.
2.
Pedikulosis Korposis
a.
Pengertian
Infeksi
kulit disebabkan oleh Pediculus humanus
var. corporis. Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada
orang dengan hygiene yang buruk, misalnya penggembala, disebabkan mereka jarang
mandi atau jarang mengganti dan mencuci pakaian. Maka itu penyakit ini sering
disebut penyakit vagabound. Hal ini
disebabkan kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas disela-sela
lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah.
Penyebaran
penyakit ini bersifat kosmopolit, lebih sering pada daerah beriklim dingin karena
orang memakai baju yang tebal dan jarang dicuci. Cara penyebaran dapat melalui
pakaian maupun kontak langsung. Pada orang yang dadanya berambut terminal kutu
ini dapat melekat pada rambut tersebut dan dapat ditularkan.
b.
Etiologi
Pediculus humanus var. corporis
mempunyai 2 jenis kelamin, yaitu jantan dan betina, yang betina berukuran
panjang 1,2-4,2 mm dan lebar kira-kira setengah panjangnya, sedangkan yang
jantan lebih kecil. Siklus hidup dan warna kutu ini sama dengan yang ditemukan
pada kutu kepala.
Gambar 1.3
pediculus humanus var. Corporis
Sumber:
stand.edu
c.
Patofisologi
Kelainan
kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa gatal. Rasa
gatal ini disebabkan oleh liur dan ekskreta dari kutu pada waktu menghisap
darah. Patofisiologi dapat dilihat pada skema 2.3
d.
Manifestasi Klinis
Daerah
kulit yang terutama terkena adalah bagian yang paling terkena pakaian dalam (
leher, badan, dan paha ). Kutu badan terutama hidup dalam pelipit pakaian dan
ditempat ini, kutu melekat erat sementara menusuk kulit penderita dengan
probosisnya. Gigitan kutu menyebabkan titik-titik pendarahan yang kecil dan
khas. Ekskoryasi yang menyebar luas dapat terlihat sebagai akibat dari rasa
gatal dan perbuatan menggaruk yang intensif, khususnya pada badan serta leher.
Diantara lesi sekunder yang ditimbulkan terdapat guratan linier garukan yang
paralel dan ekzema dengan derajat ringan. Pada kasus yang menahun, kulit pasien
menjadi kebal, kering dan bersisik dengan daerah-daerah yang berpigmen serta berwarna
gelap.
e.
Pemeriksaan Penunjang
Menemukan kutu dan
telur pada serat kapas pakaian.
f.
Diagnosis Banding
Neurotic
excoriation.
g.
Penatalaksanaan
Pengobatannya
ialah dengan krim gameksan 1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh dan
didiamkan 24 jam, setelah itu mandi. Jika belum sembuh diulangi 4 hari
kemudian. Obat lain ialah emulsi benzil benzoat 25% dan bubuk malathion 2%.
Pakaian direbus atau disetrika untuk membunuh telur dan kutu. Jika terdapat
infeksi sekunder, obati dengan antibiotik secara sistemik dan topikal.
3.
Pedikulus Pubis
a.
Definisi
Pedikulus
pubis ini ialah infeksi rambut didaerah pubis dan disekitarnya oleh Phthirus pubis. Pedikulus pubis dulu
dianggap Phthirus pubis secara
morfologi sama dengan Pediculus, maka
itu di namakan juga Pediculus pubis.
Tetapi ternyata morfologi keduanya berbeda, Phthirus pubis lebih
kecil dan lebih pipih.
Penyakit
ini mengenai orang dewasa dan dapat digolongkan dalam PMS serta dapat pula mengenai
jenggot dan kumis. Infeksi ini juga dapat terjadi pada anak-anak, yaitu di alis
dan bulu mata (misalnya blefaritis) dan pada tepi batas rambut kepala. Cara
penularan umumnya dengan kontak langsung.
b.
Etiologi
Penyebab
penyakit ini ialah Phthirus pubis.
Kutu ini mempunyai 2 jenis kelamin, yang betina lebih besar dari pada jantan,
panjangnya sama dengan lebar ialah 1-2 mm.
Gambar 1.4
pediculus pubis
http:/www.en.wilkipedia.org.com//
c.
Patofisiologi
Gatal yang timbul sama dengan proses pada
pedikulosis yang lainnya. Patofisiologi dapat dilihat pada skema 2.3
Agen
Transmitter
Kontak langsung kontak tidak langsung
host
Menyerang
kulit badan dan pubis
Menggigit
dan menghisap darah
Liur
dan eksreta melekat pada kulit
Gatal
Gangguan pola tidur
|
dan keabuan pada kulit badan d
an
pubis
Gangguan body image
|
Skema
Patofisiologi Pedikulosis Korporis dan Pubis 2.3
d.
Manifestasi Klinis
Gejala
utama adalah gatal di daerah pubis dan di sekitarnya, dapat meluas sampai ke
abdomen dan dada, dijumpai bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan
yang disebut sebagai makula serulae. Kutu ini dapat dilihat dengan mata biasa
dan susah untuk dilepaskan karena kepalanya di masukkan ke dalam muara folikel
rambut.
Gejala
patogenomonik lainnnya adalah black dot,
yaitu bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna putih yang
terlihat saat bangun tidur. Bercak hitam ini merupakan krusta yang berasal yang
sering di interprestasikan salah sebagai hematuria. Kadang-kadang terjadi
infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional.
e.
Pemeriksaan Penunjang
Menemukan telur atau
kutu dalam bentuk dewasa.
f.
Diagnosis Banding
1)
Dermatomikosis
2)
Dermatitis seboroika
g.
Penatalaksanaan
Pengobatannya
sama dengan pengobatan pedikulosis korporis, yaitu krim gameksan 1% atau emulsi
benzil benzoat 25% yang dioleskan dan didiamkan selama 24 jam. Pengobatan
diulangi 4 hari kemudian, jiak belum sembuh. Sebaiknya rambut kelamin dicukur,
pakaian dalam direbus atau disetrika. Mitra seksual harus pula diperiksa dan
jika perlu di obati.
D. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
SKABIES DAN PEDIKULOSIS
1.
Pengkajian
a.
Identitas klien
Indentitas
terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, status, alamat,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama ruangan dan diagnosa medis.
b.
Riwayat Kesehatan
1)
Keluhan saat didata
Klien merasakan
gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur akibat gatal yang dirasakan. Kulit
klien tampak kemerahan, terdapat ulkus dan erosi.
2)
Riwayat kesehatan masa lalu
Tidak menjaga
kebersihan badan, rambut dan pubis ( personal hiygine yang buruk )
c.
Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga dan
perawat baik tetapi hubungan dengan
masyarakat kurang baik karena klien merasa malu akibat penyakit yang diderita.
d.
Data biologis
1)
Nutrisi
Penderita
tidak nafsu makan akibat penyakit yang diderita
2)
Istirahat tidur
Penderita kurang tidur akibat rasa gatal yang diderita
3)
Eliminasi
Pola eliminasi teratur
4)
Personal hygnies
Personal hygnies klien buruk
5)
Pola aktifitas
Aktivitas terhambat akibat penyakit yang
diderita
e.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: keadaan umum klien lemah
Kesadaran : composmetis
Kulit: Pada klien dengan skabies, terdapat terowongan dan di ujungnya ada
papul dan vesikel pada daerah-daerah tertentu.
Turgor kulit
tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering, kulit terasa kasar.
Kulit kepala : Pada klien Pedicolosis
ditemukan telur-telur dirambut pada oksiput terdapat kurang dari 10 ekor kutu
dewasa dan ditemukan impetigo sekunder dan furunkulosis
Badan: pada penderita pedicolosis
terlihat bekas garukan sejajar, perubahan-perubahan urtikaria, papula erithematosa
yang awet, lesi tampak jelas
Pubis : Pada penderita
pedicolosis rambut pubis didapatkan phthirus pubis dan ditemukan noktah-noktah
hitam kecil yang merupakan titik-titik darah dan terdapat dalam jumlah banyak.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan
pada klien skabies dan pediculus yaitu:
a.
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan adanya erosi
b.
Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan pertahanan primer yang tidak baik
c.
Gangguan pola
tidur berhubungan dengan pruritas/gatal
d.
Gangguan body
image berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder
3.
Perencanaan Keperawatan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Rencana Intervensi
|
Rasional
|
||
1
2.
|
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan adanya erosi
Resiko
infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahanan primer
|
Tidak
terjadinya gangguan integritas kulit
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kreteria hasil:
- Integritas
kulit membaik ditandai dengan tidak tampak terjadinya erosi
Mengindentifikasi
intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kreteria hasil:
- Tidak
terjadi infeksi dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi
|
-
Anjurkan kepada klien untuk berhenti menggaruk
-
Jaga agar kuku selalu terpangkas
-
Kolaborasi pemberian obat topical
-
Observasi tanda-tanda infeksi dan
peradangan
-
Lakukan pemakaian kompres basah
seperti yang diprogramkan untuk mengurangi intensitas inflamasi
-
Kolaborasi pemberian antibiotik
|
-
Menggaruk bisa menyebabkan erosi
pada kulit
-
Pemotongan kuku akan mengurangi
kerusakan kulit karena garukan
-
Menghilangkan erosi pada kulit
-
Demam dapat terjadi karena adanya
infeksi
-
Kompres basah akan menghasilkan
pendinginan lewat pengisapan yang menimbulka vasokonstriksi pembuluh darah
kulit dengan demikian akan mengurangi eritema serta produk serum
-
Pencegahan terjadinya infeksi
|
||
3.
|
Gangguan pola tidur berhubungan dengan
gatal yang
Dirasakan
|
Kebutuhan
istirahati tidur dapat terpenuhi setelah dilakukan tindakan 2x24 jam dengan
kreteria hasil:
- Klien
mencapai tidur yang nyenyak
|
-
Lakukan pengkajian masalah
gangguan tidur klien, krakteristik, penyebab gangguan tidur
-
Siapkan tempat tidur, batal dan
selimut yang nyaman dan bersih
-
Hindari minuman yang mengandung
kafein menjelang tidur
-
Kolaborasi pemberian obat
antihistamin
|
-
Memberikan informasi dasar dalam
menentukan intervensi keperawatan
-
Meningkatkan kenyamanan saat
tidur
-
Kafein menghilangkan rasa ngantuk
-
Mengurangi rasa gatal
|
||
4
|
Gangguan body image berhubungan dengan perubahan
penampilan sekunder
|
Tidak terjadi gangguan citra tubuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kreteria
hasil:
- klien dapat menerima keadaan
dirinya
- klien tidak malu bersosialisasi
dengan orang lain
|
- Kaji
psikososial perkembangan klien
- Berikan
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan tentang perubahan citra tubuh
-dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri
-
Beri nasehat kepada klien mengenai cara-cara
perawatan kosmetik untuk menyembuyikan kondisi kulit yang abnormal, mendorong
sosialisai dengan orang lain, dan bantu pasien kearah penerimaan diri
|
- Terdapat
hubungan antara psikososial perkembangan, citra diri, reaksi, serta pemahaman
klien terhadap kondisi kulitnya
- Pasien
memerlukan pengalaman didengarkan dan dipahami
- Meningkatkan
penerimaan klien terhadap dirinya
- Pendekatan
dan sasaran yang positif sering kali membantu klien dalam peningkatan
penerimaan diri dan sosialisasi
|
||
4.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan
dimana pada tahap ini perawat mempertimbangkan efektif tidaknya tindakan yang
dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi yang dapat dilakukan pada implamentasi keperawatan
diatas yaitu:
a.
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan adanya erosi
Integritas kulit klien membaik, tidak terdapat ulkus dan
erosi
b.
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer.
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
c.
Gangguan
pola tidur berhubungan dengan gatal yang dirasakan
Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi,
klien dapat tidur dengan nyenyak dan rasa gatal berkurang atau hilang
d.
Gangguan
body image yang berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder
Klien dapat menerima keadaan diri dan tidak malu untuk
bersosialisasi kepada orang lain
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jenis
Penyakit
|
Definisi
|
Etiologi
|
Manifestasi
|
Penatalaksanaan
|
Skabies
|
Skabies
(The itch, budukan, gatal agogo)
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var, hominisi dan produknya.
|
Pada manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali
itu terdapat S. Scabiei yang lain,
misalnya kambing dan babi.
|
1. Pruritus
(gatal pada malam hari).
2. Penyakit
ini menyerang manusia secara. berkelompok
3. Kunikulus
(adanya). terowongan
4. Menemukan
tungau satu atau lebih.
|
1. Belerang
endap (sulfur presipitatum) 4-20 %
2. Emulsi
benzil-benzoat
20-25 %
3. Gama
benzena heksaklorida
4. Benzilbenzoat
(krotamiton)
5. Permethrin
|
Pedikulosis
|
Pedikulosis
adalah infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan oleh Pediculus (tergolong famili Pediculidae).
|
1.
Pediculus
humanus var. capitis.
2.
Pediculus
humanus var. corporis.
3.
Pediculus
pubis.
|
1.
Gejala awal berupa gatal,
terutama pada daerah oksiput dan temporal serata dapat meluas ke seluruh
kepala.
2.
Kadang-kadang timbul infeksi
sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional.
3.
Gejala patognomonik lainnnya adalah
black dot.
|
1. Malathoin
0,5% atau 1% dalam bentuk losio atau spray.
2. Gameksan
1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh dan didiamkan 24 jam.
3. Gameksan
1% atau emulsi benzil benzoat 25% yang dioleskan dan didiamkan selama 24 jam.
|
B. SARAN
1.
Untuk
Perawat
Perawat harus bisa memahami bagaimana
cara menangani klien dengan penyakit skabies dan pedikulosis, dan melakukan pengkajian.
2.
Untuk instansi
Untuk
pencapaian kualitas keperawatan secara optimal sebaiknya proses keperawatan
selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.
3.
Untuk klien dan keluarga
Perawatan
tidak kalah pentingnya dibanding dengan pengobatan, sebab bagaimanapun
teraturnya pengobatan yang diberikan tanpa perawatan yang sempurna maka
penyembuhan yang diharapkan tidak akan tercapai. oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan baik pada klien maupun keluarganya mengenai manfaat serta pentingnya
kesehatan.
4.
Untuk
Mahasiswa
Mahasiswa harus bisa mengetahui
konsep dasar penyakit skabies dan pediculus dan asuhan keperawatan untuk menangani dan
mencegah.
5.
Masyarakat
Agar masyarakat bisa memahami gejala
dan pencegahan pada penyakit skabies dan pediculus
DAFTAR
PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Media
Aesculapius Fak.Kedokteran UI:Jakarta
Djuanda, Adhi.1993.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Gaya
Baru:Jakarta
Harahap, Marwali.2000.Ilmu Penyakit Kulit.Hipokrates:Jakarta
Siregar, R.S.1996.Saripati Penyakit Kulit.EGC: Jakarta
Doenges, Marilynn E.2002.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.EGC:Jakarta
Herdman, T.Heather.2010.Diagnosis Keperawatan NANDA Internasional.EGC:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar