BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap
hari selalu berhubungan dengan kita. keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya
bahwa setiap individu merupakan bagiannya dani keluarga juga semua dapat
diekspresikan tanpa hambatan yang berarti.
Keperawatan keluarga merupakan tingkat keperawatan
kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan dan perawatan
sebagai penyalur. Sasaran keperawatan keluarga yaitu individu, family atau
keluarga dn community atau masyarakat. Prinsip utama dalam perawatan kesehatan
masyarakat mengatakan bahwa keluarga adalah unit atau kesatuan dari pelayanan
kesehatan.
Berbagai ilmu ini tidak dapat dipisahkan dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi karena sampai setengah abad yang lalu.
Dan berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia), yaitu
gerontologi, geriatri serta keperawatan gerontik, dan keperawatan geriatrik.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran
fisisk yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin buruk gerakan lambat, dn
figur tubuh yang tidak proporsional.
Saat ini, diseluruh dunian, jumlah lanjut usia
diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60
tahun), dan pada tahun 22025, lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Di negara
maju, pertambahan populasi/penduduk lansia telah diantisipasi sejak awal abad
ke 20. Tidak heran bila masyarakat di negara maju sudah lebih siap menghadapi
pertambahan populasi lansia dengan aneka tantangannya. Namun, saat ini negara
berkembang pun mulai menghadapi masalah yang sama.
Fenomena diatas jelas mendatangkan sejumlah
konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta
kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degeneratif.
Sering kali keberadaan lansia dipersepsikan secra negatif, dianggap sebagai
beban keluarga dan masyarakat sekitar. Lansia cenderung dipandang masyarakat
tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-sakitan.
Kurangnya perhatian yang memadai terhadap populasi
lansia ini menciptakan ruang kosong, yang kemudian diisi oleh dunia medis.
Disatu sisi, perhatian besar dari kalangan kedokteran ini harus disambut secara
positif oleh dunia keperawatan sehingga masalah kesehatan lansia dapat
teratasi. Kesehatan merupakan aspek sangat penting yang perlu diperhatikan pada
kehidupan lansia. Semakin tua seseorang, cenderung semakin berkurang daya tahan
fisik mereka. Dalam kaitan ini, kajian terhadap keperawatan lansia (keperawatan
gerontik dan geriatrik) perlu ditingkatkan
B. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
Umum
Untuk mengetahui, memahami, dan menguasai konsep
dasar keperawatan keluarga: gerontik
2. Tujuan
Khusus
Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa
diharapkan mampu :
a. Konsep dasar keperawatan kesehatan keluarga
b. Konsep keperawatan keluarga: gerontik
c. Asuhan keperawatan keluarga: gerontik
d. Memahami masalah keperawatan keluarga: gerontik
C. Metode
penulisan
Penulisan
makalah ini penulis menggunakan metode deskriftif yaitu dengan penjabaran
masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi keperpustakaan dari literatur
yang ada baik di perpustakaan maupun dimedia internet sebagai pelengkap.
D. Sistematika
Penulisan
Makalah
ini terdiri dari IV Bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
Bab I :
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.
Bab II :
landasan teoritis yang terdiri dari konsep dasar keperawatan keluarga, konsep dasar
keperawatan keluarga:gerontik
Bab III :
Laporan Kasus
Bab IV : Penutup
yang terdiri dari kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka
BAB II
TINJUAN TEORITIS
A. Konsep
Dasar Keperawatan Keluarga
1. Pengertian
Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi
keluarga berbeda-beda, tergantung kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu
dengan menggunakan menjelaskan yang penulis dari untuk menghubungkan keluarga.
Burgess dkk (1963) membuat definisi yang berorientasi pada tradisi dan
dingunakan sebagai referensi secara luas:
-
Keluarga terdiri dari orang-orang yang
disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
-
Para anggota sebuah keluarga biasanya
hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secra
berpisah, mereka tetap menggangap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
-
Anggota keluarga berinteraksi dan
berkomunikasi satu sama lain dalam peran peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan
perempuan, saudara dan saudari
-
Keluarga sama-sma menggunakan kultur
yang sama, yaitu kultur yang di ambil dari masyarakat dengan beberpa ciri unik
tersendiri.
Meskipun definisi-definisi ini sering digunakan,
namun terbatas kepada kemapuan aplikasinya dan sifat komprehensifnya definisi apa saja tentang keluarga harus menggambarkan
bentuk-bentuk keluarga yang ada sekarang, dan definis tradisional seperti diats
bisa memberikan gambaran tentang definisi yang dimaksud.
Whall (1986) dalam analisa konsep tentang keluarga
sebagai unit yang perlu dirawat dalam perawatan, ia mendefiniskan keluarga
sebagai ”kelompok yang mendefinisikan diri” dengan anggota sendiri terdiri dua
individu atau lebih, yang asosiasinya dicirikan oleh istilah istilah usus, yang
boleh jadi tidak di ikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi
demikian macam sehingga mereka menggagap diri meraka sebagai sebuah keluarga
(hal 241).
Mengingat
siapakah individu-individu yang
diindetifikasikan sebagai anggota keluarga merupaka sebuah komponen yanh sangat
penting dari definisi ini.
Bozett (1987) menyatukan definisi individu dengan
merujuk keluarga sebagai “siapa yang disebut pasien itulah keluarga” ( hal 4).
Family service amerika (tahun 1984)
mendefisikan keluarga dalam suatu cara yang komprehensif-yaitu sebagai
“2orang” atau lebih yang disatukan oleh
ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman ( hal 7).
2. Tipe
keluarga
Pembagian
tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang yang mengelompokan.
Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1) Keluarga
inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya
2) Keluarga
besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakek/nenek, paman/bibi)
Tipe-tipe
keluarga secara umum yang dikemukakan untuk mempermudah pemahaman terhadap
literatur tentang kelurga. (friedman, 1987 hal: 12)
1) Keluarga
inti (konjugal) merupakan keluarga yang menikah, sebagai orang tua, atau
pemberian nafkah. Keluarga inti terdiri dari sumi, istri, dn ank mereka-anak
kandung, anak adopsi atau keduanya.
2) Keluarga
orientasi (keluarga asal) merupakan unit keluarga yang di dalamnya seseorang
dilahirkan
3) Keluarga
besar merupakan keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh darah)
yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman
keluarga inti, berikut ini termasuk “sanak keluarga” seperti kakek atau nenek,
tante, paman, dan sepupu.
Namun, dengan berkembangnya peran
individu dan meningkatnya rasa individualisme, pengelompokn tipe keluarga
selain tipe diatas berkembang menjadi:
1) Keluarga
bentukan kembali (dyadic family) adlah keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya. Keadaan ini di indonesia
juga menjadi tren karena adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada zaman dahulu jarang sekali ditemui
sehingga seorang yang telah cerai atau ditinggal pasangan cenderung hidup
sendiri untuk membesarkan anak-anaknya.
2) Orang
tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
3) Ibu
dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
4) Orang
dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah
(the single adult living alone). Kecenderungan di indonesia juga meningkat
dengan dalih tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak jika telah
menikah.
5) Keluarga
dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-marital heterosexual
cohabiting family). Biasanya dapat dijumpai pada daerah kumuh perkotaan
(besar), tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah
(kabupaten atau kota) meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi status
anak-anaknya.
6) Keluarga
yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gaya and lesbian
family).
3. Fungsi
keluarga
Umumnya
diakui bahwa keberadaan keluarga adalah dalam frangka untuk memenuhi
fungsi-fungsi dasar tertentu yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia (kebutuhan kemsyarakatan) yakni pemberian nafkah dan mengasuh anak.
Disamping itu, keluarga bertindak sebagai mediator yang penting antara
masyarakat dan individu dan membentuk matriks dimana kebutuhan-kebutuhan
pribadi dipenuhi.
Sekarang
ini keluarga tampak lebih khusus dn aktivitas-aktivitasnya yang secara
tradisional berlangsung dalam rumah dan atau melibatkan seluruh anggota keluarga
kini berlangsung dimana-mana dan hanya melibatkan segmen-segmen keluarga atau
anggota keluarga secara individual.
Fungsi
keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi,
fungsi ekonomi, fungsi perawatan kesehatan. (friedman, 1998, hal 349-401)
1) fungsi
afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga yaitu sebagai
perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga melakukan
tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi
anggotanya dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosioemosional anggotanya, Mulai
dari tahun-tahun awal kehidupan individu dan terus berlangsung sepanjang
hidupnya. Pemenuhan fungsi afektif merupakan basis sentral bagi pembentukan dna
kelanjutan dari unit keluarga (stair, 1972)
Komponen
fungsi afektif meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini,. Maka keluarga
menjalankan tujuan-tujuan psikososial yang utama, yaitu membentuk sifat-sifat
kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku,
kemampuan menjalin berhubungan secara lebih akrab dan harga diri.
2) Fungsi
sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement
function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain di luar rumah.
3) Fungsi
reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dn menjaga kelangsungan keluarga.
4) Fungsi
ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi
perawatan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang
kesehatan.
4. Dimensi
struktur dasar keluarga
Struktur
keluarga dapat menggambar bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di
masyarakat sekitarnya. Parad dan caplan (1965) yang diadopsi oleh friedman
mengatakan ada empat struktur keluarga yaitu:
1) Struktur
peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam
keluarga sendiri dan perannya dilingkungan masyarakat atau peran formal dan
informal.
2) Nilai
atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini
oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
3) Pola
komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu
(orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain
(pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
4) Struktur
kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi
dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung
kesehatan.
Struktur
keluarga ini nantinya perlu dikaji oleh perawat yang memberikan asuhan.
Berdasarkan ke empat elemen dalam struktur keluarga, diasumsikan bahwa (Leslie
& Komar, 1989: Parsons & Bales, 1995) :
1) Keluarga
merupakan sistem sosial uang memiliki fungsi sendiri
2) Keluarga
merupakan sistem sosial yang mampu menyelesaikan masalah individu dan
lingkungannya.
3) Keluarga
merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi kelompok lain.
4) Perilaku
individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku
dalam keluarga.
Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan dasar, kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya dan aktualisasi
keluarga dimasyarakat, serta memperhatikan perkembangan negara indonesia menuju
negara industri, indonesia menginginkan keluarga dikelompokan menjadi lima
tahap yaitu sebagai berikut .
1) Keluarga
prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan
atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator
Keluarga Sejahtera Tahap I.
2) Keluarga
Sejahtera Tahap I (KS I) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial
psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi
dalam keluarga, interaksi dengan liungkungan tempat tinggal, dan transportasi.
3) Keluarga
Sejahtera Tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial
psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4) Keluarga
Sejahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, dan kebutuhan pengembangan,
tetapi belum dapat memberikan sumbangan (konstribusi) yang maksimal terhadap
masyarakat secara teratur(dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan
keuangan untuk sosial kemasyarkatan, juga berperan serta secara aktif dengan
menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasasn sosial, keagamaan, kesenian,
olahraga, pendidikan dan lain sebagaianya.
5) Keluarga
Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis,
maupun pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat.
5. Peran
perawat keluarga
Perawatan
kesehatan masyarakat, sejak dahulu sampai sekarang, keluarga sudah dianggap
sebagai kesatuan dari pemeliharaan kesehatan. Perananan perawat keluarga
membantu keluarga untuk mengatasi dengan baik masalah-masalah kesehatan dengan
meningkatkan kesanggupan mereka untuk melaksanakan tugas-tugs kesehatan.
Proses
membantu keluarga meningkatkan kesanggupan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan, perawat dapat berperan sebagai :
-
Pengenal kesehatan (health monitor)
-
Pemberi perawatan pada anggota keluarga
yang sakit
-
Koordinator pelayanan kesehatan keluarga
-
Facilitator
-
Guru
-
Penasihat
B. Konsep
Keperawatan Keluarga: gerontik
1. Pengertian
Menua
atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
secara biologis maupun psikologis.
WHO
dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia pada Bab I
Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun
adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif,
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.
Dalam
buku ajar geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono (1994) mengatakan
bahwa “menua” (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaikikeruskan yang diderita. Dari pernyataan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran
struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemandirian dan
kesehatan lansia, termasuk kehidupan seksualnya.
Proses
menua merupakan proses yang terus-menerus atau berkelanjutan secara alamiah dan
umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Proses menua merupakan kombinasi
bermacam-macam faktor yang sling berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi
dan teori yang menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam. Secara
umum, proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkit waktu, bersifat
universal, intrinsik, progresif, dan detrimental.
Keadaan
tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungan untuk dapat bertahan hidup berikut akan dikemukakan bermacam-macam
teori proses menua yang penting.
2. Teory
proses menua
Proses menua bersifat
individual
1)
Tahap proses menua terjadi pada orang
dengan usia berbeda
2)
Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan
yang berbeda
3)
Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan
dapat mencegah proses menua.
a. Teori
biologis
a)
Teori genetik
Teori
genetic lock. Teori ini merupakan teori instrinsik
yang menjelskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan
menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah
terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti
selnya memiliki suatu jam genetik/ jam biologis sendiri dan setiap spesies
mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi
tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati. Manusia
mempunyai umur harapan hidup nomor dua terpanjang setelah bulus. Secara
teoritis, memperpanjang umur mungkin terjadi, meskipun hanya beberapa waktu
dengan pengaruh dari luar, misalnya peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit dengan pemberian obat-obatan atau tindakan tertentu.
Teori
mutasi somatik. Menurut teori ini penuaan terjadi
krena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi
kesalahan dalam proses transkripsiu DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA
protein/enzim.
Kesalahan ini terjadi
terus menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau
perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga
terjadi penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana, 1994: Constantinides, 1994)
b)
Teori nongenetik
Auto-immune theory.
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self
recognition). Jika mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem
imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari
peningkatan penyakit auto-imun pad lansia (Goldstein, 1989). Dalam proses
metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh,
tambahan kelenjar timus pada usi dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi
kelainan auto-imun.
Free radical theory.
Dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses
metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas
merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron
yang tidak berpasangan sehingga sangat
reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan
atau peruibahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein.
Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 19944).
Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi
sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti: asap kendaraan
bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, sinal ultraviolet yang
mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan
kolagen pada proses menua.
Cross link theory. Menua
disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen)
bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang
menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya
jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
Teori fisiologis.
Teori ini merupakan teori instrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori
oksidasi stres, dan teori dipaki-aus (wear and tear theory). Disini
terjadi kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal)
b. Teori
sosiologis
Teori sosiologis
tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain:
a) Teori
interaksi sosial
Teori
ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu,
yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lansia untuk terus
menjalin interaksi sosial meruipakan kunci mempertahankan status sosialnya
berdasarkan kemampuannya bersosialisasi. Pokok-pokok social exchange theory
antara lain:
-
Masyarakat terdiri atas aktor sosial
yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing.
-
Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi
sosial yang memerlukan biaya dan waktu
-
Untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai, seorang aktor mengeluarlkan biaya
b) Teori
aktivitas atau kegiatan
-
Ketentuan tentang semakin menurunnya
jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan banyak ikut-serta dalam kegiatan sosial
-
Lansia akan merasakan kepuasan bila
dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
-
Pola hidup dilanjutkan pada cara hidup
lansia
-
Mempertahankan hubungan antara sistem
sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lansia.
c) Teori
kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar
kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini merupakan
gabungan teori yang disebabkan pada seorang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
personalisa yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam
siklus kehidupan lansia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu
saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat
dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah,
walaupun ia telah lansia.
d) Teori
pembebasan penarikan diri (disangagement theory)
Teori ini membahas
putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu
dengan individu lainnya. Teori yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry
(1961). Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah lansia, apalagi ditambah
dengan adanya kemiskinan, lansia secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering lansia mengalami kehilangan ganda (triple loss) :
-
Kehilangan peran (loss of role)
-
Hambatan kontak sosial (restriction of
contact and relationship)
-
Berkurangnya komitmen (reduced
commitment to social mores and values).
Menurut teori ini,
seorang lansia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia
menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan
pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. Dari penyebab terjadinya
proses menua tersebut, ada beberapa peluang yang memungkinkan dapat
diintervensi agar proses menua dapat diperlambat. Kemungkinan yang tersebar
adalah mencegah:
-
Meningkatnya radikal bebas
-
Memanipulasi sistem imun tubuh
-
Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai”misteri
kehidupan masih banyak yang belum bisa terungkap, proses menua merupakan salah
satu misteri yang paling sulit dipecahkan”.
3. Tipe
Lansia
Mangkunego IV dalam
surat Werdatama, yang dikutip oleh
H.L Widyapratama menyebutkn bahwa (lansia) dalam literatur lama (Jawa) dibagi
dua golongan, yaitu :
-
Wong sepuh : orang tua yang sepi hawa
nfsu, menguasai ilmu”dwi tunggal”, yakni mampu membedakan antra baik dan buruk,
sejati dan palsu, gusti (Tuhan) dan kaula nya atau hambanya.
-
Wong Sepah : Lansia yang kosong, tidak
tau rasa, bicaranya muluk-muluk tanpa isi, tingkah lakunya dibuat-buat dan
berlebihan serta memalukan. Hidupnya menjadi hambar (kehilangan romantika dan
dinamika hidup).
Pujangga Ronggo Warsito (dalam surat Klatida) menyebutkan bahwa Lansia terbgi
menjdai dua kelompok, yakni :
-
Lansia yang berbudi sentosa: orang tua
ini meskipun diridai Tuhan Yang Maha Esa dengan rezeki, tetapi tetap berusaha
terus, disertai selalu in ingat dan waspada.
-
Lansia yang lemah : orang tua yang putus
asa sebaiknya hanya menjauhkan diri dari keduniawan, supaya mendapat kasih
sayang Tuhan.
Di zaman sekarang (zaman pembangunan),
banyak ditemukan bermacam-macam tipe lansia, antara lain :
-
Tipe arif bijaksana : lansia ini kaya
dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan,
dan menjadi panutan.
-
Tipe mandiri : lansia ini senang
mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari
pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
-
Tipe tidak puas: lanjut usia yang selalu
mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan, yang menyebabkan
kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung menuntut,
sulit dilayani dan pengkritik.
-
Tipe pasrah : lansia yang selalu menerima
dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis (habis gelap datang terang),
mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja yang dilakukan.
-
Tipe bingung : lansia yng kagetan,
kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh
tak acuh.
Lansia dapat pula dikelompokan dalam beberapa tipe
yang bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,
mental, sosial, dan ekonominya. Tipe ini antara lain :
-
Tipe optimis : lansia santai dan periang,
penyesuain cukup baik, mereka memandang masalah lansia dalam bentuk bebas dari
tanggung jawab dan sebagai kesemptan untuk menuruti kebutuhan pasifnya. Tipen
ini sering disebut juga lansia tipe kursi goyang (the rock king chairman)
-
Tipe konstruktif : lnsia ini mempunyai
intregits baik, dapat meniukamti hidup, mempunyi tolernsi yang tinggi,
humoristik, fleksibel dan tahu diri. Biasanya, sift ini terlihat sejak muda.
Mekeka dengan tenang menghadapi proses menua dan menghadapi akhir.
-
Tipe ketergantungan : lansia ini masih
dapat diterim ditengah msyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih
tahu diri, tidak mempunyi inisitif dn bila bertindak yang tidak praktis. Ia
senang pensiun tidak suka berkerja dan senang berlibur, banyak makan, banyak
minum.
-
Tipe defensif : lansia biasnya mempunyai riwayat pekerjaan
tau jbatn yang tidak terkontrol, memegang teguh kebiasan, bersifat komplusif,
anehnya mereka tkut menghadapi menjadi tua dan menyenangi masa pensiun.
-
Tipe militan dan serius : lansia yang
tidak mudah menyerah, serius senang berjuang, bisa menjadi pnutan.
-
Tipe pemarah frustasi: lansia yang
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu menyalahkan orang lain,
menunjukan penyesuaian yang buruk. Lansia sering mengekspresikan kepahitan
hidupnya.
-
Tipe bermusuhan: lansia yang selalu
menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat
agresif, dan curiga. Biasanya, pekerjaan saat ia muda tidak stabil. Menganggap
menjadi tua itu bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda,
senang mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masa yang buruk.
-
Tipe putus asa: membenci dan menyalahkan
diri sendiri. Lansia ini bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri. Tidak
mempunyai ambisi, mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan
diri. Lansia tidak hanya mengalami kemerahan, tetapi juga depresi, memandang
lansia sebagai tidak berguna karena masa yang tidak menarik. Biasanya
perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban keadaan, membenci diri sendiri
dan ingin cepat mati.
4. Tugas
perkembangan lansia
a.
Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting
dalam mendukung kesejahteraan lansia mis. Perpindahan tempat tinggal lansia.
b.
Penyesuaian terhadap pendapatan menurun
Ketika lansia memasuki pensiun, pendapatan menurun secara tajam dan
semakin tidak memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara
tabungan/pendapatan berkurang.
c.
Mempertahankan hubungan perkawinan
Hal ini menjadi penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga.
Perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang
berlangsung dari pasangan.
Contoh: mitos tentang aseksualitas
d.
Penyesuaian terhadap kehilangan pasangan
Tugas perkembangan ini secara umum:tugas yang pali traumatis. Lansia
menyadari bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran
akan kematian tidak ada. Hal ini akan berdampak pada reorganisasi fungsi
keluarga secara total.
e.
Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi
Ada kecenderungan lansia untuk menjauhkan diri dari hub.sosial, namun
keluarga menjadi fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan sosial.
5. Mitos
lansia dan kenyataanya
a.
Mitos
konservatif
Ada pandangan bahwa
lansia pada umumnya:
- Konservaatif
- Tidak
kreatif
- Menolak
inovasi
- Berorientasi
ke masa silam
- Merindukan
masa lalu
- Kembali
ke masa kanak-kanak
- Susah
menerima ide baru
- Susah
berubah
- Keras
kepala
- Cerewet
Faktanya
: tidak semua lansia bersikap, berfikiran, dan berperilaku demikian.
b.
Mitos
berpenyakit dan kemunduran
Lansia sering kali
dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai dengan berbagai
penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua (lansia
merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran)
Faktanya : memang
proses menua disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme
sehingga rawan terhadap penyakit. Akan tetapi, saat ini telah banyak penyakit yang
dapat dikontrol dan diobati.
c.
Mitos
senilitas
Lansia dipndang sebagai
masa pikun yang disebabkan oleh adanya kerusakan sel otak.
Faktanya: banyak lansia
yang masih tetap sehat dan segar bugar, daya pikirnya masih jernih dan
cenderung cemerlang, bnyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya
ingat.
d.
Mitos
ketidakproduktifan
Lansia dipandang
sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi beban keluarganya.
Faktanya: tidak
demikian, banyak individu yang mencapai kebenaran, kematangan, kemantapan,
serta produktifitas mental dan material dimas lanjut usia.
e.
Mitos
asektualitas
Ada pandangan bahwa
pada lansia, minat, dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks menurun.
Faktanya: kehidupan
seks pada lansia berlangsung normal, dan frekuensi hubungan seksual menurun
sejalan meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi.
f.
Mitos
tidak jatuh cinta
Lansia sudah tidak lagi
jatuh cinta, tidak tertarik atau bergairah kepada lkawan jenis.
Faktanya: perasaan dan
emosi setiap orang berubah sepanjang masa, perasaan cinta tidak berhenti hanya
karena menjadi lansia.
g.
Mitos
kedamaian dn ketenangan
Lansia dapat santai
menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan dewasanya. Badai dan
berbagai goncangan kehidupan seakan-akan telah berhasil dilewatinya.
Faktanya:L sering ditemukan stres
karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit,
kecemasan, kekhawatiran, depresi, paranoid, dan psikotik.
Jadi, ada keanekaragaman yang besar
dalam proses menua, oleh karena itu secara tipologi, lansia dikelompokan dalam
berbagai tipe dalam menghadapi atau menerima proses menua.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA
A. Konsep dasar teoritis
1.
Konsep asuhan
keperawatan pada lanjut usia
Asuhan
keperawatan lansia atau gerontik diberikan berupa bantuan kepada klien lanjut
usia karena adanya :
a.
Kelemahan fisik, mental
dan social
b.
Keterbatasan
pengetahuan
c.
Kurangnya kemampuan dan
kemauan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri
Tujuan asuhan
keperawatan pada lanjut usia :
a.
Agar lanjut usia dapat
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan, sehingga memiliki ketenangan
hidup dan produktif sampai akhir hayatnya.
b.
Mempertahankan
kesehatan dan kemampuan mereka yang usianya telah lanjut dengan perawatan dan
pencegahan.
c.
Membantu mempertahankan
serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia.
d.
Menolong dan merawat
klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami gangguan tertentu.
e.
Merangsang petugas
kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosis yang tepat dan dini bila
mereka menemukan kelainan tertentu.
f.
Mencari upaya
semaksimal mungkin agar klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit /
gangguan masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu
pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).
Fokus asuhan
keperawatan pada lanjut usia :
a.
Peningkatan kesehatan
b.
Pencegahan penyakit
(preventif)
c.
Mengoptimalkan fungsi
mental
d.
Mengatasi gangguan
kesehatan secara umum
2.
Pengkajian
Perawat
harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat mendasar pada proses
menua yang meliputi seluuh organ tubuh, dalam melakukan pengkajian perawat
memerlukan pertimbangan khusus. Pengkajian harus dilakukan terhadap fungsi
semua system, status gizinya, dan aspek psikososialnya.
Hal-hal yang
dapat ditemukan pada pengkajian lanjut usia :
a.
Mulut dan gigi
Gigi menjadi
ompong yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit periodontal sehingga
gusi menjaadi atrofi secara progresif. Mulut kering sehingga air ludah mudah
mengental. Selain itu dapat menimbulkan risiko mukosa mudah mulut mudah pecah
sehingga timbul stomatitis dan perasaan tidak nyaman.
b.
Kulit
Akan sering
ditemukan data subjektif dari lanjut usia gatal-gatal dan Nampak kulit kering
serta mudah terluka.
c.
Ekstermitas atas dan
bawah
Terjadi
penebalan pada kulit yang tertekan terutama pada telapak kaki, mata kaki
termasuk telapak tangan. Beberapa kulit di daerah ekstermitas bahkan menipis,
kulit terkelupas, pecah-pecah dan mudah tergores. Terjadi pula kelainan pada
kuku seperti lapisan tanduk yang semakin mengeras, hipertrofi kuku atau kuku
yang merusak jaringan lunak di bawahnya.
d.
Mobilitas
Terdapat
keterbatasan pergerakan yang terjadi akibat beratnya penyakit atau kompleksitas
dari gangguan fungsi tubuhnya, sehingga dapat menimbulkan masalah mobilitas.
Untuk itu perlu dikaji kemampuan lama dan jenis aktivitas yang dapat dilakukan
serta waktu yang digunakan untuk beristirahat setelah menjalani aktivitas
tertentu.
e.
Eliminasi
Konstipasi, inkontinensia
urin dan atau fekal, diare merupakan keluhan utama klien lanjut usia yang
paling menonjol. Perlu dilakukan pengkajian frekuensi dan pola defekasi, pola
diet, masukan dan keluaran cairan, aktivitas klien, integritas kulit sekitar
anus dan kemaluan serta mengidentifikasi factor penyebab munculnya masalah
eliminasi.
f.
Penglihatan
Klien lanjut
usia akan sering mengalami gangguan penglihatan diantaranya akan ditemukan
glaucoma dan katarak. Perlu dikaji jenis alat bantu penglihatan yang digunakan
serta pemeriksaan fisik pada mata sesuai dengan masalah yang muncul.
g.
Pendengaran
Ketahuilah
tentang penggunaan alat bantu pendengaran yang digunakan klien, keterbatasan
melakukan aktivitas sehari-hari atau terjadi gangguan hubungan social akibat
gangguan pendengaran.
h.
Jantung dan pembuluh darah
Terjadi
peningkatan tekanan darah, hipotensi orthostasis, penyakit jantung koroner atau
bahkan gagal jantung merupakan penyakit yang lazim terjadi pada lanjut usia.
Perubahan hemodinamik, pola diet, nyeri dada, kembung, bingung, sesak nafas,
palpitasi, vertigo bahkan sinkop akan sering dijumpai pada pemeriksaan fisik.
i.
Pernafasan
Pneumonia dan
obstruksi paru menahun juga merupakan masalah kesehatan pada system respirasi
yang menonjol pada lanjut usia. Akan ditemukan adanya data batuk, kesulitan
mengeluarkan dahak, mudah lelah, lemah, berat badan menurun, tidak nafsu makan
dan lain-lain.
j.
Endokrin
Diabetes
mellitus dan penyakit-penyakit tiroid kerap merupakan masalah kesehatan yang
banyak ditemui pada lanjut usia. Maka perawat perlu mengidentifikasi adanya
tanda-tanda dan gejala terhadap kehilangan atau meningkatnya berat badan,
hilangnya atau meningkatnya nafsu makan, sesak nafas, palpitasi, tremor,
kelemahan atau adanya intoleransi terhadap perubahan cuaca dingin atau panas.
k.
Nyeri
Nyeri pada
lanjut usia dirasakan dua kali lebih berat dibandingkan pada usia muda.
Data-data yang dapat ditemukan antara lain adanya temuan skala nyeri, menangis,
mengerang kesakitan, agitasi, lemah dan tampak tertekan disamping adanya perubahan
tanda-tanda vital.
l.
Depresi
Perasaan tidak
berdaya muncul akibat hilangnya berbagai fungsi organ tubuh oleh karena
bertambahnya usia. Sulit berkonsentrasi, merasa sedih dan pesimis, kesulitan
atau terlalu banyak tidur, kelebihan atau kehilangan berat badan, hilangnya
minat melakukan motivasi serta energy merupakan tanda-tanda bagi klien yang
mengalami depresi.
m. Demensia
Kehilangan daya
ingat terutama ingatan jangka pendek, gangguan dalam memberikan alasan yang
abstrak, sangat tergantung dengan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari serta tidak mampu berkomunikasi dengan jelas secara lengkap dan
ekspresif.
Format
pengkajian keperawatan keluarga
A.
Identitas
kepala keluarga
Nama :
Tn.T
Umur : 70
tahun
Agama : Islam
Pendidikan :
Sarjana
Pekerjaan :
Wirausaha
Alamat :
Jl. Kom.Yos Sudarso, Gg Bunga No 15
1.
Komposisi Keluarga
No
|
Nama
|
L / P
|
Umur
|
Hub.
Klg
|
Pekerjaan
|
Pendidikan
|
1.
2.
|
Tn.T
Ny.S
|
L
P
|
70 Thn
60 Thn
|
Ayah
Ibu
|
Wirausaha
IRT
|
Sarjana
SMA
|
a. Genogram
Keterangan
:
= Laki – Laki
= Perempuan
= Penderita
= Tinggal
serumah
b. Tipe
Keluarga :
1) Jenis
tipe keluarga : Nuclear Family
2) Masalah
yang terjadi dengan tipe tersebut : tidak pernah ada masalah dalam keluarga
tersebut.
c. Suku
Bangsa :
1) Asal
suku bangsa : Melayu
2) Budaya
yang berhubungan dengan
kesehatan : tidak ada budaya yang berhubungan dengan kesehatan dalam keluarga
tersebut.
d. Agama
dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : Islam
e. Status
Sosial Ekonomi Keluarga :
1) Anggota
keluarga yang mencari nafkah : Ayah
2) Penghasilan
: minimal 6 juta / bulan
3) Upaya
lain : tidak ada
4) Harta
benda yang dimiliki : Tn.T memiliki 1 buah rumah pribadi, 1 buah rumah kosan, 3
buah rumah kontrakan, 1 buah sepeda motor
5) Kebutuhan
yang dikeluarkan tiap bulan : 3 juta
f. Aktifitas
Rekreasi Keluarga : Tn.T mengatakan jarang mengadakan aktifitas rekreasi
keluarga.
1. RIWAYAT
DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap
perkembangan keluarga saat ini ( ditentukan dengan anak tertua ) : keluarga
dengan lanjut usia
b. Tahap
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : tidak ada
c. Riwayat
kesehatan keluarga inti :
1) Riwayat
kesehatan keluarga saat ini : Tn.T menderita penyakit Diabetes Melitus
2) Riwayat
penyakit keturunan : -
3) Riwayat
kesehatan masing – masing anggota keluarga
No
|
Nama
|
BB
|
Keadaan
Kesehatan
|
Imunisasi
(BCG/Polio/DPT/HB/Campak
|
Masalah
Kesehatan
|
Tindakan
yang telah dilakukan
|
1.
2.
|
Ayah
Ibu
|
80 Kg
65 Kg
|
Klien mudah
capek, sering berkemih di malam hari
Baik
dan
Sehat
|
Terpenuhi
Terpenuhi
|
DM
|
Pergi
ke dokter praktek setiap bulan
|
4) Sumber
pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : Rumah sakit dan Dokter praktik
5) Riwayat
kesehatan keluarga sebelumnya : Tn.M mengatakan di keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit seperti yang dideritanya.
2. PENGKAJIAN
LINGKUNGAN
a. Karakteristik
rumah :
1) Luas
rumah : 15 x 12 m persegi
2) Type
rumah : permanen
3) Kepemilikan
: Milik Sendiri
4) Jumlah
dan ratio kamar/ruangan : Kamar : 4, Ruang Depan, Tengah, Dan Dapur
5) Ventilasi
/ Jendela : 14/ 8
6) Pemanfaatan
ruangan : dimanfaatkan dengan baik
7) Septic
tank : ada
8) Sumber
air minum : Air Galon
9) Kamar
mandi / WC : 1 / 1(WC jongkok)
10) Sampah :
Buang ketempat pembuangan sampah
11) Kebersihan
lingkungan : Bersih
b. Karakteristik
Tetangga dan Komunitas RW
1) Kebiasaan
: klien mengatakan orang-orang di sekitar tempatnya mempunyai kebiasaan
menyabung ayam dan jarang diadakan kegiatan gotong royong.
2) Aturan /
kesepakatan : jika ada pendatang baru wajib lapor RT
3) Budaya :
tedapat banyak kebudayaan di daerah setempat
c. Mobilitas
Geografis Keluarga : keluarga baru berpindah tempat tinggal sebanyak 1 kali
d. Perkumpulan
Keluarga dan Interaksi dengan
Masyarakat :
Keluarga hanya berkumpul
setahun sekali pada saat idul fitri dengan anak-anaknya. Klien jarang
berinteraksi dengan masyarakat, hanya sesekali ngobrol-ngobrol dengan tetangga
didepan rumah.
e. System
pendukung keluarga : Tn.T dan Ny.S selalu merawat satu sama lain apabila ada
yang sakit.
3. STRUKTUR
KELUARGA
a. Pola /
cara Komunikasi Keluarga : keluarga berkomunikasi menggunakan bahasa melayu
b. Struktur
Kekuatan Keluarga : pada ayah
c. Struktur
Peran (peran masing-masing anggota keluarga) : Ayah : KK, Ibu : IRT
d. Nilai
dan Norma Keluarga : keluarga Tn.T beragam
islam dan Tn.T menanamkan kepada keluarganya tidak boleh meninggalkan shalat.
4. FUNGSI
KELUARGA
a. Fungsi
afektif :
Ayah berperan dalam mencari
nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga sekaligus mengatur keuangan, sesekali
ibu ikut berperan dalam mengatur keuangan.
b. Fungsi sosialisasi
1) Kerukunan
hidup dalam keluarga : keluarga hidup dengan kurang harmonis karena Tn.T lebih
sering tinggal di rumah kontrakannya yang sekarang ditempati oleh adiknya
dengan alasan tidak nyaman dengan lingkungan tempat tinggalnya dan Tn.T
mengatakan ia ingin meninggal di kamar yang dulunya di tempati orang tuanya di
rumah kontrakan tersebut.
2) Interaksi
dan hubungan dalam keluarga : setiap anggota berinteraksi dengan baik tetapi
lebih sering berkomunikasi melalui telfon.
3) Anggota
keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan : Ayah (Tn.T)
4) Kegiatan
keluarga waktu senggang : Kumpul dengan keluarga tetapi Tn.T dan Ny.S lebih
sering berkumpul dengan anak-anaknya hanya di waktu lebaran meskipun sesekali
anak-anaknya mengunjungi mereka.
5) Partisipasi
dalam kegiatan sosial : di lingkungan keluarga Tn.T jarang diadakan kegiatan
sosial
c. Fungsi
perawatan kesehatan : ibu berperan penting dalam perawatan kesehatan keluarga
d. Fungsi
reproduksi
1) Perencanaan
jumlah anak : klien tidak merencanakan untuk mempunyai anak lagi
2) Akseptor
: tidak
e. Fungsi
ekonomi
1) Upaya
pemenuhan sandang pangan : terpenuhi
5. STRESS
DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor
jangka pendek : Tn.T mengatakan cemas dengan penyakit yang dideritanya
b. Stressor
jangka panjang : Tn.T mengatakan sangat tidak menyukai kebiasaan tetangagnya
yaitu menyabung ayam.
c. Respon
keluarga terhadap stressor : Tn.T mengatasi cemasnya dengan membiasakan untuk
rutin cek gula darah
d. Strategi
koping : beribadah dan sering membaca dzikir.
e. Strategi
adaptasi disfungsional : Tn.T lebih sering tinggal dirumah yang ditempati
adiknya.
6. KEADAAN
GIZI KELUARGA
Pemenuhan
gizi : Makan 2 x sehari, dengan pagi sarapan kue, siang makan nasi sedikit
dengan menu bervariasi dan malam lebih sering makan buah-buahan.
Upaya
lain : tidak ada.
7. HARAPAN
KELUARGA
a. Terhadap
masalah kesehatannya : kadar gula darahnya dapat dikontrol sehingga tidak
memperburuk kondisi klien.
b. Terhadap
petugas kesehatan yang ada : Puskesmas lebih ditingkatkan lagi pelayanan
kesehatannya jadi klien bisa berobat ke puskesmas dan tidak perlu ke dokter
praktik lagi.
8. PEMERIKSAAN
FISIK
NO
|
VARIABEL
|
NAMA
ANGGOTA KELUARGA
|
|
Tn.T
|
Ny.S
|
||
1
|
Riwayat
penyakit saat ini
|
Diabetes
Melitus
|
-
|
2
|
Keluhan
yg dirasakan
|
Mudah
capek, pusing, sering kesemutan dan ngilu pada kaki, tremor, sering berkemih
di malam hari.
|
Tidak
ada keluhan yang dirasakan
|
3
|
Tanda
dan gejala
|
Klien
tampak gelisah, lemah, nafas terengah-engah, kulit tampak kering da turgor
tidak elastis.
|
Tidak
ada tanda dan gejala yang timbul
|
4
|
Riwayat
penyakit sebelumnya
|
Klien
mengatakan sebelumnya mengira terkena asam urat tetapi setelah diperiksa
ternyata klien menderita DM
|
-
|
5
|
Tanda
– tanda Vital
|
TD: 130/100 RR: 26x/m N:75x/m S: 370 C
|
-
TD: 120/70 RR: 24x/m N:
60x/m S: 370C
|
6
|
System
CardioVaskuler
|
||
7
|
System respirasi
|
||
8
|
System
GI Tract
|
||
9
|
System
persarafan
|
||
10
|
System
muskuloskeletal
|
Kekuatan
otot : 5
|
Kekuatan
otot : 5
|
TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN
NO
|
DAFTAR
MASALAH KESEHATAN
|
1
|
ANCAMAN
|
-
Tidak dapat
mempertahankan keakraban suami istri
-
Tn.T mengaggap lingkungan tempat tinggalnya merupakan ancaman karena kebiasaan
tetangga yang bertentangan dengan nilai dan norma yang dianutnya.
|
|
2
|
KURANG/TIDAK
SEHAT
|
-
Tn.T merasa tidak sehat
akibat penyakit DM yang dideritanya.
|
|
3
|
DIFISIT
|
-
|
PENGKAJIAN KHUSUS BERDASARKAN
5 TUGAS KELUARGA
NO
|
KRITERIA
|
PENGKAJIAN
|
1
|
Mengenal
masalah
|
Keluarga
mengatakan sudah mengetahui bahwa Tn.T
menderita penyakit Diabetes Melitus.
|
2
|
Mengambil
keputusan yang tepat
|
Tn.T
mengatakan keputusan yang diambil adalah rutin periksa gula darah dan pergi
ke dokter.
|
3
|
Merawat
anggota keluarga yang sakit atau punya masalah
|
Keluarga
saling merawat apabila ada anggota keluarga yang sakit.
|
4
|
Memodifikasi
lingkungan
|
Keluarga mengatakan belum mampu memodifikasi lingkungan
sekitar tempat tinggalnya termasuk kebiasaan buruk yang dilakukan oleh
tetangga Tn.T
|
5
|
Memanfaatkan
sarana kesehatan
|
Keluarga
memanfaatkan sarana kesehatan berupa rumah sakit
dan dokter praktik untuk mengobati penyakit DM.
|
DAFTAR MASALAH
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
1
|
Ds:
-
Tn.T mengatakan jarang berkomunikasi dengan anggota
keluarganya kecuali melalui telepon
-
Tn.T mengatakan lebih
sering berada di rumah kontrakan yang ditempati adiknya
Do:
-
kurang keakraban antara
Tn.T dan istrinya
-
Tn.T sering tinggal di
rumah kontrakan yang ditempati adiknya
|
Modifikasi dalam status sosial keluarga
|
Proses keluarga, perubahan
|
2
|
DS :
- Tn.T
mengatakan merasa tidak nyaman dengan lingkungan tempat tinggalnya.
Do :
-
klien tampak jarang
berkumpul dengan masyarakat sekitar.
|
Ketidakefektifan
komunikasi di antara subkelompok atau komunitas
|
Penatalaksanaan
program terapeutik : Komunitas, ketidakefektifan
|
3
|
Ds:
- klien mengatakan mengetahui menderita DM sejak 1 tahun
yang lalu,
- klien
mengatakan mudah capek dan sering pusing
- klien
mengatakan sering kesemutan dan ngilu pada kaki, tremor
- klien
mengatakan sering berkemih di malam hari.
Do:
- klien tampak gelisah, lemah dan nafas
terengah-engah.
- Kulit
tampak kering dan turgor tidak elastis
|
Diuresis
osmotik
|
Kekurangan
volume cairan
|
SKORING
Dx 1 : Perubahan proses keluarga b.d Modifikasi dalam status
sosial keluarga
KRITERIA
|
SKOR
|
BOBOT
|
NILAI
|
PEMBENARAN
|
SIFAT MASALAH
o Tidak sehat
o Ancaman kesehatan
o Krisis atau keadaan sejahtera
|
3
2
1
|
1
|
2/3X1= 2/3
|
Sifat masalah ini adalah ancama kesehatan karena
Tn.T mengatakan sudah jarang berkumpul dengan keluarganya.
|
KEMUNGKINAN MASALAH DAPAT DIUBAH
o Dengan Mudah
o Hanya Sebagian
o Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
1/2x2= 1
|
Kemungkinan masalah dapat diubah hanya sebagian
karena Tn.T mengatakan masih kesulitan untuk
|
POTENSIAL MASALAH DAPAT DICEGAH
o Tinggi
o Cukup
o Rendah
|
3
2
1
|
1
|
2/3x1= 2/3
|
Potensial masalah dapat dicegah adalah cukup karena
Tn.T sesekali pulang ke rumahnya
|
MENONJOLNYA MASALAH
o Masalah berat, harus segera ditangani
o Ada masalah, tapi tidak perlu segera ditangani
o Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
2/2x1= 1
|
Menonjolnya masalah adalah masalah berat, harus
segera ditangani karena apabila dibiarkan maka akan berpengaruh pada
keharmonisan rumah tangga Tn.T
|
2/3+1+2/3+1 =3 1/3
Dx 2 : Penatalaksanaan program terapeutik :
Komunitas, ketidakefektifan b.d Ketidakefektifan komunikasi di antara
subkelompok atau komunitas
KRITERIA
|
SKOR
|
BOBOT
|
NILAI
|
PEMBENARAN
|
SIFAT MASALAH
o Tidak sehat
o Ancaman kesehatan
o Krisis atau keadaan sejahtera
|
3
2
1
|
1
|
2/3X1= 2/3
|
Sifat masalah adalah ancaman kesehatan karena dengan
ketidakefektifan komunikasi antara Tn. T dan masyarakat sehingga menyebabkan
Tn. T tidak merasa nyaman dengan masyarakat sekitar dan menjadi pikiran buat
Tn. T baik tentang dirinya, dengan masyarakat sekitar maupun keluarganya. Tn.
T meninggalkan istrinya karena tidak
merasa nyaman dengan lingkungan sekitar.
|
KEMUNGKINAN MASALAH DAPAT DIUBAH
o Dengan Mudah
o Hanya Sebagian
o Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
1/2x2= 1
|
Kemungkinan masalah dapat diubah hanya sebagian
karena untuk mengubah masalah tersebut diperlukan kerjasama dari semua
anggota masyarakat
|
POTENSIAL MASALAH DAPAT DICEGAH
o Tinggi
o Cukup
o Rendah
|
3
2
1
|
1
|
2/3x1= 2/3
|
Potensial masalah dapat dicegah adalah cukup karena masalah
tersebut masih bisa diatasi apabila Tn.T dan masyarakat mampu mengungkapkan permasalahan
tersebut
|
MENONJOLNYA MASALAH
o Masalah berat, harus segera ditangani
o Ada masalah, tapi tidak perlu segera ditangani
o Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
2/2x1= 1
|
Menonjolnya masalah adalah masalah berat, harus
segera ditangani karena apabila masalah tersebut dibiarkan maka masyarakat
khususnya Tn.T akan merasa semakin tidak nyaman dengan lingkungannya
|
2/3+1+2/3+1=2 1/3
Dx 3 : Hiperglikemi b.d peningkatan kadar gula darah
KRITERIA
|
SKOR
|
BOBOT
|
NILAI
|
PEMBENARAN
|
SIFAT MASALAH
o Tidak sehat
o Ancaman kesehatan
o Krisis atau keadaan sejahtera
|
3
2
1
|
1
|
3/3X1= 1
|
Sifat masalah adalah tidak sehat karena Tn.T
mengatakan merasa tidak sehat akibat penyakit DM yang dideritanya
|
KEMUNGKINAN MASALAH DAPAT DIUBAH
o Dengan Mudah
o Hanya Sebagian
o Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
0
|
Kemungkinan masalah tidak dapat diubah karena
penyakit DM merupakan penyakit yang sulit disembuhkan
|
POTENSIAL MASALAH DAPAT DICEGAH
o Tinggi
o Cukup
o Rendah
|
3
2
1
|
1
|
1/3x1= 1/3
|
Potensial masalah dapat dicegah adalah rendah karena
Tn.T mengatakan hanya bisa mengatasi penyakitnya dengan mengontrol makanannya
dan sekali-sekali minum obat
|
MENONJOLNYA MASALAH
o Masalah berat, harus segera ditangani
o Ada masalah, tapi tidak perlu segera ditangani
o Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
2/2x1= 1
|
Menonjolnya masalah adalah masalah berat, harus
seger ditangani karena Tn.T mengatakan harus selalu mengontrol makanannya dan
harus segera minum obat apabila merasa tidak sehat
|
1+0+1/3+1=2 1/3
B.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Perubahan proses keluarga b.d Modifikasi dalam status
sosial keluarga
2. Penatalaksanaan
program terapeutik : Komunitas, ketidakefektifan b.d Ketidakefektifan
komunikasi di antara subkelompok atau komunitas
3. Kekurangan
volume cairan b.d diuresis osmotik
C.
Rencana
Tindakan
No
|
Dx keperawatan
|
Intervensi Keperawatan
|
||
Tujuan dan kriteria hasil
|
Tindakan keperawatan
|
Rasional
|
||
1
|
Perubahan proses keluarga b.d modifikasi dalam
status sosial keluarga yang ditandai dengan :
Ds:
-
Tn.T mengatakan jarang berkomunikasi dengan
anggota keluarganya kecuali melalui telepon
-
Tn.T
mengatakan lebih sering berada di rumah kontrakan yang ditempati adiknya
Do:kurang keakraban antara Tn.T dan istrinya
|
Keluarga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
proses keluarga dengan KH :
-
Keluarga dapat memahami perubahan peran dalam keluarga
-
Keluarga dapat meningkatkan komunikasi antara anggota keluarga
-
Keluarga dapat meningkatkan keharmonisan keluarga
|
- Pantau hubungan keluarga saat ini
- Kaji interaksi antara Tn.T dan keluarga
- Kaji keterbatasan anak
- Dukung keluarga untuk menyatakan perasaan dan
masalahnya secara verbal
|
-
Untuk mengetahui keharmonisan di keluarga tersebut
-
Untuk mengetahui apakah Tn. T dalam berinteraksi dengan keluarga lainnya
lancar dan baik aatau ada masalah dalam interaksi dengan keluarga lainnya.
-
Untuk memberikan kebebasan yang positif terhadap anak.
-
Agar interaksi antara klien dan kelurga menjadi harmonis dan komunikasi
lancar antar keluarga.
|
2.
|
Penatalaksanaan
program terapeutik : Komunitas, ketidakefektifan b.d Ketidakefektifan
komunikasi di antara subkelompok atau komunitas yang ditandai dengan :
DS
: - Tn.T mengatakan merasa tidak nyaman dengan lingkungan tempat tinggalnya.
Do
: klien tampak jarang berkumpul dengan masyarakat sekitar.
|
Penatalaksanaan program terapeutik: komunitas efektif dengan KH :
-
Keluarga khususnya Tn.T dapat berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat
sekitarnya.
-
|
- Kaji pola interaksi
- Lakukan penapisan faktor risiko yang berpengaruh
pada kesehatan dari lingkungan
- Berkolaborasi dalam program tindakan pengembangan
masyarakat
- Bekerja sama dalam memodifikasi lingkungan, yaitu
dengan meningkatkan kesadaran anggota masyarakat
|
-
Mengetahui kebiasaan klien dalam berinteraksi antar masyarakat sekitar
dan mencari apakah ada masalah dalam berinteraksi antar masyarakat sekitar atau
tidak.
-
Untuk mencegah agar faktor resiko
tidak sampai terjadi baik pada klien maupun pada kesehatan lingkungannya.
-
Untuk mengupayakan agar klien tidak hanya berinteraksi dengan keluarga
tetapi juga berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
-
Agar klien maupun masyarakat dapat berinteraksi dengan baik, tidak ada
perselisihan tentang kepercayaan lagi antara klien dan masyarakt sekitar, dan
tujuan nya agar klien mau berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
|
3.
|
Kekurangan
volume cairan b.d diuresis osmotik yang ditandai dengan :
Ds:
-
klien
mengatakan telah menderita DM sejak 1 tahun yang lalu,
-
klien
mengatakan mudah capek dan sering pusing
-
klien
mengatakan sering kesemutan dan ngilu pada kaki, tremor
-
klien
mengatakan sering berkemih di malam hari.
Do:
-
klien
tampak gelisah, lemah dan nafas terengah-engah.
-
Kulit
tampak kering dan turgor tidak elastis
|
Kebutuhan cairan atau hidrasi terpenuhi dengan KH :
-
Klien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urin dan elektrolit tepat dalam batas normal
|
- Pantau TTV
- Pantau masukan dan pengeluaran cairan
- Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan
BB
- Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit
dan membran mukosa
|
-
Perubahan tekanan darah akan dapat mempengaruhi kesehatan klien dan
menjadi faktor resiko.
-
Untuk memantau nutrisi klien apakah sudah cukup dari kebutuhan tubuh atau
kurang.
-
Memantau adanya tanda dan gejala edema saat kelelahan meningkat dan
peningkatan BB akan mempengaruhi kesehatan klien.
-
Untuk memantau turgor kulit tetap elastis dan membran mukosa tidak
kering.
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga
merupakan kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg keterikatan aturan dan
emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (friedman 1998).
Dimana keluarga juga bagian atau unit terkecil dari masyarakat yang beranggotakan
dua orang ataupun lebih dan masing – masing mempunyai ikatan perkawinan dan
hubungan darah, mempunyai kepala dalam rumah tangga, mempunyai peran masing –
masing serta menganut suatu budaya yang keluarga itu yakini. Keluarga mempunyai
beberapa tipe dan memiliki fungsi. Keluarga juga mempunyai struktur yang dapat
digambarkan bagaimana keluarga menjalankan peran dan fungsinya sebagai bagian
dari masyarakat sekitar. Dalam hal ini, perawat mempunyai peran juga untuk
membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi oleh
keluarga.
Asuhan
keperawatan keluarga dengan tahap usia lanjut merupakan salah satu dari proses
keperawatan dimana dalam hal ini dapat mengoptimalkan peran dan fungsi lansia. Jadi,
semakin tinggi tingkat pengetahuan lansia terhadap masalah-masalah yang terjadi, maka dapat
diminimalisir masalah itu terjadi.
B. Saran
1.
Perawat
Sebagai perawat dalam menjalankan tugas pelayanan
kesehatan, perawat harus lebih tanggap dalam mengidentifikasi masalah – masalah
apa saja yang terkait dengan keluarga lanjut usia, sehingga dapat memberikan
asuhan yang sesuai dengan tahap lanjut usia serta perawat menjadi fasilitator
dalam membantu penyelesaian masalah.
2.
Pasien
Pasien diharapkan agar menjalankan tugas
perkembangan sesuai dengan tahap lanjut usia, dapat menjaga keharmonisan
keluarga, juga menjaga kesehatan dengan menkonsumsi makanan-makanan yang
bernutrisi tinggi serta mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki.
3.
Masyarakat
Sebagai masyarakat juga harus memahami tentang
masalah-masalah yang sering terjadi pada lansia serta perawatannya pada
masing-masing masalah tersebut dengan mengikuti pendidikan kesehatan yang
diadakan oleh perawat sehingga apabila dikeluarga masyarakat terdapat keluarga
dengan tahap lanjut usia, masyarakat dapat memberikan saran-saran yang
bermanfaat pada lansia-lansia yang ada disekitar masyarakat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman.1998.Keperawatan Keluarga.Jakarta : EGC
Suprajitno.2004.Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam
Praktik.Jakarta : EGC
Nugroho,
Wahyudi.2008.Asuhan Keperawatan Gerontik.Jakarta
: EGC
Bailon,
Salvacion G.1978.Family Health Nursing.University
of The Philippines : Diliman
bisa minta askepnya..
BalasHapuskok gak bisa di copy paste, lumayan askepnya tapi gak manfaat buat sesama . payah buat blogger iki !!!!
BalasHapuskok ngak bisa dicopy
BalasHapus