BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Keluarga
merupakan suatu kumpulan yang memiliki hubungan darah, ikatan perkawinan,dan
adopsi serta tinggal dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lain dan saling ketergantungan. Dalam keluarga biasanya terdiri dari orang tua
yaitu ayah dan ibunya, serta anak-anaknya, dan masing-masing individu memiliki
perannya masing-masing.
Tantangan
utama bagi keluarga dengan anak remaja meliputi perubahan perkembangan yang
dialami oleh remaja dalam batasan perubahan kognitif, pembentukan identitas,
dan pembentukan biologis, serta konflik-konflik dan krisis yang didasarkan
perkembangan. Ada tiga aspek proses
perkembangan remaja yang menyita banyak perhatian, yakni emasipasi (otonomi yang meningkat), budaya
orang muda (perkembangan hubungan teman sebaya), kesenjangan antara generasi
(perbedaan nilai-nilai dan norma-norma antara orang tua dan remaja).
Banyak
masalah yang sering timbul pada keluarga dengan tahap perkembangan anak remaja
karena pada tahap ini, anak berusaha mencari identitas diri, sehingga mereka
sering membantah orang tuanya, karena mulai mempunyai pendapat sendiri,
cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Orang yang
dianggap penting pada usia ini adalah teman sebaya, mereka berusaha untuk
mengikuti pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan
dengan dirinya, sehingga pada usia ini sering terlibat dalam geng-geng. Masalah
lain yang sering mengganggu anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan
organ reproduksi (seksual). Mereka memiliki dorongan untuk pemuasan seksual.
Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca
buku atau menonton film porno.
Peran
perawat dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara
meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan
secara mandiri, dan masalah yang timbul bisa teratasi.
B.
Tujuan
penulisan
1. Tujuan
umum
Mahasiswa dapat memahami konsep dasar keluarga
dengan tahap perkembangan usia remaja dan asuhan keperawatan pada keluarga
dengan tahap perkembangan usia remaja
2. Tujuan
khusus
Adapun tujuan khusus
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami konsep dasar keluarga dengan tahap perkembangan
usia remaja
b. Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami asuhan
keperawatan pada keluarga dengan tahap perkembangan usia remaja
c.
Metode
penulisan
Dalam
pembuatan makalah ini tim penulis menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan dan
internet, diskusi kelompok, serta konsultasi dengan dosen pembimbing.
d.
Sistematika
Penulisan
Makalah
ini disusun berdasarkan sistematika penulisan dalam 4
BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II :Tinjauan
teori yang terdiri dari konsep dasar keluarga dengan tahap perkembangan usia remaja
BAB
III : asuhan keperawatan pada keluarga dengan tahap
perkembangan usia remaja
BAB IV :
kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Konsep
Dasar Keperawatan Keluarga
1. Pengertian
Keluarga
Keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan
kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial
individu-individu yang ada didalamnya dilihat dari interaksi yang reguler dan
ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum (
Duval 1972, dalam Ali 1999, hal. 4 ).
Keluarga
adalah dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang
yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan ( Departemen Kesehatan RI 1988, dalam Ali 1999, hal. 5 ).
Keluarga
adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah perkawinan
dan adopsi dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam
peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya ( Bailon dan Magloya
1989, dalam Ali 1999, hal. 5 ).
2. Tipe
Keluarga
a. Menurut
Friedman (1986, dalam Ali, 1999, hal.8 ) terdapat delapan tipe keluarga :
1) Nuclear
family
Suatu keluarga yang
terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal
dalam satu rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.
2) Extended
family (keluarga besar)
yakni satu keluarga
yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan
saling menunjang satu sama lainnya.
3) Single
parent family
Yakni satu keluarga
yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak
yang masih bergantung padanya.
4) Nuclear
dyatd
Yakni keluarga yang
terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang
sama.
5) Reconti
tuened atau blended family
Yakni suatu keluarga
yang terbentuk dari perkawinan pasangan yang masing-masing pernah menikah dan
masing-masing membawa anak hasil
perkawinan terdahulu.
6) Three
generation family
Yakni keluarga yang
terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu
rumah.
7) Single
adult living alone
Yaitu bentuk keluarga
yang hanya terdiri dari seorang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
8) Midle
age atau ederly couple
Yakni keluarga yang
terdiri dari sepasang suami istri usia pertengahan.
b. Marilyn
M. Friedmen (1998, dalam Ali, 1999, hal.9 )
Tipe keluarga :
1) Keluarga
inti (konjugal)
Adalah keluarga yang menikah sebagai orang tua, atau
pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, istri, dan anak (anak
kandung, anak adopsi).
2) Keluarga
orientasi (keluarga asal)
Adalah unit keluarga yang didalamnya seseorang
dilahirkan.
3) Keluarga
besar
Adalah keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan (oleh darah), yang paling lazim terjadi anggota keluarga, orientasi
yaitu salah satu teman keluarga inti, sanak keluarga, kakak, nenek, tante,
paman dan sepupu
3. Tugas
Keluarga Di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan
kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan meliputi (Suprajitno 2004, hal 17 ) :
a. Mengenal
masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak
boleh diabaikan karena tanpa kesehatan, segala sesuatu tidak akan berarti dan
karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga
habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang
dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila
menyadari adaanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan
apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
b. Memutuskan
tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluarga. Tindakan keehatan yang dilakukan oleh keluarga
diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang
dilingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
c. Merawat
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang
tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui
oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang
lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan diinstitusi pelayanan
kesehatan atau dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Memodifikasi
lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
4. Fungsi
Keluarga
Friedman (dalam Ali, 1999,
hal.14) mengemukakan ada 5 fungsi keluarga yaitu:
a. Fungsi
afektif
Yaitu yang berhubungan
dengan fungsi internal keluarga yang merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi
afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga
mengembangkan gambaran dirinya yang positif, peranan yang dimiliki dengan
baik dan penuh rasa kasih sayang.
b. Fungsi
sosialisasi
Yaitu proses
perkembangan dan perubahan yang dimulai individu yang menghasilkan interaksi sosial
dan melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial.
Keluarga merupakan
tempat individu melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar
disiplin, norma budaya, perilaku, melalui interaksi dalam keluarga selanjutnya
individu maupun berperan didalam masyarakat.
c. Fungsi
reproduksi
Yaitu fungsi untuk
meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi
ekonomi
Yaitu fungsi memenuhi
kebutuhan keluarga, seperti makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.
e. Fungsi
perawatan keluarga
Yaitu keluarga
menyediakan makanan, pakaian, pelindungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan.
Kemampuan keluarga
melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga dan individu.
5. Peran
Perawat Keluarga
Perawatan
kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga
sebagai unti pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat. Fungsi perawat membantu
keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.
Peran
perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Pendidik
Perawat perlu melakukan
pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga
dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri.
b. Bertanggung
jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Koordinasi diperlukan
pada perawatan agar pelayanan sskomperhensif dapat dicapai. Koordianasi juga
diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin
ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan
3. Pelaksana
Perawat dapat
memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga dengan menggunakan
metode keperawatan.
4. Pengawas
kesehatan
Sebagai pengawas
kesehatan harus melaksanakan hime visit yang teratur untuk mengidentifikasi dan
melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai
narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau
meminta nasehat kepada perawat, hubungan perawat dan klien harus terbina dengan
baik , kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi yang disampaikan secara
terbuka dapat dipercaya
6. Kolaborasi
Bekerja sama dengan
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim kesehatan lain untuk
mencapai kesehatan keluarga yang optimal.
7. Fasilisator
Membantu keluarga dalam
menghadapi kendala seperti masalah sosial ekonomi, sehingga perawat harus
mengetahui sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat
8. Penemu
kasus
Menemukan dan
mengidentifikasi masalah secar dini di masyrakat sehingga menghindari dari
ledakan kasus atau wabah
9. Modifikasi
lingkungan
Mampu mmemodifikasi
lingkungan baik lingkungan rumah maupun masyarakat agar tercipta lingkungan
sehat.
B.
Konsep
Keperawatan Keluarga Dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Remaja
1. Pengertian
Ketika
anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan
keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap
ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih
lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun (
Friedman, 1998, hal. 124).
Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat
anak berusia 19-20 tahun. Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi
dilematis, mengingat anak sudah mulai menurun perhatiannya terhadap orang tua dibandingkan
dengan teman sebayanya. Pada tahapan ini seringkali ditemukan perbedaan
pendapat antara orang tua dan anak remaja, apabila hal ini tidak diselesaikan
akan berdampak pada hubungan selanjutnya. ( diadaptasi dari Duval, dalam Setiawati
& Dermawan, 2008, hal. 20).
Tahap
ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai pada usia 19 sampai 20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang
tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab
serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa
( Mubarak, 2009, hal. 89 ).
Berlangsung
di usia 13-19 tahun (selama 6-7 tahun). Metamorfosis: pergeseran yang luar
biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, pergeseran dimulai dengan
kematangan fisik remaja, sejalan dengan peran orangtua memasuki pertengahan
hidup (Preto, 1988, dalam perawatindonesia.org, 2010).
2. Peran,
Tanggung Jawab, dan Masalah Orang Tua
Tidak
perlu dikatakan bahwa orang tua mengasuh remaja merupakan tugas paling sulit
saat ini. Namun demikian, orang tua
perlu tetap tegar menghadapi ujian batas-batas yang tidak masuk akal tersebut,
yang telah terbentuk dalam keluarga ketika keluarga mengalami proses ”melepaskan”. Duvall (1977) juga
mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan yang penting karena masa ini yang
menyelaraskan kebebasan dengan bertanggung jawab ketika remaja menjadi matang
dan mengatur diri mereka sendiri. Friedman (1957) juga mendefinisikan bahwa
tugas orang tua selama tahap ini adalah belajar menerima penolakan tanpa
meninggalkan anak ( Friedman, 1988, hal. 125 )
Ketika
orang tua menerima remaja apa adanya, dengan segala kelemahan dan kelebihan
mereka, dan ketika mereka menerima sejumlah peran mereka pada tahap
perkembangan ini tanpa konflik atau sensitivitas yang tidak pantas, mereka
membentuk pola untuk semacam menerima diri yang sama. Hubungan antara orang tua
dan remaja seharusnya lebih mulus bila orang tua merasa produktif, puas, dan
dapat mengendalikan kehidupan mereka sendiri ( Kidwell et al, 1983) dan orang
tua/keluarga berfungsi secara fleksibel (Preto, 1988, dalam Friedman, 1988,
hal. 125 ).
Schultz
(1972) dan lain-lain telah mengungkapkan pandangan mereka bahwa kompleksitas
kehidupan mereka yang meningkat telah membuat peran orang tua tidak jelas.
Orang tua merasa berkompetensi dengan berbagai kekuatan sosial dan institusi
mulai dari otoritas sekolah dan konselor hingga keluarga berencana dan seks pra
nikah dan pilihan kumpul kebo. Faktor-faktor lain menambah pengaruh mereka yang
semakin berkurang tersebut. Karena adanya spesialisasi jabatan profesi, orang
tua tidak lagi bisa membantu anak-anak mereka dengan rencana-rencana untuk bekerja. Mobilitas penduduk dan kurangnya
hubungan orang dewasa yang kontinu bagi remaja dan orang tua, selain
ketidakmampuan banyak orang tua untuk mendiskusikan masalah-maslah pribadi,
seks, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan obat-obatan secara terbuka dan
tidak menghakimi bersama anak-anak mereka memberikan kontribusi pada
masalah-masalah orang tua-remaja ( Friedman, 1988, hal. 125 ).
3. Tugas
Perkembangan Keluarga
Tugas
perkembangan yang pertama dan utama adalah menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja matur dan semakin mandiri. Orang tua harus
mengubah hubungan mereka dengan remaja putri atau putranya secara progresif
dari hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya kearah suatu hubungan yang
makin mandiri. Pergeseran yang terjadi dalam hubungan anak dan orang tua ini
salah satu hubungan khas yang penuh dengan konflik-konflik sepanjang jalan (
Friedman, 1998, hal. 126).
Agar
keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua anggota
keluarga, khususnya orang tua, harus membuat “perubahan sistem” utama yaitu,
membentuk peran-peran dan norma-norma baru dan “membiarkan” remaja. Kidwell dan
kawan-kawan (1983) meringkas perubahan yang diperlukan ini “secara paradoks sistem keluarga yang dapat
membiarkan anggotanya adalah sistem yang akan bertahan dan menghasil sistem itu
sendiri secara efektif pada generasi-generasi berikutnya” ( Friedman, 1998,
hal. 126).
Orang
tua yang dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, tidak
membiarkan anak-anaknya, seringkali menemukan “revolusi”. Oleh remaja bila
perpisahan berlangsung kemudian. Orang tua dapat juga mempercayai anak agar
mandiri secara prematur, dengan menyampaikan kebutuhan-kebutuhan
ketergantungannya. Dalam hal ini remaja ini dapat gagal mencapai kemandirian
(Wright an Leahey, 1984, dalam Friedman, 1998, hal. 126).
Menyangkut
tiga tahap terakhir, hubungan perkawinan juga merupakan pusat perhatian. Tugas
perkembangan keluarga yang kedua bagi pasangan suami istri adalah memfokuskan
kembali hubungan perkawinan (Willson, 1988). Banyak sekali pasangan suami istri
yang telah begitu terikat dengan berbagai tanggung jawab sebagai orang tua
sehingga perkawinan tidak lagi memainkan suatu peran utama dalam kehidupan
mereka. suami biasanya menghabiskan banyak waktu diluar rumah, karena bekerja
dan melanjutkan karirnya, sementara itu, istrinya juga bekerja sementara
mencoba meneruskan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dan tanggung jawab sebagai
orang tua. Dalam situasi seperti ini, hanya tersisa sedikit waktu dan energy
untuk hubungan perkawinan ( Friedman, 1998, hal. 126).
Akan
tetapi disisi lain, karena anak-anak lebih bertanggung jawab terhadap mereka
sendiri, pasangan suami istri meninggalkan rumah untuk meniti karir mereka atau
dapat menciptakan kesenangan-kesenangan perkawinan setelah anaknya telah
meninggalkan rumah (postparental).
Mereka dapat mulai membangun pondasi untuk tahap siklus kehidupan keluarga
berikutnya ( Friedman, 1998, hal. 126).
Tugas
perkembangan keluarga yang ketiga yang mendesak adalah untuk para anggota keluarga, khususnya orang tua dan remaja,
untuk berkomunikasi secara terbuka. Karena adanya kesenjangan antara generasi,
komunikasi terbuka seringkali hanya merupakan suatu cita-cita, bukan suatu
realita. Orang tua yang berasal dari keluarga dengan berbagai masalah terbukti
seringkali menolak dan memisahkan diri dari anak mereka paling tua, sehingga
mengurangi saluran-saluran komunikasi terbuka yang mungkin telah ada sebelumnya
( Friedman, 1998, hal. 126).
Mempertahankan
etika dan standar keluarga merupakan tugas-tugas perkembangan keluarga lainnya
(Duvall dan Miller, 1985). Meskipun aturan-aturan dalam keluarga belum diubah,
etika dan standar moral keluarga belum tetap dipertahankan oleh orang tua.
Remaja sangat sensitive terhadap ketidakcocokan antara apa dikatakan dengan apa
yang dipraktekkan. Namun demikian, orang tua dan anak-anak dapat belajar dari
satu sama lain dalam masyarakat yang majemuk dan berubah dengan cepat saat ini.
Transformasi nilai dari kaum muda juga mentransformasikan keluarga. Adopsi gaya
hidup yang lebih bebas dan sederhana melambangkan transformasi nilai yang
mempengaruhi setiap tahap kehidupan keluarga (Yankelowich, 1975, dalam
Friedman, 1998, hal. 126).
4. Masalah-Masalah
yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Remaja
Ketidakmatangan
dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya pertengkaran
dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik atau buat
komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota
keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini
hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah.
Hubungan
keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia, terlebih
selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat
tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh
rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan bimbingan atau bantuan
dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja. Kalau hubungan-hubungan
keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman berlangsung
lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku
yang tenang dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga
dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang diluar rumah.
Meskipun semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak,
kadang-kadang tegang namun orang ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul
dengan orang lain dianggap tidak matang dan kurang menyenangkan. Hal ini
menghambat penyesuaian sosial yang baik.
Masa
remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh romantika,
padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan kesukaran. Bukan
hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial. Masa ini akan
membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-anak, tetapi
dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini membuat
mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh, canggung
dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan. Dalam
usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya, karena
memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang
berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat
orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya mereka juga
belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap penting dalam masa
ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu pendapat dan gaya
teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya. Karenanya
sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi anggota geng mereka
akan saling memberi dan mendapat dukungan mental. Beberapa kasus terakhir
seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan bentuk dari
kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-tindakan
kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan berani melakukannya
secara individual. Masalah lain yang sering mengganggu anak remaja adalah masalah
yang berkaitan dengan organ reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah
mencapai kematangan seksual, yang menyebabkan mereka memiliki dorongan untuk
pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan
kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk menikah banyak persyaratan
yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual,
tetapi diperlukan ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat
ini sangat berat dan mungkin belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu,
para remaja mencari kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton
film porno. Meskipun tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar norma
masyarakat, tetapi mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk
menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam menyikapi, cara
yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara bertahap terhadap
anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri secara bertahap
sampai akhirnya dewasa.
Masalah-masalah
kesehatan
Pada
tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi promosi
kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus
diidentifikasi dan dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup
keluarga yang sehat mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner
meningkat dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai
merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan
perkembangan dan biasanya mereka ini lebih menerima strategi promosi kesehatan.
Sedangkan pada remaja, kecelakaan terutama kecelakaan mobil merupakan bahaya
yang amat besar, dan patah tulang dan cedera karena atletik juga umum terjadi
(Friedman, 1998, hal. 127).
Penyalahguanaan
obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang tidak dikehendaki,
dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang perhatian yang relevan.
Dalam mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat dapat terjebak dalam
perselisihan atau masalah antara orang tua dan kaum muda, remaja biasanya
mencari pelayanan kesehatan mencakup uji kehamilan, menggunakan obat-obatan,
uji AIDS, keluarga berencana, dan aborsi, diagnosis dan perawatan penyakit
kelamin. Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi remaja untuk menerima
perawatan kesehatan tanpa ijin orang tua. Bila orang tua diikutsertakan maka
dilakukan wawancara terpisah sebelum mereka dikumpulkan (Friedman, 1998, hal.
127).
Kebutuhan
kesehatan yantg lain adalah dalam bidang hubungan dan bantuan untuk memperkokoh
hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orang tua. Konseling langsung
yang bersifat menunjang atau mulai rujukan ke sumber-sumber dalam komunitas
untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat rekreasional, dan pelayanan
lainnya mungkin diperlukan, pendidikan promosi kesehatan umum juga
diindikasikan (Friedman, 1998, hal. 127).
5. Peran
Perawat
Peran
perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada peningkatan dan
pencegahan penyakit. Penyuluhan tentang penyakit kardiovaskuler pada usia
lanjut, penyuluhan tentang obat-obatan terlarang, minuman keras, seks,
pencegahan kecelakaan pada remaja, serta membantu terciptanya komunikasi yang
lebih efektif antara orang tua dengan anak remajanya ( Mubarak, 2009, hal. 90 ).
Peran
perawat dalam peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit pada tahap keluarga
dengan anak remaja menurut Stanhope (1998, Hal. 52):
a. Guru
tentang faktor-faktor kesehatan
b. Guru
dalam isu-isu pemecahan masalah mengenai alkohol dan merokok, diet dan gerak
badan
c. Fasilitator
keterampilan interpersonal dengan anak belasan tahun bersama orang tua
d. Penolong
langsung, konsultan atau pihak yang merujuk ke sumber-sumber kesehatan mental
e. Konsultan
keluarga berencana
f. Pihak
yang merujuk ke bagian penyakit yang ditularkan melalui seksual
g. Peserta
dalam organisasi masyarakat untuk pengendalian penyakit.
C.
Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Remaja Secara Teoritis
1. Pengkajian
Tahap
pertama pada asuhan keperawatan keluarga, yaitu perawat melakukan pengkajian
dengan menggunakan formulir yang dapat digunakan pada semua tahap perkembangan
keluarga ( Suprajitno, 2004, hal. 37 ).
Menurut
Suprajitno ( 2004, hal. 38 ) meskipun demikian perawat perlu melakukan
pengkajian fokus pada tiap perkembangan yang didasarkan oleh:
a.
Dalam tiap tahap perkembangan keluarga,
karakteristik keluarga akan berbeda karena adda perubahan anggota keluarga (
dapat bertambah atau berkurang )
b.
Pada tiap tahap perkembangan, keluarga
mempunyai tugas perkembangan keluarga yang harus dilakukan.
c.
Pada tiap tahap perkembangan keluarga,
kewajiban keluarga berbeda.
Pengkajian data fokus keluarga dengan
anak usia remaja dalam Suprajitno ( 2004, hal. 37 ) meliputi:
a.
Bagaimana karakteristik teman disekolah
atau di lingkungan rumah
b.
Bagaimana kebiasaan anak menggunakan
waktu luang
c.
Bagaimana perilaku anak selama dirumah
d.
Bagaimana hubungan antara anak remaja
dengan adiknya, dengan teman sekolah atau bermain
e.
Siapa saja yang berada dirumah selama
anak remaja dirumah
f.
Bagaimana prestasi anak disekolah dan prestasi
apa yang pernah diperoleh anak
g.
Apa kegiatan diluar rumah selain
disekolah, berapa kali, berapa lama, dan dimana
h.
Apa kebiasaan anak dirumah
i.
Apa fasilitas yang digunakan anak secara
bersamaan atau sendiri
j.
Berapa lama waktu yang disediakan orang
tua untuk anak
k.
Siapa yang menjadi figur bagi anak
l.
Seberapa peran yang menjadi figur bagi
anak
m.
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi
keluarga
2. Diagnosa
Pada
tahap ini ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan perawat sebagai berikut
(Suprajitno, 2004, Hal. 42-47) :
a.
Pengelompokan Data
Kegiatan
ini tidak berbeda dengan analisis dan sintesis pada asuhan keperawatan klinik.
Perawat mengelompokan data hasil pengkajian dalam data subjektif dan objektif
setiap kelompok diagnosis keperawatan.
b.
Perumusan Diagnosis Keperawatan
Perumusan
diagnosis keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau
keluarga. Kompenen diagnosis keperawatan meliputi masalah ( problem ), penyebab
( etiologi ), dan atau tanda ( sign ).
Perumusan
diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang sudah disepakati,
terdiri dari:
1)
Masalah (problem, P ) adalah suatu
pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh
keluarga atau anggota ( individu ) keluarga
2)
Penyebab ( etiologi, E ) adalah suatu
pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas
keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat
anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan
3)
Tanda ( sign, S ) adalah sekumpulan data
objektif dan data subjektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara
langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga
dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
1)
Diagnosis aktual
Diagnosis
aktual yaitu masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat
2)
Diagnosis resiko
Diagnosis
resiko yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi
masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat
3)
Diagnosis potensial
Diagnosis
potensial yaitu suatu keadaaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Masalah keperawatan
sampai saat ini masih menggunakan daftar masalah keperawatan yang dibuat oleh
asosiasi perawat Amerika ( NANDA ) yang meliputi masalah aktual, resiko atau
resiko tinggi, dan potensial. Penyebab merujuk pada tugas keluarga dibidang
kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
tindakan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas
layanan kesehatan sesuai data yang telah dikumpulkan dalam pengkajian. Sedang
tanda dapat dituliskan atau tidak karena telah diidentifikasi pada angkah awal.
Daftar
masalah keperawatan (NANDA) yang dapat digunakan sebagai berikut:
§ Gangguan
proses keluarga
§ Gangguan
pemeliharaan kesehatan
§ Perubahan kebutuhan nutrisi: kurang atau lebih dari
kebutuhan tubuh
§ Gangguan
peran menjadi orang tua
§ Gangguan
pola eliminasi
§ Kondisi
sanitasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan
§ Gangguan
penampilan peran
§ Gangguan
pola seksual
§ Ketidakmampuan
antisipasi dukungan berkepanjangan
§ Konflik
pengambilan keputusan
§ Adaptasi
kedukaan yang tidak fungsional
§ Potensial
berkembanganya koping keluarga
§ Koping
keluarga tidak efektif
§ Gangguan
manajemen pemeliharaan rumah
§ Hambatan
intraksi sosial
§ Defisit
pengetahuan
§ Konflik
peran keluarga
§ Resiko
perubahan peran orang tua
§ Resiko
terjadi trauma
§ Resiko
tinggi perilaku kekerasan
§ Ketidakberdayaan
§ Terjadinya
isolasi sosial
c.
Penilaian ( skoring ) diagnosis
keperawatan
Skoring dilakukan bila perawat
merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu. Proses skoring menggunakan
skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya ( 1978 ).
Proses
skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:
§ Tentukan
skornya sesuai dengan kreteria yang dibuat perawat
§ Selanjutnya
skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
Skor
yang diperoleh X
bobot
Skor
tertinggi
§ Jumlah
skor untuk semua kreteria ( skor maksimum sama dengan jumlah bobot, yaitu 5 )
Penentuan
prioritas sesuai dengan kreteria skala:
§ Untuk
kreteria pertama, prioritas utama diberika pada tidak atau kurang sehat karena
perlu tindakan segera dan biasanya didasari oleh keluaraga
§ Untuk
kreteria kedua perlu diperhatikan:
-
Pengetahuan yang ada sekarang,
tekhnologi, dan tindakan untuk menangani masalah
-
Sumber daya keluarga: fisik, keuangan,
tenaga
-
Sumber daya perawat: pengetahuan,
keterampilan, waktu
-
Sumber daya lingkungan: fasilitas,
organisasi, dan dukungan
§ Untuk
kreteria ketiga perlu diperhatikan:
-
Kepelikan dari masalah yang berhubungan
dengan penyakit atau masalah
-
Lamanya masalah yang berhububgan dengan
jangka waktu
-
Tindakan yang sedang dijalankan atau
yang tepat untuk memperbaiki masalah
-
Adanya kelompok yang berisiko untuk dicegah agar tidak aktual
dan menjadi parah.
§ Untuk
kreteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga
menilai masalah keperawatan tersebut.
d.
Penyusunan prioritas diagnosis keperawatan
Prioritas
didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan disusun
berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Namun, perawat perlu mempertimbangkan
juga persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana yang perlu diatasi
segera.
3. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Perencanaan
keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang
dilengkapi dengan kreteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya
merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kreteria dan standar (
Suprajitno, 2004, hal. 49 ).
Rencana
tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan-kegiatan yang
bertujuan ( Suprajitno, 2004, hal. 49 ) :
a.
Menstimulasi kesadaran atau penerimaan
keluarga mengenai maslah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
1)
Memberi informasi yang tepat
2)
Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan
keluarga tentang kesehatan
3)
Mendorong sikap emosi yang mendukung
upaya kesehatan
b.
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan
cara perawatan yang tepat, dengan cara :
1)
Mengidentifikasi konsekuensinya bila
tidak melakukan tindakan
2)
Mengidentifikasi sumber-sumber yang
dimiliki dan ada di sekitar keluarga
3)
Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe
tindakan
c.
Memberikan kepercayaan diri selama
merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara :
1)
Mendemonstrasikan cara perawatan
2)
Menggunakan alat dan fasilitas yang ada
dirumah
3)
Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d.
Membantu keluarga untuk memelihara
(memodifikasi lingkungan) yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga dengan
cara :
1)
Menemukan seumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga
2)
Melakukan perubahan lingkungan bersama
keluargha seoptimal mungkin
e.
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya, dengan cara :
1)
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
di sekitar lingkungan keluarga
2)
Membantu keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
Hal penting dalam penyusunan rencana
asuhan keperawatan ( Suprajitno, 2004, hal. 50 ) :
a.
Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah,
dan mempunyai jangka waktu yang sesuai dengan kondisi klien
b.
Kriteria hasil hendaknya dapat diukur
dengan alat ukur dan diobservasi dengan pancaindra perawat yang objektif
c.
Rencana tindakan disesuaikan dengan
sunber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah ke kemandirian
klien sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi
Rencana tindakan diarahkan untuk
mengubah pengetahuan, sikap, dan tindakan keluarganya (Calgary,1994) sehingga
pada akhirnya keluarga mampu memenuhi keebutuhan kesehatan anggota kelurganya
dengan bantuan minimal dari perawat. Saat menyusun rencana intervensi,
sebaiknya perawat melibatkan keluarga secara aktif karena keluarga memiliki
tanggung jawab akhir dalam mengatur hidup mereka sendiri, dan merupakan cara
untuk menghormati dan menghargai keluarga (Carey, 1989). Efektivitas yang akan
diperoleh perawat, yaitu ada efek positif terhadap interaksi dengan keluarga,
keluarga tidak menentang karena telah dilibatkan sebelumnya, dan keluarga
cendrung bertanggung jawab ( Suprajitno, 2004, hal.24 ).
BAB III
Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn.
S
Pada Tahap Perkembangan Keluarga
Dengan Anak Usia Remaja
A
INDENTITAS UMUM
KELUARGA
1.
INDENTITAS
KEPALA KELUARGA
Nama :
Tn. S
Umur :
40 tahun
Agama :
Islam
Suku :
Melayu
Pendidikan : SLTP
Perkerjaan : Swasta
Alamat :
Sungai purun kecil RT 14/ RW 07
No.
Telpon : -
2.
KOMPOSISI
KELUARGA
no
|
Nama
|
L/P
|
Umur
|
Hub. Klg
|
Perkerjaan
|
Pendidikan
|
1
|
Tn S
|
L
|
40
|
Ayah kandung
|
Swasta
|
SLTP
|
2
|
Ny.L
|
P
|
38
|
Ibu kandung
|
IRT
|
SLTP
|
3
|
An.Y
|
L
|
16
|
Anak kandung
|
Pelajar
|
SMA
|
4
|
An.M
|
P
|
12
|
Anak kandung
|
Pelajar
|
SD
|
3.
GENOGRAM
:
Perempuan
:
Laki-laki
: klien
….. : Serumah
4.
TYPE KELUARGA
a.
Jenis Type
Keluarga : Tipe Tradisional; Nuclear
family/Keluarga inti, dimana terdiri dari Kepala keluarga, ibu dan anak.
b.
Masalah Yang
terjadi dg type tersebut : Tidak terjadi masalah pada keluarga Tn. S dengan
tipe keluarga ini.
5.
SUKU BANGSA
a.
Asal Suku
Bangsa : Melayu
b.
Tidak ada Budaya Yang bertentangan dengan Kesehatan
6.
AGAMA DAN
KEPERCAYAAN YANG MEMEPENGARUHI KESEHATAN
Perempuan
tidak boleh memotong kuku dan potong rambut pada saat menstruasi.
7.
STATUS SOSIAL
EKONOMI KELUARGA
a.
Anggota yang
keluarga yang mencari nafkah : Tn. S dan Ny. L
b.
Penghasilan :
Rp. 2.000.000,00/bulan
c.
Upaya lain
Membuka
Toko Sembako dan bertani
d.
Harta benda
yang dimiliki
-
Motor 2 buah
-
Kulkas
e.
Kebutuhan yang
dikeluarkan tiap bulan
Rp
1.500.000,00/bulan
8.
AKTIVITAS
REKREASI KELUARGA
Setiap hari
libur keluarga biasanya keluarga jalan-jalan ke pantai atau tempat lain bersama-sama,
dan menonton TV di rumah di waktu senggang.
B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga dengan
Anak Remaja (families with teenagers)
2.
Tahap perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi dan kendalanya
Keluarga belum
memberikan kebebasan secara penuh dan bertanggung jawab kepada anak remajanya,
keluarga belum membangun dengan efektif komunikasi terbuka antara orang tua dan
anaknya, serta keluarga belum melakukan secara penuh perubahan sistemperan dan
peraturan untung tumbuh kembang keluarga.
3.
Riwayat
kesehatan keluarga inti
a
Riwayat
kesehatan keluarga saat ini
Keluarga mengatakan saat ini setiap anggota keluarganya dalam
keadaan sehat-sehat saja. Hanya ada beberapa anggota keluarga yang sering
terkena sakit seperti Tn. S yang menderita Hipertensi.
b
Riwayat
penyakit keturunan
Keluarga mengatakan penyakit keturunan yang ada pada anggota
keluarganya yaitu Tekanan darah tinggi / Hipertensi yang dimiliki oleh Tn. S
dari keluarga sebelumnya.
c
Riwayat
kesehatan masing – masing anggota keluarga
No
|
Nama
|
BB
|
Umur
|
Keadaan kesehatan
|
Imunisasi BCG/Polio
/DPT/HB/Campak
|
Masalah kesehatan
|
Tindakan yang telah dilakukan
|
1
|
Tn. S
|
60 kg
|
40
|
-
|
Hipertensi
|
Berobat ke mantri swasta / Puskesmas
|
|
2
|
Ny. L
|
58 kg
|
38
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
An. Y
|
47 kg
|
16
|
Lengkap
|
-
|
-
|
|
4
|
An.
|
35 kg
|
12
|
Lengkap
|
-
|
-
|
d
Sumber
pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan
Puskesmas dan Mantri swasta
e
Riwayat
kesehatan keluarga sebelumnya
Keluarga mengatakan pada keluarga sebelumnya tidak memiliki masalah
kesehatan yang serius baik dari pihak Suami maupun Istri. Hanya pada pihak
keluarga Tn. S yang mempunyai riwayat penyakit hipertensi.
B
PENGKAJIAN
LINGKUNGAN
1.
Karakteristik
rumah
a.
Luas rumah
8 X
12 meter persegi
b.
Type rumah
Rumah
Konvensional
c.
Kepemilikan
Milik
Sendiri
d.
Jumlah dan
ratio kamar/ruangan
Terdapat
3 buah kamar tidur, 1 ruangan tamu, 1 ruangan keluarga, 1 ruangan dapur, dan 1
ruangan dapur.
e.
Ventilasi/jendela
Terdapat
13 ventilasi dan 10 Jendela yang berada di Rumah keluarga Tn. S
f.
Pemanfaatan
ruangan
Ruang
tamu digunakan untuk apabila ada tamu yang berkunjung,
Ruang
tengah/ keluarga digunakan keluarga untuk bersantai dan menonton TV,
Ruang
Dapur digunakan untuk memasak dan makan bersama keluarga.
g.
Septic tank : Ada,
letak dibelakang rumah berjarak 1 meter dari rumah
h.
Sumber air
minum : air leiding, air hujan, atau air galon.
i.
Kamar Mandi/ WC
: Terdapat 1 buah kamar mandi, dan 1 buah Wc.
j.
Sampah limbah
RT : Sampah dibakar dibelakang rumah, jaraknya sekitar 6 meter dari rumah.
k.
Kebersihan lingkungan
: Lingkungan didalam maupun dilingkungan luar rumah tidak tampak kotor, dan
terlihat bersih.
2.
Karakteristik
tetangga dan komunitas RW
a.
Kebiasaan : Di
lingkungan RW keluarga Tn. S selalu mengadakan kegiatan Gotong royong setiap 1
bulan sekali, serta mengadakan yasinan setiap jumat malam.
b.
Aturan/kesepakatan
: Kesepekatan di lingkungan RW tersebut setiap kepala keluarga atau anggota
keluarga yang lainnya harus mengikuti kegiatan gotong royong dilingkungan tersebut.
c.
Budaya : Budaya
yang berada di sekitar lingkungan keluarga Tn. S rata-rata merupakan budaya
melayu.
3.
Mobilitas
geografis keluarga : Sejak pertama kali menikah sudah tidak tinggal dengan
orang tua baik sebelah laki-laki maupun perempuan, dan sudah menetap dipurun.
Dan selama ini belum pernah berpindah rumah.
4.
Perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga
biasa berkumpul di waktu senggang, dan interaksi dimasyarakat dilakukan setiap
hari karena Tn. S membuka Toko sembako untuk masyarakat disekitarnya.
5.
System
pendukung keluarga
Disini
keluarga memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan berupa Kartu Jamkesmas.
C
STRUKTUR
KELUARGA
1.
Pola/cara
komunikasi keluarga : Keluarga berkomunikasi secara terbuka, menggunakan bahasa
melayu, komunikasi secara langsung didalam rumah, frekuensinya tergantung
pertemuan setiap anggota keluarga.
2.
Struktur
kekuatan keluarga : Kekuatan keluarga dipegang oleh Kepala keluarga. Keputusan
yang diambil dalam keluarga dipegang oleh Tn. S.
Model
kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga dalam membuat keputusan
menggunakan musyawarah dan kadang-kadang langsung diambil keputusan oleh kepala
keluarga.
3.
Struktur peran
( peran masng – masing anggota keluarga ) :
Tn S
: Sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangga dan
bekerja untuk menafkahi setiap anggota keluarganya.
Ny L
: berperan sebagai ibu rumah tangga didalam rumah, serta membantu kepala
keluarga dalam bekerja.
An.
Y : Sebagai anak pertama, sekarang
sedang Sekolah dibangku kelas 2 SMA.
An.
M : sebagai anak yang kedua atau bungsu, sekarang sedang sekolah dibangku kelas
6 SD.
4.
Nilai dan norma
keluarga
Nilai
dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dan norma yang
berlaku di masyarakat, serta nilai dalam agama yang dianut oleh keluarga.
D
FUNGSI KELUARGA
1.
Fungsi Afektif
Keluarga
merasakan perasaan saling memiliki setiap anggota keluarga, serta berusaha
mengembangkan sikap saling menghargai.
2.
Fungsi
sosialisasi
a.
Kerukunan hidup
dalam keluarga
Keluarga
cukup rukun dan perhatian dalam membina hubungan rumah tangga.
b.
Interaksi dan
hubungan dalam keluarga
Interaksi
dalam keluarga cukup baik, walaupun An. Y tidak terlalu sering berinteraksi
dengan anggota keluarga lainnya karena sering berada diluar rumah.
c.
Anggota
keluarga yang dominan dalam mengambil keputusan
Keluarga
yang dominan dalam pengambilan keputusan adalah Tn. S
d.
Kegiatan
keluarga waktu senggang
Menonton
Tv di rumah, pergi kerumah tetangga, atau bepergian ke tempat wisata.
e.
Partisipasi
dalam kegiatan sosial
Kegiatan
gotong royong setiap bulan dan yasinan setiap minggu.
3.
Fungsi
perawatan kesehatan
Disini
keluarga sudah mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada salah satu
anggota keluarga. Keluarga sudah mengambil keputusan dalam masalah kesehatan
yang terjadi pada Tn. S dengan pergi ke puskesmas atau mantri untuk mengatasi
masalah kesehatannya. Keluarga kurang memperhatikan dalam merawat anggota
keluarga yang sakit, apalagi selama anggota keluarga yang sakit tidak
mengganggu aktivitas sehari-harinya. Keluarga sudah baik dalam memilihara
lingkungan rumah baik didalam rumah itu sendiri, maupun disekitar lingkungan
luar rumah. Dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan keluarga lebih
memilih pergi ke mantri swasta, meskipun sudah memiliki kartu Jaminan pelayanan
kesehatan. Karena di puskesmas pelayanan serta hasil pengobatan yang diberikan
kurang terasa memuaskan oleh keluarga.
4.
Fungsi
reproduksi
a.
Perencanaan
jumlah anak
2
orang anak satu laki – laki dan satu perempuan
b.
Akseptor: ya, yang
digunakan pil KB lamanya sekitar 3 bulan terakhir.
c.
Keterangan lain
: Sebelumnya Ny. L menggunakan menggunakan kontrasepsi suntik selama 12 tahun
mulai dari setelah kelahiran anak kedua.
5.
Fungsi ekonomi
a.
Upaya pemenuhan
sandang pangan : upaya pemenuhan kebutuhan sandang pangan dipenuhi oleh Tn. S sebagai
kepala keluarga serta dibantu oleh Ny. L.
b.
Pemanfaatan
sumber dimasyarakat : Masyarakat lingkungan dan sekitar lainnya sebagai
pelanggan dalam membeli kebutuhan pokok dan lainnya di Toko keluarga Tn. S.
E
STRESS DAN
KOPING KELUARGA
1.
Stressor jangka
pendek
Keluarga
merasa kecewa dengan prestasi anak An. Y yang akhir-akhir ini menurun dari
sebelumnya.
2.
Sressor jangka
panjang
Penyakit
hipertensi yang sering kali menganggu produktivitas Tn. S.
3.
Respons
keluarga terhadap stressor
Keluarga
berharap anaknya yang pertama prestasinya kembali meningkat. Dan keluarga
menganggap sudah terbiasa dengan penyakit hipertensi yang dialami Tn. S karena
merupakan penyakit keturunan.
4.
Strategi koping
Keluarga
biasanya berdiskusi dalam menghadapi masalah.
5.
Strategi
adaptasi disfungsional
Tn.
S menganggap penyakit hipertensi yang dideritanya adalah penyakit biasa, karena
merupakan keturunan.
F
KEADAAAN GIZI
KELUARGA
Pemenuhan gizi : Pemenuhan gizi keluarga dilakukan oleh Ny. L
dengan menyediakan pemenuhan kebutuhan makan 3 kali sehari.
Upaya lain : Tidak ada upaya lain yang dilakukan.
G
HARAPAN
KELUARGA
1.
Terhadap
masalah kesehatan
Keluarga
mengatakan harapan agar setiap anggota keluarganya selalu sehat dan tidak
pernah menderita sakit yang parah.
2.
Terhadap
petugas kesehatan yang ada
Keluarga
berharap pelayanan kesehatan Puskesmas yang ada didaerahnya agar kualitasnya
lebih baik dari sekarang, dan dalam penggunaan pengobatan dengan menggunakan
Jamkesmas agar lebih dimudahkan.
H
PEMERIKSAAN
FISIK
No
|
Variabel
|
Nama anggota keluarga
|
|||
Tn. S
|
Ny. L
|
An. Y
|
An. M
|
||
1
|
Riwayat penyakit saat ini
|
Hipertensi
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Keluhan yang dirasakan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
Tanda dan gejala
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Riwayat penyakit sebelumnnya
|
Hipertensi
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Tanda – tanda vital
|
135/90
mmhg
S=36,5
RR=21
N=95
|
120/80 mmhg
S=36,5
RR=18
N=80
|
110/80
mmhg
S=36,5
RR=19
N=80
|
110/75
mmhg
S=36,5
RR=18
N=80
|
6
|
Sistem kardiovaskuler
|
Inspeksi :
Pada bagian dada tidak terdapat lesi, jaringan parut, terlihat iktus kordis
di mid klavikula iktus kordis ke 5
Palpasi :
teraba iktus kordis di mid clavikula interkosta ke 5
JVP : 6 cm
Perkusi :
batas jantung interkosta ke 2-5 strenum kiri, interkosta 2-3 sternum kanan
Auskultasi : terdengar bunyi S2 di intercosta 2 sternum kiri dan kanan.
Dan terdengar bunyi S1 di intercosta ke-5 di samping sternum dan mid klavikula kiri.
|
-
|
-
|
-
|
7
|
Sistem Respirasi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8
|
System GI Tract
|
-
|
-
|
-
|
-
|
9
|
System Persyarafan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
System Muskulokeletal
|
-
|
-
|
-
|
-
|
11
|
Sistem Genetalia
|
-
|
-
|
-
|
-
|
I
TIPOLOGI
MASALAH KESEHATAN
NO
|
DAFTAR MASALAH KESEHATAN
|
1
|
KURANG/TIDAK SEHAT
|
-
|
|
2
|
ANCAMAN
|
Penyakit
keturunan Hipertensi Pada Tn. S
|
|
3
|
DIFISIT
|
Kurang Pengetahuan tentang Tugas dan Perkembangan Keluarga
|
J
DAFTAR MASALAH
PENGKAJIAAN KHUSUS BERDASARKAN 5 TUGAS KELUARGA
NO
|
KRITERIA
|
PENGKAJIAN
|
1
|
Mengenal Masalah
|
·
Keluarga
telah mengenal masalah kesehatan yang terjadi pada anggota keluarga yang
mempunyai masalah pada kesehatannya.
·
Keluarga
belum mengetahui tentang tugas perkembangan keluarga saat ini.
·
Keluarga
belum memiliki pengetahuan yang benar tentang pertumbuhan dan perkembangan
serta masalah yang biasa terjadi pada anak remaja.
|
2
|
Mengambil Keputusan yang tepat
|
·
Keluarga
mengambil keputusan dengan membawa anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas atau
Mantri.
·
Keluarga
belum mengambil keputusan untuk meningkatkan proses keluarga
·
Keluarga
belum bisa mengambil keputusan karena kurangnya pengetahuan tentang kondisi
saat ini.
|
3
|
Merawat anggota keluarga yang sakit ataupun punya masalah
|
·
Keluarga
belum mampu merawat anggota keluarga yang sakit, karena hanya beranggapan
harus merawat anggota keluarga yang sakit apabila anggota keluarga yang sakit
tidak lagi mampu melakukan aktivitas dengan baik.
|
4
|
Memodifikasi lingkungan
|
·
Terkait
masalah kesehatan yang terjadi sekarang keluarga belum melakukan modifikasi
lingkungan, karena dirasakan keluarga tidak perlu.
·
Keluarga
belum melakukan modifikasi lingkungan khususnya secara psikologis, terkait
kesiapan untuk meningkatkan proses keluarga.
|
5
|
Memanfaatkan sarana kesehatan
|
·
Keluarga
telah memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, baik berupa pergi ke Mantri
maupun Puskesmas.
|
K
DAFTAR MASALAH
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
1.
|
Ds :
-Keluarga
mengatakan didalam keluarganya ada yang memilki riwayat penyakit keturunan berupa
hipertensi
-Keluarga
mengatakan bahwa Tn. S sering mengalami hipertensi dan apabila gejalanya
berat dibawa ke tenaga kesehatan.
Do:
-Penyakit
Hipertensi Tn. S sering kambuh karena keluarga hanya melakukan perawatan
kesehatan pada saat Tn. S sakitnya mengganggu aktivitasnya.
TD= 135/90
mmhg
S=36,5
RR=21
N=95
|
Ketidakmampuan Keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
|
Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik Keluarga
Pada Keluarga Tn.S
|
2.
|
Ds :
- Kekuatan keluarga dipegang oleh Kepala keluarga. Keputusan yang
diambil dalam keluarga dipegang oleh Tn. S.
- Model
kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga dalam membuat keputusan
menggunakan musyawarah dan kadang-kadang langsung diambil keputusan oleh
kepala keluarga.
Do:
-Saat ini keluarga
berada dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja.
- Interaksi
dalam keluarga cukup baik, walaupun An. Y tidak terlalu sering berinteraksi
dengan anggota keluarga lainnya karena sering berada diluar rumah.
- Anggota
Keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan adalah Tn. S
|
Kesiapan Meningkatkan Proses Keluarga
Pada keluarga Tn. S
|
|
3.
|
Ds:
- Keluarga tidak mengetahui secara pasti mengenai kegiatan anak
remajanya.
- Keluarga
merasa kecewa dengan prestasi anak An. Y yang akhir-akhir ini menurun dari
sebelumnya.
- Pemenuhan
gizi keluarga dilakukan oleh Ny. L dengan menyediakan pemenuhan kebutuhan
makan 3 kali sehari. Tidak ada upaya lain yang dilakukan.
Do:
-Saat ini
keluarga berada dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja.
- keluarga
belum mengetahui secara baik mengenai pertumbuhan dan perkembangan pada anak
remaja
- Interaksi
dalam keluarga cukup baik, walaupun An. Y tidak terlalu sering berinteraksi
dengan anggota keluarga lainnya karena sering berada diluar rumah.
|
Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
|
Defisiensi Pengetahuan tentang tugas perkembangan keluarga serta
pertumbuhan dan perkembangan remaja
Pada Keluarga Tn.S
|
L
SKORING
1.
Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik Keluarga
KRITERIA
|
SKOR
|
Hasil
|
Pembenaran
|
SIFAT MASALAH (bobot= 1)
o
Tidak sehat
o Ancaman kesehatan
o
Krisis atau
keadaan sejahtera
|
3
2
1
|
2/3x1=
2/3
|
-pada Tn S sering mengalami hipertensi
|
KEMUNGKINAN MASALAH DAPAT DIUBAH (bobot=2)
o
Dengan Mudah
o Hanya Sebagian
o
Tidak dapat
|
2
1
0
|
1/2x2=
1
|
-karena
keluarga mengatakan apabila sudah mengganggu aktivitas Tn.S keluarga baru
membawa ke tenaga kesehatan
|
PONTESIAL MASALAH DAPAT DICEGAH (bobot= 1)
o
Tinggi
o Cukup
o
Rendah
|
3
2
1
|
2/3x1=
2/3
|
-karena
keluarga sudah mampu mengenal masalah dan mampu mengambil keputusan tetapi
belum mampu melakukan perawatan
|
MENONJOLNYA MASALAH (bobot= 1)
o
Masalah
berat, harus segera ditangani
o Ada masalah, tapi tidak perlu segera ditangani
o
Masalah tidak
dirasakan
|
2
1
0
|
1/2x1=
½
|
- Tidak sedang
dalam keadaan yang membahayakan kesehatan Tn. S
|
2.
Kesiapan Meningkatkan Proses Keluarga
KRITERIA
|
SKOR
|
Hasil
|
Pembenaran
|
SIFAT MASALAH (bobot= 1)
o
Tidak sehat
o
Ancaman
kesehatan
o Krisis
atau keadaan sejahtera
|
3
2
1
|
1/3x1=
1/3
|
-pengambilan keputusan dalam keluarga biasanya dilakukan oleh
Tn.S dengan
|
KEMUNGKINAN MASALAH DAPAT DIUBAH (bobot=2)
o Dengan
Mudah
o
Hanya
Sebagian
o
Tidak dapat
|
2
1
0
|
2/2x2=
2
|
-karena keluarga seperrtinya mempunyai keinginan untuk membangun
hubungan keluarganya menjadi lebih baik
|
PONTENSIAL MASALAH DAPAT DICEGAH (bobot= 1)
o
Tinggi
o Cukup
o
Rendah
|
3
2
1
|
2/3x1=
2/3
|
-keluarga
dalam keadaan baik untukmeningkatkan proses keluarga
|
MENONJOLNYA MASALAH (bobot= 1)
o
Masalah
berat, harus segera ditangani
o Ada masalah, tapi tidak perlu segera ditangani
o
Masalah tidak
dirasakan
|
2
1
0
|
1/2x1=
1/2
|
-keluarga berkeinginan untuk meningkatkan proses keluarga menjadi
lebih baik
|
3.
Defisiensi
Pengetahuan
KRITERIA
|
SKOR
|
Hasil
|
Pembenaran
|
SIFAT MASALAH (bobot= 1)
o
Tidak sehat
o
Ancaman
kesehatan
o Krisis atau keadaan sejahtera
|
3
2
1
|
1/3x1=
1/3
|
-Keluarga harus ditingkatkan pengetahuan untuk meningkatkan tugas
perkembangan keluarga
|
KEMUNGKINAN MASALAH DAPAT DIUBAH (bobot=2)
o Dengan Mudah
o
Hanya
Sebagian
o
Tidak dapat
|
2
1
0
|
2/2x2=
2
|
-latar belakang pendidikan keluarga adalah SLTP dan SMA
|
PONTESIAL MASALAH DAPAT DICEGAH (bobot= 1)
o
Tinggi
o Cukup
o
Rendah
|
3
2
1
|
2/3x1=
2/3
|
-keluarga mau diajak dalam bekerjasama (kooperatif)
|
MENONJOLNYA MASALAH (bobot= 1)
o
Masalah
berat, harus segera ditangani
o Ada masalah, tapi tidak perlu segera ditangani
o
Masalah tidak
dirasakan
|
2
1
0
|
1/2x1=
½
|
-klien belum
mengetahui tentang proses dan tugas perkembangan keluarga saat ini.
|
M
RENCANA
TINDAKAN
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
1
|
Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga b.d
kerumitan regimen terapeutik
|
Manajemen
regimen terapeutik keluarga efektif dengan kreteria hasil:
Ds:
-klien
mengatakan sudah bisa menentukan keputusan yang diambilnya
|
-kaji tingkat
pengetahuan tentang penyakit hipertensi
-berikan
penkes tentang hipertensi
-kaji
tingkjat pengetahuan setelah penkes
|
-untuk mengetahui tingkat pengetahuan
-agar keluarga lebih mengetahui tentang hipertensi
- untuk mengetahui tingkat pengetahuan setelah penkes
|
2
|
Kesiapan peningkatan proses keluarga b.d Perubahan fungsi setiap
anggota keluarga sesuai tahap perkembangan keluarga
|
Peningkatan proses keluarga dengan kreteria hasil keluarga
mengetahui perubahan fungsi setiap anggota keluarga sesuai tahap perkembangan
|
-kaji tingkat
perkembangan keluarga
-berikan
penjelasan fungsi dan tugas tiap anggota keluarga sesuai dengan tahap
perkembangan
|
-untuk
mengetahui tingkat perkembangan
-agar
keluarga mengetahui fungsi dan tugas tiap anggota keluarga sesuai dengan
tahap perkembangannya
|
3
|
Defisiensi pengetahuan b.d Kurang terpajannya Informasi mengenai
pertumbuhan dan perkembangan bio-psiko-sosial pada anak remaja serta
masalahnya
|
Pengetahuan keluarga meningkat dengan kreteria hasil:
-keluarga lebih mengetahui dan memahami mengenai pertumbuhan dan
perkembangan bio-psiko-sosial pada anak remaja serta masalahnya
-
|
-kaji tingkat
pengetahuan keluarga mengenai pertumbuhan dan perkembangan bio-psiko-sosial
pada anak remaja serta masalahnya
-berikan penkes tentang tugas perkembangan psikososial pada
keluarga
-kaji tingkat pengetahuan setelah dilakukan penkes
-
|
- mengetahui
seberapa jauh pengetahuan keluarga mengenai masalah tersebut
-agar keluarga mengetahui tentang perkembangan psikososial remaja
-untuk
mengetahui seberapa jauh pengetahuan keluarga setelah dilakukan penkes
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada
saat anak beranjak usia menjadi tigabelas tahun, maka disinilah dimulainya
perkembangan keluarga pada tahap yang ke-lima, yaitu tahap perkembangan
keluarga dengan anak usia remaja. Pada tahap perkembangan ini, keluarga mempunyai
beberapa tugas perkembangan yang harus dikerjakan, dan apabila beberapa tugas
perkembangan keluarga ini tidak diselesaikan maka tentu saja akan mengakibatkan
terganggunya perkembangan keluarga pada tahap ini, baik untuk keluarga secara
utuh maupun kepada setiap-setiap individu di keluarga, terutama pada anak
remajanya. Adapun tugas perkembangan tersebut meliputi; memberikan kebebasan
tanggung jawab yang seimbang kepada remaja, mempertahankan komunikasi terbuka
didalam keluarga, membina hubungan intim, serta melakukan perubahan proses
peran didalam keluarga terkait dengan perkembangan keluarga pada saat ini.
Dari
asuhan keperawatan kasus yang kami lakukan pengkajian, disini kami menemukan
beberapa data maupun masalah yang berhubungan dengan perkembangan keluarga dengan
anak usia remaja, seperti disini kami menemukan bahwa orangtua masih memakai
pengambilan keputusan sepihak tanpa mengajak anak remajanya untuk mendiskusikan
apa yang ada dipikirannya. Disini juga tampak bahwa keluarga belum mengetahui mengenai
tugas dan perkembangan keluarga yang pada saat ini berada pada tahap
perkembangan keluarga denagan anak usia remaja. Pada keluarga ini juga
ditemukan penyakit yang berkaitan dengan masalah kesehatan didalam keluarga
pada tahap perkembangan anak usia remaja serta tugas dan peran perawat
didalamnya. Dari sini kami mencoba untuk menyusun diagnosis keperawatan yang
tepat serta merencanakan intervensi yang akan dilakukan nanti untuk mengatasi masalah
yang terjadi serta meningkatkan keluarga dalam menyelesaikan tugas dan tahap
perkembangan keluarga saat ini.
Peran
perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada peningkatan dan
pencegahan penyakit. Penyuluhan tentang penyakit kardiovaskuler pada usia
lanjut, penyuluhan tentang obat-obatan terlarang, minuman keras, seks,
pencegahan kecelakaan pada remaja, serta membantu terciptanya komunikasi yang
lebih efektif antara orang tua dengan anak remajanya.
B.
Saran
1.
Keluarga
Kepada
setiap keluarga diharapkan untuk mengetahui dan memahami tahap perkembangan keluarga dengan anak usia remaja,
memahami tugas-tugas perkembangan keluarga pada tahap ini,
permasalahan-permasalahan yang biasa terjadi pada tahap ini, peran dan tanggung
jawab orang tua, dan dapat memenuhi lima tugas perawatan keluarganya. Serta
dapat menyelesaikan dan mencapai tujuan tahap perkembnagan keluarga dengan anak
usia remaja.
2.
Perawat
Untuk perawat diharapkan dapat memahami dan mengerti
tentang konsep dan asuhan keperawatan keluarga dengan anak remaja agar dapat menerapkan dan memberikan pelayanan yang
efektif kepada anak dan keluarga yang
mungkin mengalami masalah yang ditimbulkan oleh kebutuhan
akan tugas dan perkembangan keluarga
dengan anak usia remaja ini.
3. Puskesmas
Puskesmas sebagai salah
satu fasilitas pelayanan kesehatan yang paling sering dijadikan tempat oleh
masyarakat khususnya keluarga dalam membawa anggota keluarganya yang sakit,
diharapkan untuk lebih memahami dan memandang setiap individu adalah bagian
dari keluarga yang mempunyai tahap perkembangan keluarga tersendiri. Dan dapat
lebih ditekankan dalam pemberian pelayanan dan pendidikan kesehatan dirumah,
karena dirumah ada keluarga dimana tempat individu berada paling sering,
sehingga pemberian pelayanan kesehatan akan menjadi lebih baik dan efektif
DAFTAR
PUSTAKA
Friedman
Marilyn. 1998.Keperawatan Keluarga.EGC:Jakarta
Perry
& potter .2005.Fundamental of
nursing.EGC:Jakarta
Rahmad
hidayat,Dede.2009.Ilmu perilaku manusia.CV Trans Info Media:Jakarta
Suprajitno.2004.
Asuhan keperawatan keluarga.EGC:Jakarta
Hurlock
B Elizabeth.1980.Psikologi Perkembangan.Erlangga:Jakarta
Mubarak
Wahit Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas.Salimba Medika:Jakarta
DAFTAR
PUSTAKA
Friedman
Marilyn. 1998.Keperawatan Keluarga.EGC:Jakarta
Perry
& potter .2005.Fundamental of
nursing.EGC:Jakarta
Rahmad
hidayat,Dede.2009.Ilmu perilaku manusia.CV Trans Info Media:Jakarta
Suprajitno.2004.
Asuhan keperawatan keluarga.EGC:Jakarta
Hurlock
B Elizabeth.1980.Psikologi Perkembangan.Erlangga:Jakarta
Mubarak
Wahit Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas.Salimba Medika:Jakarta
askepnya nggak boleh diprint ya kak ?
BalasHapustrmkasih sangat membantu kk :)
BalasHapus