Rabu, 18 Juli 2012

Model Konseptual Keperawatan Jiwa - Model Eksistensial


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah salah satu ilmu yang membahas bagaimana cara memberikan keperawatan pada orang sehat, masalah psikososial maupun orang yang telah mengalami gangguan jiwa.
Terdapat beberapa model keperawatan  jiwa yang dapat diterapkan untuk menangani masalah yang dihadapi klien sesuai kondisi klien tersebut. Salah satu model keperawatan jiwa yaitu model keperawatan jiwa eksistensial. Model keperawatan jiwa ini berfokus pada pengalaman individu pada saat ini model ini merupakan perilaku atau gangguan jiwa yang terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.
Pada saat ini banyak sekali masalah-masalah model eksistensial terjadi dalam hidup ini. Disinlah peran perawat dalam mengatasi permasalahan pada individu yang mengalami gangguan prilaku atau gangguan jiwa yang terjadi pada individu tersebut.
Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan peran perawat dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperwatan terhadap klien
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat materi model keperawatan jiwa eksistensial dalam penulisan makalah ilmiah.





B.     Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.      Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami secara umum pengertian konseptual model keperawatan jiwa dan berbagai macam konseptual model keperawatan jiwa

2.      Tujuan khusus
a.       Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian konseptual model keperawatan jiwa eksistensial
b.      Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami proses terapi pada konseptual model keperawatan jiwa eksistensial

C.    Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode deskriptif yaitu melalui studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lainya untuk mendapatkan dasar-dasar ilmiah yang berhubungan dengan permasalahan dalam laporan ini.

D.    Ruang Lingkup Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kelompok hanya membatasi penulisan tentang konsep dasar konseptual model keperawatan jiwa eksistensial.

E.     Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut:
BAB I:    Pendahuluan yang terdiri atas: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup penulisan, sistematika penulisan, sistematika penulisan
BAB II: Tujuan teoritis yang terdiri atas: pengertian model keperawatan jiwa secara umum dan konsep dasar  model keperawatan jiwa eksistensial
BAB III: Penutup yang terdiri atas: kesimpulan dan saran

BAB II
LANDASAN TEORITIS

A.      Konseptual Model Keperawatan Jiwa
1.         Pengertian
Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang kompleks. Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya.
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif unutk mengatasi stresor ini.
2.         Peran Perawat Dalam Keperawatan Jiwa
Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada tahun 1950 an. Weiss (1947) menggambarkan beda perawatan jiwa dengan perawatan umumnya yaitu adanya terapi. Perawatan kesehatan jiwa adalah proses berhubungan yang meningkatkan dan mempertahankan prilaku yang akan menyokong integritas fungsi. Yang dimaksud klien meliputi individu, kelompok, keluarga, organisasi atau masyarakat. Menurut American Nurses Association (ANA) divisi perawatan kesehatan jiwa, mendefinisikan perawatan kesehatan jiwa sebagai area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu prilaku manusia dan diri sendiri secara terpeutik unutk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa klien dan meningkatkan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.
3.           Macam-macam Konsep Model Keperawatan jiwa
a.         Model Psikoanalisa
Merupakan model yang pertama dikemukakan oleh Sigmund Freud.
b.        Model Interpersonal
Model ini dikembangkan oleh Harry Stack Sullivan. Pandangan interpersonal terhadap penyimpangan prilaku, teori interpersonal meyakini bahwa prilaku berkembang dari hubungan interpersonal.
c.         Model Sosial
Model ini berfokus pada lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dan pengalaman hidupnya. Kaplan meyakini bahwa situasi sosial dapan mencetuskan gangguan jiwa.
d.        Model Eksistensi
Teori ini berfokus pada pengalaman individu pada saat ini dan disini.
e.         Model Komunikasi
Komunikasi membedakan manusia dengan organisme lain. Mengerti arti prilaku tergantung dari kejelasan komunikasi antara pengirim dan penerima.
f.         Model Prilaku
Dikembangkan oleh H.J. Eysenck J. Wilpe dan B.F Skinner.
g.        Model Medikal
Berfokus pada diagnose penyakit, sehingga pengobatan didasarkan pada diagnose itu.  Medikal model terus bereksplorasi penyebab gangguan jiwa secara ilmiah.
h.        Model Keprawatan
Pendekatan keperawatn berdasarkan :
1)        Teori system
2)        Teori perkembangan
3)        Teori interaksi
4)        Pendekatan holistik
5)        Pendekatan proses keperawatan

B.        Konsep Model Eksistensi
Martin heidegger (1889/1976) dianggap sebagai bapak pemikiran eksistensial sekarang ini. Konsepnya “ada-di-dunia” (teing-in-the-word) mencakup polaritas yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan dunia dalam “situasi kini-dan-di-sini” (here-and-now-situation). “ada-di-situ” menimbulkan keperihatinan tentang konsep yang mencakup kecemasan dan kasih sayang. Komponen kecemasan itu berasal dari ketakutan terhadap tidak-ada. Khusus ketakutan terhadap kematian dilihat oleh heidegger sebagai “keaslian ada-di-situ” (authenticity of being-there) dalam penyelesaian umtuk menerima nasibnya, menerima kematian sebagai suatu kemungkinan yang selalu saja ada. Paul tillich (1886/1965) menerangkan keaslian sebagai “keberanian untuk ada” (courage to be), meskipun terhadap ancaman kemungkinan tag-ada (not to be). Tokoh: Perls, Glasser, Ellis, Rogers, Frankl.
Psikiatri eksistensial (eksistensial psychiatry atau Daseinanalysis) beranggapan bahwa pasien berada dalam dunianya sendiri yang tidak dapat didiami sepenuhnya bersama orang lain yang berorientasi pada patokan dan nilai pikiran sehat.
Edmund husserl (1859/1938), seorang fenomenolog pernah menganjurkan agar semua sarjana pada waktunya melepaskan dirinya dari semua anggapannya, mengesampingkan segala ide yang terbentuk sebelumnya untuk mendapatkan perspektif baru tentang fenomena yang sedang diamatinya.
Seorang psikiater akan mendesakkan suatu pandangan hidup kepada pasiennya melalui khotbah atau persuasi halus, akan tetapi secara pasti akan memancarkan pandangan hidupnya yang dipraktikannya sendiri. Terapis akan berusaha agar kecemasan dan rasa salah yang tersembunyi pada pasien yang dihadapinya secara nyata. Pasien itu akan merasakan kembali kesedihan yang mendalam mengenai permusuhan dalam suatu pemberontakan terhadap nasibnya.dengan perlahan-lahan ia akan menjadi yakin bahwa ia dapat bertahan terhadap kegagalan (prustasi) yang dahulu sewaktu dia masih kanak-kanak dirasakan terlalu besar. Melalui keinsyafan tentang keadaan yang lalu dan yang sekarang dia dibebaskan kecemasan sehingga ia dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab serta dapat menghadapi masa depannya.
1.         Pengertian
Teori ini berfokus pada pengalaman individu pada saat ini dan disini. Pandangan model eksistensi terhadap penyimpangan perilaku, penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungan. Keasingan akan dirinya dan lingkungan dapat terjadi karena hambatan atau larangan pada diri individu. Individu merasa putus asa, sedih, sepi, kurang kesadaran akan dirinya dan penerimaan diri yang mencegah partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain.
Menurut pandangan eksistensialis, regresi ke cara invantil, bukan saja merupakan gejala gangguan, tetapi sekaligus juga merupakan usaha mencari suatu permulaan baru. Bila kemampuan tidak cukup dan harapan anak tidak terpenuhi dalam proses pematangannya melalui saling berhubungan dengan orang lain, maka kecemasan ekstensial dan rasa salah akan menyertainya sampai dewasa, dan mengurungnya dalam suatu “tempurung autistik” (autistic shell) yang dikelilingi oleh kengerian tak-ada. Akan tetapi, pada setiap perkembangan manusia, daya penyembuh unsur kasih sayang yang ada pada dirinya akan dapat mengatasi kecemasan egosentrisitas yang defensif itu.
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya.
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya.
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.
2.         Proses Terapi
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control behavior).
Proses terapi: Orang dibantu untuk mengalami hubungan yang murni. Terapi seringkali dilakukan dalam kelompok. Pasien didorong untuk menerima diri dan mengambil kendali perilaku. Terapis berusaha menunjukkan klien kesulitan yang dihadapi sangat berhubungan dengan keyakinan irrasional dan menunjukkan bagaimana klien harus bersikap rasional dan mampu memisahkan keyakinan irasional dengan rasional, setelah klien menyadari gangguan emosi yang bersumber dari pemikiran irasional, maka terapis menunjukkan pemikiran klien yang irasional, serta klien berusaha mengubah kepada keyakinan menjadi rasional, terapis berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide irrasionalnya, dan konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakkan diri, proses terakhir terapis adalah terapis berusaha menantang klien untuk mengembangkan filosofis kehidupannya yang rasional, dan menolak kehidupan yang irrasional dan fiktif.
Psikoterapi memperkuat proses pembelajaran seseorang untuk sepenuhnya menjadi dirinya sendiri. Rogers yakin bahwa penyakit jiwa terjadi akibat kegagalan mengembangkan diri sendiri sepenuhnya sebagai manusia. Ahli terapi harus tulus dan tanpa ada yang ditutup-tutupi ketika berhubungan dengan klien. Ahli terapis harus bersikap aktif dan mengekspresikan perasaan serta emosinya sendiri secara langsung dan jujur. Perilaku klien berubah kea rah fungsi diri yang positif bila ahli terapinya mau menerima, menghargai dan secara tulus berempati terhadap klien.
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.
a.         Rasional Emotif Therapy
Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya. Klien didorong untuk menerima dirinya, bagaimana adanya bukan karena apa yang akan dilakukan.
Rasional Emotif Therapy Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya. Klien didorong untuk menerima dirinya, bagaimana adanya bukan karena apa yang akan dilakukan. Konsep dasar RET yang dikembangkan oleh Albert Ellis adalah sebagai berikut:
1)        Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari gangguan emosional. Reaksi emosional yang sehat maupun yang tidak, bersumber dari pemikiran itu.
2)        Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irrasional. Dengan pemikiran rasional dan inteleknya manusia dapat terbebas dari gangguan emosional.
3)        Pemikiran irrasional bersumber pada disposisi biologis lewat pengalaman masa kecil dan pengaruh budaya.
4)        Pemikiran dan emosi tidak dapat dipisahkan.
5)        Berpikir logis dan tidak logis dilakukan dengan symbol-simbol bahasa.
6)        Pada diri manusia sering terjadi self-verbalization. Yaitu mengatakan sesuatu terus-menerus kepada dirinya.
7)        Pemikiran tak logis-irrasional dapat dikembalikan pada pemikiran logis dengan reorganisasi persepsi. Pemikiran tak logis itu merusak dan merendahkan diri melalui emosionalnya. Ide-ide irasional bahkan dapat menimbulkan neurosis dan psikosis. Sebuah contoh ide irasional adalah “seorang yang hidup dalam masyarakat harus mempersiapkan diri secara kompeten dan adekuat, agar ia dapat mencapai kehidupan yang layak dan berguna bagi masyarakat”. Pemikiran lain adalah “sifat jahat, kejam, dan lain-lain harus dipersalahkan dan dihukum”.
RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir keyakinan serta pandangan klien yang irasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri seperti: benci, takut, rasa bersalah, was-was, marah sebagai akibat berpikir yang irasional, dan melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri, nilai-nilai dan kemampuan diri.


b.        Terapi Logo
Merupakan terapi orientasi masa depan (future orientated therapy). Individu meneliti arti dari kehidupan, karena tanpa arti berarti tidak eksis. Tujuan: agar individu sadar akan tanggung jawabnya. Atau klien akan dapat menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut. Terapi logo masih menginduk kepada aliran psikoanalisis, akan tetapi menganut paham eksistensialisme. Mengenai teknik terapinya digunakan semua teknik yang kiranya sesuai dengan kasus yang dihadapi. Tampaknya kemampuan menggali hal-hal yang bermakna dari klien, amat penting.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Model konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif unutk mengatasi stresor ini. Macam-macam Konsep Model Keperawatan jiwa yaitu Model Psikoanalisa, Model Interpersonal, Model Sosial, Model Eksistensi, Model Komunikasi, Model Prilaku, Model Medikal.
Psikiatri eksistensial (eksistensial psychiatry atau Daseinanalysis) beranggapan bahwa pasien berada dalam dunianya sendiri yang tidak dapat didiami sepenuhnya bersama orang lain yang berorientasi pada patokan dan nilai pikiran sehat.
Model keperawatan jiwa eksistensial yaitu teori berfokus pada pengalaman individu pada saat ini dan disini. Pandangan model eksistensi terhadap penyimpangan perilaku, penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungan. Terdapat dua proses pada model keperawatan jiwa eksistensial yaitu Rasional Emotif Therapy dan terapi logo.
B.     Saran
Saran-saran yang dapat diberikan dari kasus leukimia ini yaitu:
1.      Perawat
Diharapkan lebih mengetahui dan memahami tentang berbagai macam model keperawatan jiwa yang dapat diterapkan kepada pasien.
2.      Pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat melayani dan menangani klien yang mengalami gangguan psikososial maupun gangguan jiwa

3.      Mahasiswa
Diharapkan dapat mempelajari berbagai macan model keperawatan jiwa sehingga dapat diterapkan pada lingkungan kerja nantinya.


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Model konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif unutk mengatasi stresor ini. Macam-macam Konsep Model Keperawatan jiwa yaitu Model Psikoanalisa, Model Interpersonal, Model Sosial, Model Eksistensi, Model Komunikasi, Model Prilaku, Model Medikal.
Psikiatri eksistensial (eksistensial psychiatry atau Daseinanalysis) beranggapan bahwa pasien berada dalam dunianya sendiri yang tidak dapat didiami sepenuhnya bersama orang lain yang berorientasi pada patokan dan nilai pikiran sehat.
Model keperawatan jiwa eksistensial yaitu teori berfokus pada pengalaman individu pada saat ini dan disini. Pandangan model eksistensi terhadap penyimpangan perilaku, penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungan. Terdapat dua proses pada model keperawatan jiwa eksistensial yaitu Rasional Emotif Therapy dan terapi logo.
B.     Saran
Saran-saran yang dapat diberikan dari kasus leukimia ini yaitu:
1.      Perawat
Diharapkan lebih mengetahui dan memahami tentang berbagai macam model keperawatan jiwa yang dapat diterapkan kepada pasien.
2.      Pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat melayani dan menangani klien yang mengalami gangguan psikososial maupun gangguan jiwa

3.      Mahasiswa
Diharapkan dapat mempelajari berbagai macan model keperawatan jiwa sehingga dapat diterapkan pada lingkungan kerja nantinya.




DAFTAR PUSTAKA


Maramis, Willy F.2009.Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya:Airlangga
Yosep, Iyus.2010.Keperawatan Jiwa.Bandung:Refika Aditma.
27 Juli 2012 http://swerkudara.blogspot.com/2010/07/konseptual-model-keperawatan-jiwa.html

Isnin 14 Maret 2011 http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2011/03/konseptual-model- keperawatan-kesehatan.html 


1 komentar: